"Saya sama sekali tidak mengerti apa yang Bapak Ryan katakan. Saya sudah mengajukan cuti ini dari dua minggu yang lalu. Dan alasan saya cuti hari ini, karena saya harus mengikuti sidang tesis, untuk kelulusan profesi apoteker saya Pak. Dan saya memang sengaja mematikan ponsel saya, agar bisa berkonsentrasi dengan sidang saya. Maka dari itu, saya memang tidak bisa dihubungi," Zeva memberikan penjelasan panjang lebar dengan menahan amarahnya. Dia belum mengerti sepenuhnya akan masalah yang terjadi. Akan tetapi mendengar perkataan bosnya itu, seolah dialah yang menjadi penyebab kekacauan ini terjadi.
"Silahkan duduk dulu Miss Orlyn. Maaf telah mengganggu waktu cuti anda," Stevan Anderson, Direktur Marketing dan Product, mencoba menengahi perdebatan kedua bawahannya. "Bagaimana dengan sidangnya Miss Orlyn?" Stevan mencoba berbasa basi mencairkan suasana. Pria berusia tiga puluh dua tahun tersebut terlihat tenang dan bijaksana mengahadapi situasi yang terjadi saat ini. Tak heran di usia yang terbilang masih sangat muda dia sudah memegang jabatan yang cukup penting.
"Terimakasih Pak Stevan. Sidangnya berjalan lancar. Sekarang saya masih tinggal menunggu hasilnya saja," Zeva menjawab, kemudian berjalan menuju kursi kosong di sebelah Azka.
Meski di dekat pintu masuk tersedia kursi yang kosong, Zeva sengaja memilih duduk di sebelah Azka. Selain karena dekat dengan Azka sebagai rekan kerja, dia berharap bisa mencari informasi lebih detail apa yang sebetulnya tengah terjadi dari Azka disela-sela rapat. Karena wanita itu tidak mungkin bertanya kepada Rania. Karena tadi teman baiknya itu hanya mengantarkan sampai depan pintu dan tidak ikut masuk ke dalam ruang rapat.
"Baiklah kalau begitu kita bisa memulai kembali pembahasannya," Stevan berucap saat Zeva sudah duduk di kursinya. "Miss Orlyn, apa anda tahu kenapa anda diminta hadir rapat di waktu cuti anda?" Lanjut Stevan.
"Dari yang saya dengar, kompetitor kita me-launching product baru dengan ingredients yang sama persis dengan product yang berencana kita luncurkan," Zeva menjawab tidak yakin.
"Tidak hanya ingredients-nya yang sama persis. Bahkan, kemasannya pun di design hampir sama persis dengan hasil design dari perusahaan kita," Sambar Ryan. Namun, pria itu langsung menghentikan ucapannya ketika Stevan mengangkat tangan memberi tanda agar Ryan tak meneruskan bicaranya.
Zeva hanya terdiam tidak mampu menjawab. Dia sendiri bingung kenapa itu semua bisa terjadi. Dia semaikn bertanya-tanya kemana perginya Pak Hendri. Kenapa Pak Hendri tidak datang pada rapat sepenting ini? Dia yakin kalau Pak Hendri pasti lebih paham situasi yang sedang dihadapi perusahaan saat ini.
"Apa anda bisa menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi? Sepertinya sangat aneh kalau dikatakan itu suatu kebetulan," Ucapan Stevan membuyarkan lamunan Zeva.
"Maaf Pak saya juga tidak mengerti bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Saya juga merasa, bahwa ini sangat tidak mungkin hanya kebetulan saja," Ucap Zeva.
"Kalau begitu, bisa saya simpulkan anda sependapat dengan saya, bahwa sudah terjadi kebocoran di perusahaan," Stevan berucap dengan menekankan setiap kata-katanya. "Bukankah product tersebut dibawah tanggung jawab anda Miss Orlyn? Bagaimana bisa product yang baru selesai diteliti satu minggu yang lalu sudah ada design kemasan dari bagian finalisasi product? Bahkan, dari laporan yang saya baca, divisi analisis sudah melakukan pekerjaan mereka sebelum product tersebut selesai anda teliti," Terlihat sekali Stevan berbicara sambil menahan amarahnya.
Zeva mencerna setiap pertanyaan Stevan. Dia bingung harus mulai menjelaskannya dari mana. saat ini, hati, pikiran, dan mulutnya seolah tak mau bekerjasama.
Setelah terdiam cukup lama, Zeva kemudian mulai menceritakan bahwa tim dibawah tanggung jawabnya, sudah mulai melakukan penelitian sejak setahun yang lalu. Namun saat penelitiannya hampir selsai, Hendri mulai mengajukan ide untuk melakukan efisiensi waktu.
