Shinario ( Indonesia ): Jilid 1 Bab 5
Tidakada salahnya menjadi seseorang yang egois. 5-1
Tinggal 1 hari lagi sebelum acara promosi klub-klub di laksanakan.
Sudah sekitar 2 hari berlalu, aku dan Shiratsuki mengerjakan beberapa tugas OSIS hanya berdua saja tanpa di temani oleh kak Sakamoto yang sampai saat ini belum kembali ke sekolah setelah insiden yang terjadi 2 hari lalu.
Aku sempat mendengar dari bu Kirishima bahwa dia sudah berbicara dengan kedua orang tua kak Sakamoto untuk melarangnya masuk ke sekolah sekitar 3 hari, itu artinya kak Sakamoto akan absen selama 4 hari dan akan kembali masuk pada hari senin, itu artinya kak Sakamoto tidak akan menghadiri acara yang pada hari sabtu nanti.
Setelah mengetahui itu, tentu saja seluruh pekerjaan OSIS terutama untuk acara hari sabtu harus di kerjakan olehku bersama dengan Shiratsuki saja karena hanya kami berdua saja lah anggota dalam OSIS saat ini.
Meskipun Shiratsuki sudah mengetahui bahwa pekerjaan ini akan sangat memakan banyak waktu. Tetapi saat mendengar bahwa kak Sakamoto kemungkinan tidak akan masuk selama 4 hari ke depan, Shiratsuki tidak bereaksi sama sekali.
Bahkan saat bu Kirishima bertanya padanya mengenai acara hari sabtu nanti, Shiratsuki langsung menjawabnya dengan tenang tanpa ada rasa ragu sekalipun.
Dia berkata " Tidak perlu khawatir, kami berdua tidak akan mengecewakan ibu dan kak Sakamoto."
Saat aku mendengar perkataanya, aku tertegun dan sesaat mengaguminya. Aku sedikit tau sifatnya, meskipun dia tidak suka terlibat dalam hal seperti ini, tapi dia tetap melakukan yang terbaik.
Tidak hanya pintar dalam pelajaran, dia juga memiliki kemampuan sebagai pemimpin dan dapat bekerja dengan cepat. Karena itulah selama 2 hari ini pekerjaan OSIS mengenai event besok terasa begitu cepat, karena Siratsuki dia selalu mengambil tindakan cepat dan tepat. Seperti saat mengecek gedung auditorium, saat rapat ke-2 dengan pemimpin klub kemarin, saat menyusun laporan, dan lainnya. D
ia selalu mengambil sebuah tindakan yang sangat tepat.
Karena itulah pekerjaan OSIS yang sebelumnya aku pikir sangat sulit dan menyusahkan seakan sangat ringan saat aku bekerja berdua denganya.
Harus ku akui, pekerjaan yang ku dapat sangat ringan dan hanya sebatas mengisi beberapa laporan, mengecek beberapa peralatan, dan mengikutinya saja. Salah satu yang tersulit mungkin hanya sebatas mengisi beberapa laporan berkas di ruang OSIS saja, itupun masih sesekali di bantu olehnya yang membuat pekerjaanku terselsaikan dengan cepat.
Bahkan saat ini hampir 90% seluruh persiapan untuk acara besok sudah selesai, yang belum selesai hanya bagian-bagian kecil saja seperti contohnya laporan mengenai alat-alat promosi dari beberapa klub belum di letakan di gedung Auditorium.
Karena persiapan sudah hampir selesai, aku pun dan Shiratsuki hanya berdiam saja di dalam ruangan OSIS sambil menunggu bel tanda aktifitas klub berakhir di bunyikan.
Langit di luar jendela pun kini sudah terlihat berubah warna menjadi orange pertanda kegiatan sekolah hari ini akan segera berakhir.
Aku duduk tepat di hadapan Shiratsuki yang kini sedang membaca novelnya, ini adalah kali pertama aku melihat Shiratsuki kembali membaca novel miliknya. Karena dia harus mengerjakan pekerjaan OSIS beberapa hari terakhir, aku tidak melihat dia membuka dan membaca novel miliknya itu. Ini adalah kali pertama aku melihat dia kembali membaca novelnya lagi.
Sudah 1 jam lamanya dia membaca novelnya itu setelah kembali dari ruangan auditorium, dan sudah 1 jam lamanya suasana sangat hening dalam ruangan ini berlangsung.
Tidak ada satu katapun yang terucap di mulut kami berdua.
