Detik pertama setelah kubuka kelopak mata ku, aku langsung disambut oleh kilau oranye matahari sore.
Menatap atap yang sangat aneh, untuk sesaat aku bingung, perlahan aku mencoba mengingat hal-hal yang terjadi sebelum aku tertidur.
Tadi malam setelah mandi, aku meminta izin kepada Ladur untuk tinggal di rumahnya juga, Ladur mengijinkan dan bahkan aku dipinjami pakaian kakak laki-laki tertua, tidak menyangka tubuh ini terlalu lemah tepat setelah aku melihat kasur empuk aku langsung terkapar seperti orang habis mabuk.
Ya setidaknya setelah tertidur lama, rasa sakit di kepalaku telah menghilang, aku juga bisa merasakan energi mentalku telah sepenuhnya dipulihkan kembali.
Tubuh terasa seperti direvitalisasi, begitu segar dan ringan.
Ketika ku mengangkat tubuh ku dari tempat tidur aku juga tidak lagi merasakan sakit pada otot-ototku, padahal sebelumnya aku telah melakukan banyak 'kerja keras' dalam pertempuran yang panjang kemarin, aku seharusnya mengalami 'otot kaget' karena tubuhku sebelumnya jarang atau hampir tidak pernah melakukan kegiatan 'berat' seperti ini sebelumnya.
Mungkinkah energi sihir yang mengalir dalam tubuh secara pasif membantu memperbaiki tubuh? Apa pun itu, mulai sekarang aku masih perlu melakukan lebih banyak olahraga lagi untuk membiasakan diri dengan tubuh yang lemah ini.
Sambil membawa pemikiran ini, aku memutar gagang pintu keluar dari ruangan.
Di luar aku bisa melihat Ladur, ibu dan adik perempuannya, kelihatannya mereka sedang memasak sesuatu.
Sepertinya aku pernah melihat pemandangan ini sebelumnya. Perasaan ini, Deja Vu?
"Selamat pagi Sedhulur"
Pagi, katanya, meskipun sebenarnya ini sudah sore.
"Pagi" meskipun pada akhirnya aku menggunakan sapaan yang sama, aku tidak bisa tidak mengejek diri sendiri.
"Maaf, Sedhulur kami sibuk, apakah kamu lapar, ada sedikit makanan di atas meja, jika kamu mau ambil dan makanlah jangan sungkan"
Kata Ladur saat dia sibuk melakukan ... apa pun yang dia lakukan dengan keluarganya.
Tapi kenapa dia minta maaf? Seolah-olah dia melakukan kesalahan, meskipun aku adalah orang yang mengganggunya, aku yang seharusnya meminta maaf.
Entah bagaimana Ladur memperlakukanku seperti memperlakukan pelanggan.
"Tidak apa-apa itu hanya akan lebih merepotkan mu lagi nanti, aku mencari makanan di jalan saja nanti, apalagi di hutan terdekat cukup banyak pohon buah-buahan, aku hanya perlu mengambilnya nanti jika aku lapar"
Ini adalah fakta yang cukup unik, di manapun Elf tinggal pasti ada pohon atau tanaman yang bisa di makan tumbuh di hutan sekitarnya, entah Elf yang mencari tempat sepeeti itu tinggal atau pohon buah-buahan yang tumbuh di dekat tempat tinggal Elf, bagaimanapun juga Elves terlahir memiliki kedekatan dengan alam, aku mungkin tidak tahu mana yang benar, bukannya aku peduli apapun itu fakta unik sangat menguntungkan ku.
Ladur yang mendengar kata-kataku sedikit terkejut, ia menyadari arti lain dari kalimat yang kuucapkan.
"Eh, Sedhulur kamu sudah ingin pergi?"
Oh, bukankah aku memberitahunya? um atau belum?
"Ya, aku ingin menyelesaikan beberapa masalah sebelum benar-benar kembali ke tempat asal ku, jika aku punya waktu aku pasti akan mampir kesini lagi"
Prinsip hidupku adalah melakukan segalanya dengan cepat dan kemudian bersantai dengan pikiran tenang, tujuan terakhir dari kunjunganku ke dunia fantasi ini harus segera diselesaikan agar tidak terus terpikir di kepalaku.
"Ah ya, berhati-hatilah di jalan"
Ladur mengucapkan selamat tinggal dengan tatapan setengah sadar, seperti nya kepergian ku yang tiba-tiba membuatnya tidak siap, dia pasti sudah merencanakan sesuatu saat aku tinggal di sini.
"Terima kasih dan maaf sudah merepotkanmu, Ladur"
"Tidak masalah, lagipula, kamu banyak membantuku juga"
Itu benar, aku sudah membantunya membalas dendam, aku seharusnya tidak perlu membayar balas budi apapun lagi, tapi ... ibu Ladur terus menatapku dengan tatapan sinis, tatapannya seolah berkata 'kau sudah tinggal di sini tetapi kau ingin pergi tanpa membayar apa pun? Apakah kamu masih tidak mengerti arti rasa malu? ', Penampilan itu membuatku merasa tidak nyaman seolah dituntut oleh rasa bersalah.
"Tidak-tidak, bagaimana dengan ini, aku akan tetap membayarmu, meskipun aku tidak bisa membayarmu dengan uang, sebagai gantinya aku akan mengajarimu cara bertarung menggunakan pedang atau jika kamu ingin aku mencarimu teknik senjata lainnya, saya tidak keberatan"
Bagaimana juga aku adalah 'Jack Of All Weapon, Master of Saber' Dulu untuk bisa bertahan hidup di dunia Apocalypse aku harus mempelajari setiap senjata yang bisa kupelajari, karena aku tahu situasi tidak akan selalu mengijinkan ku untuk memilih senjata apa yang bisa ku gunakan.
