Melihatnya makan dengan nikmat entah bagaimana memberi ku perasaan tenang yang aneh.
Satu-satu persatu dia melahapnya tanpa ada tanda-tanda ingin berhenti, begitu menikmati nya padahal bagiku rasanya biasa saja tapi dia membuat buah-buahan sederhana ini terlihat sangat lezat.
Melihatnya makan dengan penuh semangat, satu pertanyaan sederhana terus mengetuk-ketuk di kepalaku, sebenarnya sudah berapa lama dia tidak makan?
Mungkin karena menatapnya terlalu lama dia akhirnya menyadari tatapanku
"Maaf aku makan terlalu banyak" Dia menundukkan wajahnya dengan pipi merona.
"Tak masalah" Jawabku sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong nona, sudah berapa lama kamu berada di reruntuhan ini?"
Meskipun aku baru saja mengisi perbekalan ini kemarin sore, karung yg kuberikan masih penuh dengan, tetapi dalam sekejap gadis ini hampir menghabiskan setengahnya, jika dia makan dengan rakus seperti ini karena lapar, sudah berapa lama dia menahannya?
Tapi di sisi lain itu juga membuat ku berpikir ada sesuatu yang tidak biasa di reruntuhan ini, hingga membuatnya menahan lapar seperti itu.
"Hmm ... tanggal berapa sekarang?"
Reaksi sederhana ini telah menimbulkan banyak pertanyaan di benak saya.
Tanggal? Mengapa dia menanyakan tanggal sekarang? Apa hubungannya dengan pertanyaan ku? Tidak mungkin dia sudah kehilangan rasa waktu, kan?
Bahkan orang yang terkurung di ruang tertutup masih bisa menghitung hari lewat bayangan matahari. Sedangkan dia sama sekali tidak mengingat tanggal hari ini, sebenarnya sudah berapa lama dia berada di reruntuhan ini?
"Jika aku mengatakan tanggal berapa sekarang, kamu tidak akan menjawab dengan jawaban seperti 'maksudmu era sebelum pohon dunia runtuh' kan?"
Dia tidak mungkin kehilangan rasa tentang waktu kecuali jika dia berasal dari masa depan, seorang penjelajah waktu yang kebetulan mendarat di reruntuhan ini, tanpa mengetahui bagaimana untuk kembali, orang seperti itu kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan yang jelas tentang masa kini.
Aku tidak menganggap diriku istimewa, mengetahui 'aku telah kembali ke masa lalu', bukan tidak mungkin orang lain dapat melakukannya juga dengan cara yang berbeda.
"Tidak jug- tunggu, apa yang baru saja katakan tadi?"
Melihat reaksinya, sepertinya aku hanya berpikir terlalu banyak, dia bukan orang dari masa depan. 'kembali ke masa lalu' memang tidak semudah mengatakan nya.
"Tidak ada, lupakan saja. Aku hanya berpikir bagaimana kamu bisa makan dengan sangat baik, seolah kamu belum makan dalam waktu yang begitu lama"
"Ahaha, sebenarnya ... sudah beberapa hariini aku memang tidak bisa makan dengan benar"
Dia terdengar agak canggung ketika dia mengatakan itu, untungnya pertanyaanku tidak membuat nya marah, dia juga menjawab pertanyaanku dengan serius. Namun dari jawabannya, ada beberapa hal yang membuat ku penasaran.
"Lalu kenapa kamu tidak kembali?"
Jika kelaparan dia bisa saja kembali atau mencari makanan di tempat lain, untuk alasan apa dia memilih untuk terus tinggal di sini?
Karena dia tahu jalan masuk ke reruntuhan ini, dia juga bisa keluar menggunakan jalan yang sama, tidak mungkin dia terjebak di sini, apalagi di pintu 'gua' yang ku lewati tidak ada jejak kaki yang berarti dia pasti melewati jalan lain.
Tidak mungkin juga dia bisa melewati lubang raksasa di atas kota.
Bahkan jika sama-sama memiliki telinga runcing yang sama, tidak seperti Pixie, Elf tidak memiliki sayap, sedangkan lubang diatas kota memiliki ketinggian yang melebihi ketinggian gedung berlantai 3 digit, tidak mungkin dia akan menggunakan 'lubang' itu sebagai 'jalan' '
"Ah ... Tentang itu ceritanya sedikit panjang, aku tidak keberatan menceritakan nya tapi bolehkah aku bercerita sambil terus makan?"
'Asalkan kau berhati-hati agar tidak tersedak' rasanya ingin sekali mengatakan nya.
"Ya, tidak masalah, jika ada yang tidak jelas akan kutanyakan saja langsung kepadamu"
Begitu kata itu dikatakan aku tertegun mendengarnya sendiri.
Pola percakapan ini, memberiku sensasi deja vu ini terasa seolah-olah aku telah mengatakannya berulang kali, membuatku merasa sedikit aneh.
"Beberapa hari yang lalu, karena impulsif dan ketidaktahuan anak muda, kami pergi mengunjungi reruntuhan ini ..."
"Tunggu sebentar!"
Tidak baik memotong cerita di tengah seperti ini, tetapi aku tidak punya pilihan lain, aku harus mengkonfirmasi sesuatu di sini.
