Ditatap tajam oleh Ryan, Daniel tanpa aba-aba langsung menceritakan kalau Rizal naksir Rania, bawahan Daniel di bagian Corporate Communication di Nexpharma.
"Yang mana sih anaknya?" Tanya Ryan tidak menyadari siapa yang dimaksut.
"Lu ga tau cewek cantik seantero gedung Nexpharma?" Rizal mendelik tidak percaya.
"Jiah, lebay lu," Sahut Daniel.
"Lha, emang kenyataannya dia cantik banget," Ucap Rizal tidak mau kalah.
Tidak dipungkiri kalau Rania cukup populer di kantor. Kulitnya putih mulus seperti salju, mata bulat dibingkai bulu mata lentik nan lebat, hidung bangir dengan pipi berisi, serta bibir mungil mempesona. Perwujudan snow white di dunia nyata. Meski tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi dengan kecantikan yang dimilikinya, wanita itu nyaris sempurna.
"Iya sih gue akuin dia emang cantik, tapi terlalu cute. Kurang menantang," Balas Daniel.
"Woi, gue nanya dijawab napa," Ryan tampak kesal.
"Itu lho Rey, yang anaknya putih nyaris kaya albino. Dia suka bareng sama Orlyn, bawahan lu," Daniel menjelaskan.
Ryan mengobarak abrik memori di kepalanya, mencoba mengingat siapa yang dimaksut temannya.
"Oh ya, kayanya gue tau deh yang kalian maksut," Ucap Ryan saat mengingat seorang perempuan berwajah cantik yang layak menjadi artis terkenal. Wanita itu memang sering terlihat wara-wiri di lantai tempat dia bekerja saat jam istirahat maupun jam pulang kantor.
"Jangan bilang bawahan gue yang kalian maksut itu Orlyn!" Ryan memicingkan mata menatap Daniel dan Rizal, yang hanya dijawab cengiran oleh Daniel.
"Kok lu jadi suka cewek bawel itu sih Niel," Ucap Ryan heran.
"Beuh, lu kemana aja bro. Temen lu ini kan naksir tu cewek dari dua tahun yang lalu. Cuma dari dulu mau deketin gagal mulu. nyerah dia akhirnya," Sambar Barly.
"Oh ya?!" Ryan benar-benar kaget.
Ryan memang baru bekerja di Nexpharma lima bulan terakhir. Sementara Daniel dan Rizal sudah lebih dulu berkarir di Nexpharma. Sedangkan Barly memilih berkarir di Hotel, dimana lounge tempat tongkrongan mereka berada. Itulah mengapa mereka menjadikan lounge ini sebagai tongkrongan. Karena selain tempat yang privacy, akses mereka untuk keluar masuk lebih mudah.
Mereka berempat bertemu saat sama-sama menempuh pendidikan di negeri orang. Persahabatan itupun berlangsung hingga mereka menyelesaikan pendidikan. Namun, hanya Ketiga temannya yang kembali ke Indonesia. Sementara Ryan memutuskan tetap di Amerika hingga lima bulan yang lalu.
"Lu juga udah naksir Rania dari dulu zal?" Tanya Ryan lagi.
"Rizal itu baru nyadar sama cewek cantik baru-baru ini aja bro. Dulu kan matanya ketutup sama ceweknya yang tukang selingkuh," Sambar Daniel.
"Ga usah di ungkit lagi bisa kan?" Ucap Rizal sinis.
"Tapi lu kalau naksir cewek setipe semua sih Zal? Ga kapok lu macarin artis?" Tanya Barly penasaran.
"Yang sekarangkan bukan artis man, karyawati biasa,"
"Tapi cakepnya kaya artis juga. Bisa jadi sama aja kaya cewek-cewek lu dulu, tukang selingkuh semua. Lagian heran gue tampang kaya lu bisa diselingkuhin juga yah," Sahut Barly yang meskipun tidak satu kantor dengan teman-temannya, tapi selalu tahu wanita cantik di kantor itu berkat Daniel dan Rizal.
"Kali ini beda Bar, yang dulu-dulu kan selalu selingkuh dengan alasan demi karir. Alasannya buat setingan. Kalau ga selingkuh sesama artis, ya sama sutradara atau produser,"
"Emang ngejamin kalau dia bukan artis ga selingkuh?" Tanya Barly lagi.