Apa yang kulakukan selama 1 jam ini hanya berdiam diri saja sambil menatap keluar jendela tepat di belakang Shiratsuki. Aku hanya mendengarkan beberapa suara pukulan bola dan teriakan dari klub sepakbola yang sedang melakukan kegiatan di luar sana sambil sesekali mataku melihat kearah Shiratsuki.
Jika di tanya apa aku bosan?
Jawabanya adalah ya, tapi di sisi lain aku sangat menyukai suasana tenang saat ini.
Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa menyukai suasana yang kemungkinan sebagian orang akan merasakan rasa bosan seperti ini.
Tapi entah kenapa aku tau jawaban dari pertanyaan ini.
Mungkin jawabannya adalah karena ada Shiratsuki di dalam ruangan ini yang menemaniku. Meskipun dia tidak berbicara sama sekali dan hanya diam, sosoknya yang diam itu membuatku merasa tenang.
Saat aku memikirkan itu, aku mulai memalingkan pandanganku dan mencoba menyembunyikan wajahku darinya dengan cara memasukan wajahku di antara silangan tanganku yang berada di atas meja.
"Hei bangunlah, Kazama Yuichiro!!."
Aku mulai kembali mengangkat wajahku dari meja.
Hal yang pertama kali terlihat di depan mataku adalah wajah Shiratsuki yang sangat dekat sekali dengan wajahku. Dia sedikit memiringkan wajahnya ke kanan dan menahannya dengan telapak kanannya, sambil tersenyum.
"Selamat pagi Kazama Yuichiro, apa tidurmu nyenyak?"
Ucapnya yang terlihat sedikit mengejekku sambil tersenyum.
Aku tidak mengerti apakah aku tertidur atau tidak beberapa saat lalu, semuanya terjadi begitu cepat. Tapi warna langit yang terlihat tepat di belakang Shiratsuki masih terlihat sama seperti sebelum aku menyembunyikan wajahku di atas meja, itu artinya aku tidak tertidur sama sekali atau waktu hanya berlalu sesaat saja.
Bahkan beberapa saat kemudian bell tanda berakhirnya kegiatan klub mulai berbunyi.
Itu artinya waktu berlalu hanya sekitar 5 menit saja karena sebelumnya sekilas melihat jam menunjukan pukul 05.50 sebelum aku kehilangan kesadaranku.
"Aku tidak tertidur."
"Tidak usah berbohong seperti itu, kau bahkan tidak sadar bahwa aku mencium pipimu barusan."
Dengan reflek cepat, tangan kananku bergerak memegang bagian pipi kananku.
"Kau?"
"Bohong. Sudah kubilang kan, tidak usah berbohong." Dia berbicara sambil sedikit tertawa."Ekspresimu sangat lucu barusan."
"Jangan mempermainkanku."
"Maaf-maaf, aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Bahkan aku tidak ingin membangunkanmu barusan. Kau pasti sangat lelah setelah bekerja tadi siang, maafkan aku."
"Tidak perlu meminta maaf, kau juga pasti sangat lelah."
Shiratsuki terlihat terkejut dan mukanya memerah saat aku berkata begitu.
"Kenapa?"
"Aku sedikit terkejut, ternyata kau juga memperhatikanku. Terima kasih."
"..."
Aku mulai memalingkan wajahku.
"Eh, kenapa kau memalingkan wajahmu. Apa kau malu karena di puji olehku?"
Beberapa saat kemudian, suara pintu terbuka mulai terdengar.
Dengan cepat aku memalingkan wajahku ke arah pintu. Seorang perempuan terlihat berdiri disana sambil melihat kearah kami.
"Lama sekali bu Kirishima."
Ucap Shiratsuki ketika melihat bu Kirishima yang kini mulai berjalan masuk ke dalam ruangan OSIS ini.
"Maaf, aku baru selesai dengan urusanku."
"Kalau begitu berikan padaku bu Kirishima, kami akan segera berangkat."
Shiratsuki mulai berdiri dan mengambil tasnya. Dia sempat melihat ke arahku, tatapannya seperti menyuruhku untuk mengikutinya. Sebenarnya aku sedikit penasaran juga sebelumnya, aku sempat menanyakan pada Shiratsuki "Apa semuanya sudah beres?" sebelumnya setelah semua pekerjaan di auditorium selesai.
Dia menjawab " Hanya tinggal satu pekerjaan lagi?".
Aku tidak mengerti maksudnya itu dan dia menyuruhku untuk menunggu di ruang OSIS.
Tapi sepertinya satu pekerjaan lagi adalah untuk menunggu bu Kirishima dan meminta sesuatu darinya.
Shiratsuki mendekat pada bu Kirishima dan menerima secarik kerta dari tangan bu Kirishima.
"Apa itu?"
