Chapter 61 - Menghibur Laura

"Pria magus! Kamu tahu segalanya sejak awal kan? tapi mengapa menyembunyikannya?"

Saat aku menatap wajahnya sebelumnya, aku melihat ekspresi pahit dan kesal di wajahnya tapi aku tidak merasakan adanya perasaan seperti 'syok' datang darinya.

"Eh"

"Eh, apa maksudmu Sedhulur?" Laura bertanya.

Selian Pria magi, mereka menatapku dengan ekspresi yang hampir sama seperti di wajah Laura, sebuah ekspresi menekan yang menuntut akan jawaban.

Sekali lagi dengan senyum kecil aku menjawab.

"Aku bisa membaca ekspresi seseorang"

Pada saat yang sama dengan tepuk tangan meriah aku bisa mendengar suara "Wooh" yang panjang dari mereka berlima.

"-_-*" apa arti tepuk tangan itu, apakah mereka baru saja mengolok-olok ku?

Meskipun mereka adalah jiwa, program di pusat proses (otak) mereka masih sama seperti ketika mereka masih hidup, mereka memiliki 'program otomatis/kebiasaan' yang membuat ekspresi terbentuk di wajah mereka secara tidak sadar. Itu adalah pengetahuan dasar.

"Ada apa dengan reaksimu !?"

Mereka berlima tertawa bersama, jika bukan hantu aku akan memukul wajah mereka satu-persatu, terutama si pria magi.

Bagaimana bisa mereka bersikap begitu tenang saat ku interogasi seperti ini.

"Tidak apa-apa, kamu hanya mengingatkan kami pada seseorang" ekspresi mereka mengatakan 'mungkin itu sebabnya aku bisa lebih terbuka dengan manusia ini, meskipun ini pertemuan pertamaku'.

"-_-*"

Aku tidak tahu bagaimana topik pembicaraan telah berubah, suasana terasa seperti mereka akan bernostalgia dan bercerita tentang kenalan mereka, saya harus menghentikannya.

"Hentikan itu, aku tidak ingin mendengar apapun tentang hidupmu atau temanmu, jawab saja pertanyaanku sebelumnya. Aku ingin menyelesaikan reruntuhan ini dengan cepat dan kembali beristirahat di rumah"

"Baiklah, tapi sebelum itu aku ingin mengatakan sesuatu dulu"

Apa, lebih banyak cerita?

"Tidak perlu menceritakan kisah dan mengganti topik pembicaraan, katakan saja mengapa kamu menyembunyikannya, meskipun aku tidak mengerti arti dari kata-katamu nanti"

Tidak mungkin aku ingin mendengarkan cerita yang membosankan lagi.

"Haha, maaf karena mengubah topik pembicaraan, Sedhulur melihat kemampuanmu membaca ekspresi, kau pasti sudah menduganya, aku ini orang tipe orang yang ​-"

Aku memang merasa agak seperti itu, tetapi sebenarnya aku tidak benar-benar menyadarinya sebelum dia mengatakannya, membaca ekspresi tidak mahakuasa karena itu tidak membuat ku bisa membaca hati seseorang. 

Entah bagaimana aku telah dianggap tinggi seperti ini, membuatku merasa seperti aku baru saja berbohong kepada mereka.

"-Dan juga kamu tahu aku pengecut, aku takut melihat reaksi Laura jika aku bilang bahwa kami sebenarnya sudah mati"

Pada akhirnya aku malah yang mengatakannya, memaksanya untuk melihat reaksi teman-temannya mengetahui bahwa mereka sudah mati, untuk itu aku merasa aku harus meminta maaf.

"Jadi Samir, apakah kamu ingat bagaimana kalian berempat mati? Mengapa hanya aku yang tidak mati?" Laura yang berbicara pada pria magus, sepertinya dia bernama Samir.

Mengabaikan itu, sebenarnya aku juga penasaran tentang bagaimana mereka mati, siapa tahu mungkin ini bisa membantu menyatukan beberapa Puzzle reruntuhan.