"Eh ... Terima kasih, guru" Ladur awalnya terkejut dan kemudian segera berubah menjadi agitasi kegembiraan, dia tersenyum cukup lebar, dia bahkan sudah memanggilku guru.
"Tapi jangan terlalu berharap, aku tidak yakin apakah aku bisa mampir, pikirkan saja seperti ini, jika setelah seminggu aku masih belum datang maka berarti aku sudah pulang ke asalku"
Ladur tidak menjawab, dan hanya tersenyum pelan - tidak, kami berdua tersenyum. Meskipun aku sendiri tidak mengerti mengapa aku tersenyum.
"Kalau begitu aku akan membereskan barang-barangku dulu dan segera pergi, sampai jumpa lagi Ladur"
"Sampai nanti, guru"
*****************
Setelah Alan pergi, suasana di rumah Ladur tiba-tiba berubah tegang.
Untuk kedua kalinya ibu Ladur mulai menginterogasi putranya lagi, yang pertama pagi ini ketika dia baru saja bangun dia terkejut oleh berita bahwa anak perempuan kecilnya selalu terbangun di tengah untuk membantunya membuat dekorasi serta hal-hal kecil lainnya pada makanan ringan yang ia buat.
Tindakan gadis kecil nya, mengejutkannya, membuatnya marah, tetapi pada saat yang sama ia bangga memiliki putri yang begitu peduli, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum secara diam-diam.
Sayangnya kali ini berita kedua benar-benar membuatnya cemberut.
"Ladur, apa artinya itu?"
Teknik bertarung? Seni Senjata? Omong kosong macam apa itu?
"Apa maksudmu, ibu? Aku tidak mengerti" Ladur mencoba bersikap bodoh.
"Ladur berhenti berpura-pura, apakah kamu pikir ibumu tuli? Apa maksudmu dengan 'guru' barusan? Tolong cepat jelaskan semuanya pada ibumu"
Mendapatkan pandangan tajam dari ibunya, Ladur hanya bisa menundukkan kepalanya, tetapi pada saat yang sama kepalanya benar-benar bekerja sangat keras. Mempertimbangkan pro dan kontra, memikirkan apakah ia benar-benar akan mengatakannya atau tidak.
Sampai beberapa saat pertimbangan dia mengangkat kepalanya lagi, menatap ibunya dengan percaya diri.
"Dengar ibu, aku ... aku ingin menjadi orang yang kuat, aku ingin.."
"Tidak akan pernah"
Sejak saat kata pertama diucapkan, Ibu Ladur mengerti apa yang ingin dikatakan putranya, karena itu dia langsung memotong nya.
Jangan bercanda, dia tidak akan pernah membiarkan sesuatu seperti kekuatan dan sihir memasuki kehidupan keluarganya lagi.
"Tapi ibu, kata sang guru, hanya yang kuat yang bisa selamat-"
"Omong kosong"
Sungguh omong kosong, kekuatan memang bisa melindungi diri sendiri tetapi tidak bisa menjamin keselamatan hidup.
Kekuatan dan masalah akan selalu terkait, semakin besar kekuatan yang mereka miliki, semakin besar masalah yang mungkin terlibat.
Lihat saja suaminya, seorang ksatria tingkat 2 yang menjadi arkeolog, tetapi apa hasilnya? Apakah dia aman? Apakah dia berkumpul dengan keluarganya sekarang? Tidak sama sekali, keberadaan pria itu masih belum diketahui.
Setiap kali putrinya berhalusinasi dan mengigau telah bertemu ayahnya, sebagai seorang ibu ia merasakan sakit di hatinya.
Jalan berduri ini, dia tidak akan membiarkan putranya mengikutinya lagi.
Terlebih lagi, pria tidak sopan sebelumnya yang entah dari mana asalnya tidak terlihat seperti pria yang baik, datang di tengah malam mengenakan pakaian penuh noda darah, mandi dan menginap di rumah orang asing tanpa rasa malu, jika putranya tidak menghalangi dia, pagi tadi dia pasti sudah menyiram pria itu dengan air dan mengusirnya dari rumah.
Di sisi lain, Ladur diam-diam meringis kesakitan mendengar penolakan ibunya yang begitu langsung, tekadnya, tekad yang dibangunnya sepenuh hati telah hancur, hatinya terluka, dia bahkan bertanya-tanya apakah ibunya benar-benar memikirkannya atau tidak.
Meskipun Ladur telah dirobohkan, dia masih tidak mau menyerah, dia sekali lagi membangun tekad hatinya dan mengungkapkan pikirannya.
"Ibu ... aku tahu kamu tidak suka 'kekuatan dan sihir' karena kehilangan ayah, tapi ..."
Ladur tidak tahu seberapa kuat ayahnya, tetapi dia tahu ayahnya memang orang yang 'kuat'.
Kakak tertua berkata, ayah dulu bahkan memiliki dan mengelola sekelompok arkeolog, meskipun itu tidak bisa disebut kelompok besar tetapi dia masih memiliki cukup banyak bawahan.
Pada saat itu dia dan keluarganya hidup dalam kehidupan yang sepenuhnya memadai dan... nyaman.
Ladur sendiri masih ingat hari itu, sampai suatu hari semuanya ayah ketika ayahnya tidak pernah kembali dari reruntuhan.
"... tapi aku jamin itu tidak akan terjadi lagi"
Baik tragedi tentang ayahnya yang hilang atau saudaranya yang terbunuh itu semua tidak akan terjadi.