Tanyaku pada Shiratsuki.
"Alamat rumah kak Sakamoto, Kita akan pergi kesana sekarang. Ini adalah pekerjaan terakhir kita."
"Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan Shiratsuki?"
Tanya bu Kirishima.
"Apa ibu sudah membaca susunan acara yang sudah saya berikan tadi siang?"
"Ya ibu sudah membacanya."
"Kalau begitu ibu pasti sudah tau kan bahwa pembukaan acara besok adalah pidato dari ketua OSIS. Karena itulah, saya akan pergi ke rumah kak Sakamoto untuk membujuknya berpidato pada pembukaan acara besok."
"Meskipun begitu, kau sudah tau kan bahwa Sakamoto di suruh untuk istirahat sampai hari sabtu besok."
"Saya sudah tau, tapi saya merasa bahwa kak Sakamoto akan datang esok hari ke sekolah. Namun dia belum tau bahwa kami sudah mengatur jadwal untuknya berbicara, karena itulah saya akan mengantarkan dan memberitahu dia bahwa besok dia harus berpidato sebagai ketua OSIS untuk membuka acara pengenalan klub."
"Apa kau yakin bisa membujuknya?"
Ucapku pada Shiratsuki.
Sesaat setelah aku bertanya pada Shiratsuki, aku mendengar suara pintu terbuka.
"Biarkan aku bicara langsung padanya."
Orang yang membuka pintu itu adalah Sazanami Kyoka.
"Kalian tidak keberatankan jika aku ikut bersama dengan kalian?"
"Apa kakak tau dimana dia tinggal?"
Tanya Shiratsuki.
"Tentu saja."
"Dengan begitu, semuanya akan menjadi sedikit mudah."
Ucap Shiratsuki.
"Bu Kirishima, kami pergi dulu. Serahkan semuanya padaku."
Ucap kak Sazanami.
"Aku mengandalkan kalian, tapi jangan terlalu memaksa Sakamoto. Ingat itu."
"Baiklah baiklah, kami mengerti."
Ujar kak Sazanami.
Kak Sazanami akhirnya mulai meninggalkan ruangan ini termasuk denganku dan juga Shiratsuki yang mengikutinya dari belakang.
5-2
"Hmm, kenapa kalian melihatku seperti itu?... Apa ada yang ingin kalian katakan padaku?"
Ucap kak Sazanami sambil melihat padaku dan juga Shiratsuki yang berdiri tepat disampingnya.
Saat ini kami sedang berada di gerbong kereta dan sedang menuju rumah kak Sakamoto.
"Kalau kalian tidak mau bicara, aku akan mengatakan sesuatu pada kalian terlebih dahulu. Saat kita sampai nanti, aku ingin kalian tidak menggangguku saat bicara pada Ayane."
"Tidak mengganggu, apa maksud kakak?"
Tanyaku.
"Apa kamu ingat saat pertama kali kita bertemu?"
Kak Sazanami terlihat melirik dan menatapku.
"Ya?"
"Kamu pasti sudah ingat bagaimana sikapku saat itu kan pada Ayane. Nanti, aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan tetap bersikap dingin padanya dan mungkin caraku berbicara akan sedikit kasar padanya. Tapi aku ingin kalian tidak menggangguku saat aku melakukan hal itu."
Ucap kak Sazanami.
Kesan pertama saat aku bertemu dengan kak Sazanami adalah dia seseorang yang sedikit jahat. Namun semua mulai berubah ketika aku bertemu dengannya untuk kedua kalinya.
Dia memiliki 2 kepribadian yang berbeda, namun salah satunya adalah palsu. Dengan kata lain dia sengaja membuat dirinya terlihat jahat, terutama di depan kak Sakamoto. Dia melakukan itu tidak lain dan tidak bukan demi kebaikan kak Sakamoto.
"Kak Sazanami?"
Shiratsuki berbicara.
"Hmmm?"
"Aku tidak akan mengganggu kakak nanti, tapi biarkanlah aku berbicara terlebih dahulu dengan kak Sakamoto. Jika dia tidak mau mendengarkanku, maka urusan selanjutnya aku serahkan pada kakak. Kakak melakukan hal ini hanya untuk satu alasankan, demi kebaikan kak Sakamoto. Kakak ingin melihat dia berubah menjadi lebih baik lagi sebagai ketua OSIS."
"..."
Ucap Shiratsuki yang membuat kak Sazanami diam mendengarkan.
"Apa kakak tau bahwa kak Sakamoto pun bekerja keras sebelumnya demi kakak juga?... Dia tidak ingin memberikan pekerjaan berat pada kakak karena dia tidak ingin kakak terlalu focus pada urusan OSIS."