"Tentang itu aku sendiri tidak terlalu mengingatnya, beberapa waktu lalu aku bangun tidur seperti biasa tapi anehnya ketika aku mencoba merasakan aliran energi sihir di tubuh ku itu sudah tidak ada, pada awalnya aku pikir aku hanya terkena beberapa kutukan atau segel pembatas, baru setelah beberapa hari pengamatan aku menyadari bahwa sebenarnya aku sudah mati "

Melihat dari ekspresinya sepertinya dia tidak berbohong, sebagai besar system kekuatan sihir di dasar kan pada jiwa, tetapi sebenarnya 90% dari hal-hal yang berkaitan dengan proses ajaib terjadi di dalam tubuh, jiwa hampir tidak memiliki 'menyimpan data' , paling-paling jiwa penyihir lebih kuat dari orang normal.

Pada akhirnya informasi darinya tidak membantu apapun.

"Maaf semuanya, aku meminjam Laura sebentar setelah itu kamu bisa bicara sebelum kamu berpisah"

"Eh?" dari ekspresi dan reaksinya aku bisa merasakan Laura sedikit terkejut karena harus berpisah dengan teman-temannya.

"Mengapa kamu begitu terkejut Laura, kamu tentu harus pulang, kita tidak tahu apa yang membuat mereka semua mati, kita tidak bisa tinggal di sini dan menjadi seperti mereka"

Mendengar kata-kata ku sekali lagi Laura melihat ke bawah, sekali lagi dari reaksinya aku mungkin bisa menebak apa yang dia pikirkan.

"Jangan mengatakan hal-hal bodoh seperti 'kamu tidak keberatan mati bersama mereka', jangan lari dari masalahmu sendiri setidaknya belajar dari kesalahan mu itu, mengendalikan dorongan masa mudamu, selain itu pikirkan keluarga mereka, apakah kamu suka atau tidak kamu juga harus memberitahu berita kematian teman-teman mu kepada keluarga mereka"

"Memang benar kata Sedhulur Laura, lupakan saja kami, kamu harus terus menjalani hidupmu sendiri"

"Tapi-"

Mereka terus saling membalas seperti dalam drama perpisahan tetapi aku tidak tahan jika harus terus mendengarkan. aku hanya melamun dan secara tidak sengaja memikirkan sebuah ide.

"Selian itu Laura meski aku berkata perpisahan bukan berarti kau tidak akan pernah bisa bertemu dengan mereka lagi, kau masih dapat mengunjungi tempat ini sesekali atau kau sendiri belajar hal-hal tentang necromancy dan membuat-"

Aku ingin memberikan saran 'bagus' tapi bahkan sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, teman-teman Laura sudah memotongnya ditengah-tengah.

"Tidak mungkin"

"Omong kosong apa yang kamu katakan"

"Tidak akan pernah"

"Kau tidak boleh mempelajari sihir terlarang Laura"

Mereka mengatakan nya dalam tempo yang hampir sama, sedikit mengingatkan ku pada bawahanku yang bisa membalas salam secara bersamaan juga.

"Tidak mungkin aku akan membangkitkan mereka sebagai mayat hidup, itu hanya akan menajiskan mereka dan menghina nenek moyang Elves"

Sejauh itu? Itu adalah pertama kalinya aku mendengar mitos ini di dunia Elves, tetapi sekarang aku bisa mengerti mengapa Ladur dijauhkan bahkan oleh keluarga nya setelah menjadi ahli nujum. Tapi...

"Necromancy tidak selalu tentang mayat hidup, kamu juga bisa membuatnya bereinkarnasi dengan beberapa kenangan kecil dari kehidupan sekarang seperti kenangan saat kalian sudah berteman, atau mungkin kamu juga bisa membuat mereka bereinkarnasi sebagai saudara"

Aku sendiri hanya mendengar ini dari seseorang, tetapi sekarang yang paling penting adalah harapan, membuat Laura tidak lagi berkecil hati.

"Berbicara tentang roh dan jiwa, bukankah itu keahlian para Elves? Meskipun hanya sejauh roh lemah seperti roh tanaman. Setidaknya kalian harus tahu satu atau dua hal tentang roh kan?"

Saat aku menanyakan hal ini, aku bisa melihat rona merah terbentuk di pipi mereka berlima.

"Haha ... malu mengakuinya tapi kita sering bolos dan tidak mendengarkan ketika belajar hal-hal membosankan seperti ini"

"..." Ini pasti karena itu lagi, karena dorongan dari pemberontakan kaum muda.

Daripada membereskannya, aku lebih baik segera pergi membawa Laura untuk meminta nya menunjukkan kepada ku di mana Necromancer itu berada.

