Ryan semakin panik tidak tahu harus berbuat apa kepada bawahannya ini. Ingin sekali rasanya dia mengguyur gadis ini dengan air agar segera sadar. Namun, dia sadar hal tersebut tidaklah pantas dia lakukan.
Mau bawa ke rumah sakit juga bingung, gimana bawanya. Masa iya gue gendong dia sampe ke parkiran. Entar gue dikira ngapa-ngapain dia lagi. duh nyusahin banget sih ne anak. - Ryan hanya bisa menggerutu tidak jelas.
oh ya, gue bangunin pake parfum aja kali ya? - Ryan bergegas mengambil botol parfum di laci mejanya yang sengaja dia tinggalkan di kantor.
Lelaki yang tengah gusar itu kemudian menyemprotkan parfum ke sapu tangan miliknya. Dia sengaja menyemprotkan sebanyak mungkin parfum agar baunya menyengat. Setelah itu dia mencoba membaui parfum itu di bawah hidung Zeva. Beruntung kali ini caranya berhasil. Wanita yang tengah berbaring tak sadarkan diri itu sedikit demi sedikit mencoba membuka kelopak matanya.
"Syukurlah, kamu sudah sadar," Ryan meenarik nafas lega saat Zeva membuka matanya.
Zeva memijat pangkal hidungnya, dia berusaha mengingat apa yang terjadi. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya melihat sekelilingnya.
"Kamu tadi pingsan, jadi saya memindahkan kamu ke sofa," Ryan berucap seolah mengerti arti raut wajah Zeva. "Ada yang sakit?" Tanya Ryan kemudian.
"Kepala ku pusing banget," Ucap Zeva memijat kepalanya mencoba mengurangi rasa sakitnya.
Zeva mencoba bangun hendak merubah posisinya, agar bisa lebih nyaman. Ryan spontan menghampiri bawahannya itu untuk membantu Zeva duduk bersandar pada sandaran sofa.
"Masih pusing?" Tanya Ryan kemudian, sambil menyerahkan botol berisi air mineral yang selalu tersedia di ruangan kerjanya.
"Sedikit," Zeva meraih botol minum tersebut dan menenggak isinya hingga tersisa setengah.
"Kamu haus apa kelaperan, minum kok kaya orang kelaperan gitu?" Tanya Ryan heran.
"Dua-duanya Pak," cengir Zeva.
"Jadi kamu pingsan gara-gara kelaperan?,"
"Sepertinya kecapean aja Pak. Semalam saya cuma sempat tidur beberapa jam saja, karena persiapan sidang hari ini. Terus tadi pagi, saya cuma sempat sarapan roti dan belum makan apa-apa lagi sampai sekarang," Jawab Zeva yang tampak sudah mulai lebih segar.
"Lagian kenapa kamu ga pake makan seharian?" Tanya Ryan lagi.
Bisa-bisanya dia nunda makan sampe kelaperan gini. Pake acara pingsan segala lagi, gila kerja ampe segininya apa? - Batin Ryan.
"Tadi siang, waktu saya mau makan, saya kan diminta segera datang ke kantor Pak. Abis rapat niatnya mau makan, tapi kan Bapak minta saya nyiapin laporan," Zeva berdalih.
"Saya nyuruh kamu nyiapin laporan aja, tinggal print antar ke ruangan saya. Bukan nyuruh kamu ngerjain laporan dengan catatan yang kamu buat itu,"
"Bapak intruksinya ga detail Pak. Ambigu, soalnya Bapak minta saya siap dengan laporan bukannya nyuruh print laporan,"
"Lagi sakit begini aja, kamu bisa ngeyel begitu ya. Heran saya sama kamu. Sudah, kamu tunggu dulu di sini. Jangan kemana-mana sampai saya kembali," Ucap Ryan kemudian langsung meninggalkan Zeva sendiri.
Saya juga heran sama Bapak. Cowok kok demen banget ngomel. Lagian udah tau orang lagi laper, bukannya disuruh cepet-cepet pulang, maladisuruh nunggu. Nasib, nasib. - Zeva menggerutu.
Zeva kemudian memejamkan mata, mencoba mengistirahatkan pikirannya. Denyutan di kepala masih terasa, bahkan tubuhnya pun ikut terasa nyeri. Wanita itu betul-betul membutuhkan kasurnya untuk merebahkan tubuh, mengusir segala penat yang mendera.