Hendri meminta Zeva mulai bekoordinasi dengan Azka dari bagian analisis product, juga Rahmat dari finalisasi product, agar ketika product tersebut selesai diteliti, tidak akan membutuhkan waktu yang panjang melalui tahapan selanjutnya supaya bisa mengejar target pasar. Karena mereka dibawah naungan satu divisi, koordinasi diantara mereka sangat mudah terjalin.
"Setiap perkembangan dari project sekecil apapun, saya laporkan secara langsung kepada Pak Hendri," Ucap Zeva mengakhiri penjelasannya. Zeva juga menambahkan, bahwa satu minggu yang lalu, setelah penelitiannya rampung berkas keseluruhan sudah diserahkan kepada Hendri.
"Apa kamu masih menyimpan berkas-berkas penelitian kamu?" Tanya Stevan.
"Saya menyimpan data penelitiannya di dalam komputer di ruangan saya Pak. Namun laporan tertulisnya sudah diserahkan ke bagian analisi product," Jawab Zeva. Jadi secara teknis, sejak satu minggu yang lalu tanggung jawab project tersebut bukanlah ditangan Zeva lagi melainkan di tangan Azka.
"Tapi saya tidak mendapatkan laporan tertulis kamu secara detail. Azka hanya menyerahkan laporan dari timnya di bagian analisis," Kembali Stevan mencecar Zeva.
"Maaf Pak, tiga hari lalu Pak Hendri meminta berkas tersebut. Dia mengatakan, Orlyn perlu memperbaiki laporannya. Dan sebetulnya baik saya, Orlyn, maupun Rahmat jarang berkoordinasi secara langsung. Kami lebih sering berkoordinasi melalu Pak Hendri," Azka angkat bicara ketika tanggung jawab berkas laporan Zeva, dilemparkan kepadanya.
"Baiklah saya mengerti. Kunci dari semua kekacauan ini semua ada di tangan Hendri. Tapi masalahnya, sampai sekarang dia tidak bisa di hubungi," Ucap Stevan dengan mengerutkan keningnya.
"Tapi meski begitu anda tetap salah miss Orlyn. Apa anda tidak tahu, SOP pengembangan sebuah product baru? Kenapa setiap langkah harus dilalui per divisi dan tidak dikerjakan sekaligus, adalah untuk menghindari kejadian seperti ini. Kalau anda melakukannya sesuai dengan SOP, hal ini bisa diantisipasi," Ryan angkat bicara. Sepertinya Ryan tidak bisa melepaskan Zeva begitu saja.
"Maaf Pak, saya mengakui keteledoran saya, dan saya minta maaf sekali lagi atas kecerobohan saya. Tapi Pak Hendri menyampaikan, bahwa hal ini sudah mendapat persetujuan Bapak selaku manager. Dia bahkan menunjukkan surat persetujuan yang sudah ditandatangani oleh Pak Ryan," Ucapan Zeva membuat terkejut semua orang yang ada di ruangan rapat.
"Apa maksut kamu? Hendri sama sekali tidak pernah membicarakan ini kepada saya. Bagaimana saya bisa memberikan persetujuan? Selama ini pun dia hanya menunjukkan laporan yang anda buat. Bahkan laporan yang dibuat Azka maupun Rahmat, baru saya lihat hari ini," Ungkap Ryan yang sama terkejutnya dengan yang lain.
"Sudah cukup, kita tidak perlu lagi membahas yang sudah lalu. Sudah jelas, kejadian ini sepertinya memang disengaja oleh Hendri," Lagi-lagi Stevan mencegah perdebatan diantara Zeva dan Ryan "Yang perlu kita lakukan sekarang, adalah mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini. Kapan rencananya produk ini akan diluncurkan?"
"Sesuai jadwal yang dipegang tim marketing, tiga bulan lagi pak. Kami sudah mempersiapkan launching dan promo, tiga bulan kedepan, untuk produk baru ini," Zaniarto, selaku kepala divisi marketing langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan Stevan.
"Baiklah, kita akan melaksanakan sesuai jadwal. Orlyn, saya kasih kamu waktu satu bulan untuk menyelesaikan masalah ini, karena kamu selaku penanggung jawab project. Segera cari solusinya. Lusa, kita akan rapat kembali untuk mendengarkan solusi yang bisa kamu tawarkan," Lanjut Stevan.
"Baik Pak," Ucap Zeva lemas. Sepertinya dia belum bisa beristirahat, bahkan harus mempersiapkan diri untuk bekerja ekstra.
"Satu lagi Orlyn. Selama Hendri belum diketahui keberadaannya, kamu sementara yang akan mengganti posisi Hendri sebagai kepala divisi product, sampai product baru ini launching sesuai jadwal," Ucap Stevan.