***********

Dari kejauhan, aku melihat sosok Necromancer yang berdiri seperti patung di bawah sinar bulan. Sesuai dengan ekspektasi ku, aku tidak bisa melihat Necromancer itu dengan jelas dalam kegelapan malam apalagi dalam jarak sejauh ini, meski begitu setidaknya aku masih bisa melihat kilau logam dari seluruh tubuhnya seperti yang dikatakan Laura, dan mungkin ini hanya perasaanku, aku juga bisa melihat sedikit kilau dari matanya seolah dia terus mengawasi seseorang yang terlihat akan mendekat.

Terasa seperti CCTV.

"Laura, apa yang terjadi jika seseorang menyerangnya dari kejauhan? Apakah dia akan mengejar si penyerang? Atau apakah itu akan tetap diam seperti itu"

"Umm ... memang dia tidak akan mengejar, tapi dia pasti akan menghindar"

Sepertinya aku berharap terlalu banyak, dia tidak mungkin akan terus tidak bergerak seperti patung.

Untuk beberapa saat berikutnya aku mencoba mengawasinya sekali lagi, seperti yang dikatakan Laura Necromancer dapat mengusir hantu jarak jauh, tapi selain itu aku tidak mendapatkan informasi tambahan apa pun.

"Ayo pergi, Laura"

"Dimana?"

"Kembali ke salah satu rumah, kamu sudah bisa berbicara dengan temanmu jika kamu mau, aku ingin tidur" setelah mengatakan ini aku meninggalkan Laura, walaupun aku mendengar suara langkah kaki memgejar dari Laura, aku mengabaikannya.

Aku harus menyelesaikan reruntuhan ini segera, pertama-tama mungkin aku akan mencoba berkomunikasi dengan Necromancer terlebih dahulu. Tetapi ada juga kemungkinan bahwa dia akan menyerang seperti pola yang biasa dikatakan Laura, mungkin aku harus mengalahkannya dulu dan kemudian bicara? Tetapi sebelum itu dapatkah aku mengalahkannya?

Kesenjangan dalam kekuasaan di antara kita terlalu jauh, dia tidak hanya seorang penyihir tapi dia juga memiliki tulang yang terbuat dari besi, sulit menemukan cara untuk mengalahkannya dengan mudah. Dan tentu saja pedang-pedang di pinggangku inj tidak akan bisa mengiris tubuhnya, selain itu jika kami berdua bertarung, kemungkinan akan ada beberapa tulang yang patah di tubuhku, dan itu akan menyakitkan.

Kalau saja aku masih di tingkat Legenda aku pasti bisa mengalahkannya tanpa menyentuhnya dalam waktu kurang dari 10 detik, jujur ​​saja ketika tubuh tiba-tiba berubah menjadi 'lemah' seperti ini membuat ku sedikit kesulitan, terutama ketika mendapat gigitan nyamuk seperti ini, membuat ku berpikir ' sejak kapan nyamuk punya senjata tambahan untuk menyedot darah yang tajam ini? '

Ngomong-ngomong, untuk saat ini, aku akan tidur, bangun lebih awal, menyiapkan beberapa ramuan obat untuk berjaga-jaga jika nanti aku akan terluka.

*******

Keesokan paginya, aku mulai mengumpulkan beberapa tanaman roh untuk membuat obat herbal - atau memang seharusnya begitu, sayangnya ketika aku bertanya kepada teman-teman dan hantu Laura, mereka mengatakan bahwa semua tanaman roh baik yang dapat digunakan sebagai obat herbal 'ajaib' atau tidak, hanya tumbuh di area necromancer.

Yang berarti aku harus mengalahkannya terlebih dahulu jika saya ingin menemukan tanaman roh, tidak- itu tidak berarti bahwa aku di sini mencari tanaman roh.

Memikirkan aku yang seharusnya melawan musuh kuat tanpa cadangan ramuan dan obat-obatan, membuat ku merasa aku lebih hati-hati.

Mungkin karena dorongan putus asa tubuh pemuda ini, aku tetap bertekad untuk melawan Necromancer itu dengan risiko beberapa patah tulang yang menyakitkan.

Tapi jika aku bisa berkomunikasi dengannya dengan lancar tanpa kekerasan, itu lebih baik.