Tidak berapa lama kemudian, Ryan kembali dengan membawa sebuah kantong kresek di tangan. Dia terheran saat melihat Zeva terpejam.
Dengan ragu, Ryan menyentuh pundak wanita yang tengah terlelap tersebut dengan telunjuknya.
"Orlyn.. Orlyn.. Bangun. Hey, bangun," Ucap Ryan hampir berbisik. Namun, Zeva sama sekali tidak memberikan respon.
Duh ini anak pingsan lagi apa ketiduran sih? - Dengan ragu Ryan kembali menyentuh Zeva yang masih tertidur. Wanita itu terlihat menggeliat, merasa terganggu dengan sentuhan Ryan, tapi dia masih memejamkan matanya.
Ketiduran sepertinya. Segitu capeknya kali yah ni anak. Sampai bisa ketiduran sambil duduk gitu - Dengan seksama Ryan memperhatikan setiap inci wajah Zeva yang telihat nyenyak.
ne cewek kalau diperhatikan cantik juga yah, tapi sayang bikin ilfeel. Jadi cewek kok ga ada manis-manisnya kelakuan. Kalau ga suka ngeyel aja, bisa jadi gandengan ne cewek - Ryan sibuk dengan pikirannya sendiri.
Laki-laki itu kemudian duduk di sofa seberang Zeva. Dia masih terus memperhatikan Zeva yang masih asik bercumbu dengan mimpinya. Wanita itu terlihat bak putri tidur, begitu cantik dan polos. Sangat berbeda dengan sifatnya saat tengah terjaga, suka sekali berdebat.
Diperhatikannya lagi secara seksama keseluruhan wajah polosnya itu, Kulit putihnya begitu mulus, dengan hidung mancung dan bibir mungil yang penuh. Pipinya terlihat tirus dengan menonjolkan tulang pipi yang semakin mempertegas karakternya yang keras. Wajah cantik itu semakin terlihat manis dibingkai rambut sebahu yang hitam dan lurus. Zeva memang tak sesempurna para model yang sering menghiasi sampul majalah fashion internasional seperti Vogue atau Harper's Bazaar. Namun, ia memiliki kecantikan tersendiri yang menghipnotis.
Ryan melirik jam di pergelangan tangan. Tak terasa dua puluh menit sudah waktu berlalu. Memandangi wajah cantik Zeva memang tidak membosankan, sehingga laki-laki itu tidak menyadari berapa banyak waktu yang berlalu.
Tiba-tiba wanita yang tengah asik dipandanginya itu mengerjapkan matanya. Cepat-cepat Ryan mengalihkan pandangannya takut kedapatan tengah memperhatikan Zeva.
"Sudah bangun? Enak tidurnya?," Tanya Ryan dengan nada mengejek. Tidak dipungkiri, meski sedari tadi dia tidak mengeluh melihat Zeva tertidur, tapi baginya tetaplah hal itu membuang-buang waktunya.
"Lumayan Pak, maaf saya ketiduran," Zeva hanya cengengesan merasa tidak enak karena sudah tertidur di ruangan atasannya itu.
"Yasudah, makan ini," Ucap Ryan sambil menyodorkan kresek yang berisi roti.
Zeva membuka kresek tersebut. Dia begitu tidak bersemangat saat melihat isinya. Roti sobek dengan rasa coklat dan keju tertulis di bungkusnya.
"Tadi pagi saya cuma makan roti Pak, masa sekarang saya disuruh makan roti lagi sih Pak. Ga mempan buat asam lambung saya Pak, kalo cuma ini," Cibir Zeva.
"Kamu mau saya gendong ke parkiran?," Balas Ryan ketus. Bukannya berterima kasih, malah sempet-sempetnya dia protes pikir Ryan.
"Tidak Pak," Sambar Zeva bergidik ngeri.
"Yasudah kalau begitu, habiskan rotinya. setidaknya kamu kumpulkan tenaga, supaya bisa jalan ke parkiran. Setelah itu baru saya ajak kamu cari makan malam," Zeva hanya menurut dan langsung makan dengan lahap. Dia memang sudah kelaparan. Wanita itu bukanlah seperti wanita kebanyakan yang makannya sedikit dan suka diet. Zeva harus makan banyak untuk menunjang aktivitasnya yang segunung.