"Mau selingkuh sama siapa dia? Kan gue manager HRD nya. Jadi sedikit banyak gue juga berpengaruh nentuin karir dia, jadi kalau mau selingkuh ya sama gue lagi kenanya," Ucap Rizal pongah.
"Bisa ae si keranjang buah. Sebelum lu mikirnya kejauhan, jadiin dulu tuh cewek," Ledek Daniel.
"Lw kira gue ga bisa taklukin tuh cewek. Kalo ga bisa bawa dia naik ke ranjang gue, ambil tu Hummer gue buat lu," Cerocos Rizal.
Mata Daniel terbelalak mendengar ocehan sahabatnya itu. Sudah lama dia naksir mobil milik temannya itu, tapi sampai puluhan tahunpun dia tidak akan sanggup membelinya. Gajinya sebagai manager Corporate Communication di Nexpharma memang cukup besar. Namun, cicilan tiap bulan juga besar. Belum lagi gaya hidupnya selama ini, cukup menguras kantong.
Sementara Rizal memang berasal dari keluarga berada. Keluarganya mempunyai perusahaan yang cukup berpengaruh di Indonesia, hanya saja Rizal kabur dari rumah karena tidak mau dijodohkan dan memilih bekerja di perusahaan milik temannya.
"Serius lu?" Sambar Daniel semangat.
"Serius, tapi ada syaratnya. Lu sama gue taruhan siapa yang lebih dulu taklukin incaran kita masing-masing,"
"Boleh, kenapa enggak. Gue jadi semangat deketin Orlyn kalau begini,"
"Gila emang lu berdua, gue kira balik ke Indonesia otak lu jadi bener. Makin ga waras ternyata," Ryan geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua temannya.
"Oh ayolah Rey, sekali-kali cari tantangan. Lu ga sekalian ikut taruhan? Biar makin seru. Gue juga siap nampung Maybach lu,"
"Ga guna, lagian apa untungnya buat gue?"
Daniel terbahak saat mendengar ucapan Ryan. "Ga ada sih, tapi biar fair gue juga pasang taruhan deh. Secara gue ga setajir lu berdua, gue cuma bisa tawarin buat traktir kalian disini setahun penuh kalo gw sampe kalah taruhan. Gimana, deal?" Daniel menyodorkan tangannya di hadapan Ryan. Namun, ditepis pemuda tersebut.
"Gue ga gila kaya lu berdua,"
"Oh ayolah man, kalo lu ikut kan peluang gue menang jadi gede. Lu berdua saingan rebutin Rania, gue biar ngejar tu cewek kulkas,"
"Cewe kulkas?"
"Lu ga tau julukan Orlyn, si cewek kulkas? kemana aja lu bro? kan lu kerjanya satu lantai sama dia?" Heran Daniel.
"Gue bukan cewek tukang gosip kaya kalian. Gue di kantor kerja,"
"Asal lu tau yah, cowok-cowok satu gedung hampir tiap hari pasti ada aja yang ngomongin Rania sama Orlyn. Dua cewek perfect di kantor,"
"Siapa sih yang ga tahan buat ga ngomongin Rania. Kalau kata kids jaman now, kecantikannya itu paripurna" Rizal ikut mengomentari.
"Sejak kapan lu jadi alay gini?" pertanyaan Ryan hanya dijawab kekehan ketiga temannya.
"Rizal mah bakalan alay kalau liat cewek cantik," Barly menjawab masih sambil menertawakan Rizal.
"Tapi yah walaupun Rania tu jauh lebih cantik, tapi ga menantang kaya Orlyn,"
"Cewe es begitu mana enak dideketin. Dari jauh sih okelah anaknya. Enak diliatnya, apalagi kalau pas senyum. Eh, pas dideketin masak tu muka langsung jutek. Bisa yah ada cewe begitu modelnya," Rizal spontan mendebat Daniel, setiap kali temannya itu memuji Zeva.
"Justru disitu letak gregetnya. Bikin penasaran, kalau dia senyum khusus untuk gue, pasti bikin langsung meleleh hati gue,"
Ryan mengernyit melihat perdebatan kedua temannya. Dia baru sadar ternyata dunia kerja tidak jauh berbeda dengan masa kuliahnya. Setiap ada kesempatan para pria akan selalu membicarakan wanita. Dan akan selalu ada Wanita populer yang dijadikan bahan perbincangan.