"Kamu bilang 'berkunjung' kan? Apakah kamu mendapat informasi dari suatu tempat?"
'Mengunjungi' kata ini digunakan hanya ketika seseorang mengetahui tempat dan tujuan yang akan mereka tuju, bahkan ketika mempertimbangkan perbedaan makna karena perbedaan bahasa, aku masih memiliki bukti lain bahwa dia mengetahui lokasi reruntuhan ini dengan pasti.
Seperti penggunaan frasa 'impulsif dan ketidaktahuan pemuda' aku mendapatkan semacam intuisi bahwa kalimat itu tidak hanya merujuk pada kecerobohan seorang pemuda mengunjungi reruntuhan yang tanpa sengaja mereka temukan
"Ya, salah satu temanku yang membelinya dari seseorang pusat perdagangan informasi"
Pusat perdagangan informasi?
Mendengar ini, aku tanpa sadar mengerutkan alisku, Jika aku tidak salah ingat informasi reruntuhan yang bisa dengan mudah dibeli di pusat perdagangan informasi adalah informasi sampah.
Tidak jarang informasi 'reruntuhan' yang dibeli hanya menunjukkan kota yang baru-baru ini ditinggalkan karena beberapa alasan atau kota yang sama sekali tidak berhubungan dengan sihir sehingga tidak memiliki nilai untuk dijelajahi, informasi reruntuhan jenis ini sering disebut reruntuhan palsu.
Bahkan jika seseorang mendapatkan informasi yang benar, tidak ada jaminan bahwa reruntuhan tersebut belum dieksplorasi oleh orang lain.
Kasus terburuk adalah reruntuhan asli yang telah dieksplorasi oleh orang lain, yang pada dasarnya semua 'harta karun' telah dibersihkan dan hanya menyisakan jebakan dan hal-hal serupa lainnya.
Tentu saja ada juga beberapa kasus seseorang menemukan emas di tumpukan sampah.
Tapi itu bukan yang ingin kubahas yang perlu ku konfirmasi adalah, apakah Ladur juga menemukan reruntuhan ini dengan metode yang sama?
Awalnya aku pikir reruntuhan ini adalah reruntuhan yang belum ditemukan, terutama karena aku tahu Ladur benar-benar mendapatkan 'hasil' dari penjelajahannya, karena alasan yang sama saat aku pertama kali datang ke sini dan melihat jejak kaki seseorang, aku sedikit merasa was-was dan mencoba mengoreksi informasi sebanyak mungkin darinya.
Tidak berharap informasi reruntuhan ini juga ada di pusat perdagangan informasi, dan dia adalah salah satu dari sekolompok pemuda yang terpengaruh 'dorongan' mencari jati diri, sekarang pertanyaannya adalah apakah Ladur juga terpengaruh 'dorongan'? ia begitu putus asa hingga membeli informasi reruntuhan di pusat perdagangan informasi dan tidak sengaja menemukan emas di tumpukan sampah?
Um... sepertinya tidak, jika Ladur menjadi kuat melalui metode keberuntungan seperti itu, dia akan menjadi orang yang ceroboh yang akan mengunjungi berbagai reruntuhan dengan mental untuk berjudi.
Tapi seingat ku, Ladur adalah orang yang sangat berhati-hati, selain dari reruntuhan ini ia bahkan belum pernah pernah mengunjungi reruntuhan lainnya.
"Apakah temanmu benar-benar membelinya dari seorang pedagang informasi?"
"Kita tidak punya pilihan lain, sebagai sekelompok kecil arkeolog pemula hampir mustahil untuk mendapatkan informasi reruntuhan yang benar, satu satunya jalan hanya bisa mencoba membeli reruntuhan palsu, bagaimana pun juga kami bisa menganggapnya sebagai latihan"
Sepertinya dia sedikit salah paham dengan pertanyaanku, sebenarnya aku bertanya hanya untuk mengkonfirmasi sumber informasinya, tetapi dia malah berpikir aku kesulitan mempercayai kebodohan mereka
Bahkan jika dia tidak mengatakannya, aku sudah tahu mereka adalah sekelompok pemula, melihat betapa cerobohnya mereka dan fakta bahwa gadis ini tidak bisa melihat sihir ilusi pada wajah dan telingaku.
Aku hanya perlu sedikit berpikir untuk melihat ini.
Tapi tidak masalah, bagaimanapun juga tujuan pertanyaanku sudah tercapai, tidak perlu terus membuang-buang waktu dengan mencoba mengkoreksinya.
Ketika aku mengalihkan pandangan ku kepadanya lagi, gadis itu masih belum melanjutkan ceritanya, dia juga tidak melanjutkan makanan setengah jadi yang tergantung di tangannya.
Dari sorot matanya yang bisa kulihat, dia seperti berkata.
"Jadi, ada yang ingin kamu tanyakan lagi?"
Dia meminta aku untuk bertanya pada saat yang sama, yang berarti dia tidak ingin diganggu ketika saya mengatakannya nanti.
Ekspresi yang mudah dibaca itu sangat lucu, tapi pada saat yang sama akan membuat orang yang di tatapnya akan merasa bersalah.
"Maaf, tidak apa-apa, lanjutkan ceritamu lagi"
Baiklah sekarang kucoba kudengar kan sampai akhir terlebih dahulu baru aku bertanya.