"Aku tau, kamu berbicara soal turnamen tingkat national Kyudo yang saya ikuti kan?... Aku sudah mengetahui itu."
"Karena itulah, lihat dan perhatikan kak Sakamoto. Mungkin kami berdua tidak bisa membantu banyak, tapi kami akan mencoba membantu kak Sakamoto menjadi seperti yang kakak inginkan. Itu sudah menjadi tugas kami saling membantu satu sama lain, karena kami berdua adalah anggota OSIS. "
Sejenak kak Sazanami terdiam dan menundukan kepalanya.
Dia sedikit tersenyum dan kemudian kembali melihat kembali pada kami berdua.
"Baiklah, aku akan diam dan memperhatikan saja untuk kali ini. Aku akan mengikuti caramu Shiratsuki. Huh, itu artinya aku tidak perlu lagi akting menjadi orang jahat di depannya. Itu membuatku lega. Aku memang tidak ingin melakukannya, terlebih dengan kondisinya saat ini."
Beberapa saat kemudian, akhirnya kereta mulai sampai di tujuan dimana kami akan turun. Membutuhkan perjalanan sekitar 15 menit naik kereta untuk menuju statiun dimana rumah kak Sakamoto berada.
Setelah kami keluar dari kereta, kak Sazanami terlihat diam dan mulai berbicara dengan Shiratsuki.
"Hei Shiratsuki, aku minta alamat email milikmu." Ucapnya sambil mengeluarkan handphone miliknya. Namun beberapa saat kemudian, kak Sazanami pun ikut melihat kearahku. "... Kau juga Kazama Yuichiro."
"Aku juga."
"Tentu saja, dengan begini aku bisa dengan mudah menghubungi kalian berdua kan. Jika Ayane tidak mendengarkan kalian , hubungi aku. Selain itu aku akan mengawasi kalian berdua, jika kalian berdua menyakiti Ayane, aku akan marah pada kalian."
Kak Sazanami terlihat sedikit mengancam kami, namun dengan wajah tersenyum seperti sedang bercanda.
"... Baiklah."
Jawabku sambil mengambil handphone di dalam tas milikku.
Sebuah pesan baru muncul ketika aku memberikan alamat emailku pada kak Sazanami. Pesan baru itu terlihat dikirim oleh kak Sazanami yang saat ini berada di depanku.
Aku mulai membuka isi pesan baru yang dikirimnya padaku. Isi pesan itu seperti sebuah alamat rumah seseorang yang kemungkinan besar adalah alamat rumah milik kak Sakamoto. Tidak hanya aku, sepertinya dia mengirim pesan berisi alamat rumah kak Sakamoto pada Shiratsuki juga.
"Baiklah aku akan pulang duluan."
"Pulang?"
Tanyaku reflek setelah mendengar kak Sazanami berbicara bahwa dia akan pulang.
"Tentu saja, tidak ada alasan lagi bagiku untuk ikut dengan kalian berdua untuk menemui Ayane. Aku akan mengikuti cara kalian, aku akan diam dan memperhatikan saja. Aku akan bertindak jika kalian berdua sudah selesai, itu adalah aturannya kan?... kalian tidak boleh menggangguku, begitu juga denganku."
Sebuah suara pemberitahuan mulai terdengar pertanda kereta akan datang ke stasiun ini, dan sepertinya kereta tersebut adalah kereta yang akan kak Sazanami naiki yang kembali menuju ke arah sekolah.
"Aku pergi duluan, aku serahkan Ayane pada kalian berdua. Bantulah dia, ini adalah permintaan kecilku pada kalian berdua."
Ucap kak Sazanami yang terdengar begitu tulus.
"Baiklah."
Jawab Shiratsuki.
Setelah itu kak Sazanami terlihat mulai berbalik dan berjalan menuju sisi lain untuk menunggu kereta datang yang menuju kea rah sekolah akan segera datang. Dia mulai menaiki tangga, namun sesaat kemudian dia terlihat berhenti dan melihat ke arah kami.
"Ah, ada yang aku lupakan."
"?"
"Mungkin ini akan sedikit membantu. Sampaikan ini pada Ayane, "kak Kaori Himeko akan melihatmu besok, jadi jangan kecewakan dia". Mungkin dia akan mengubah pikirannya."
Kaori Himeko, sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya. Jika tidak salah dia adalah ketua OSIS tahun lalu dan merupakan orang yang menunjuk kak Sakamoto untuk menggantikannya.
Pesan yang di berikan oleh kak Sazanami terdengar memang sangat menjanjikan dan mungkin akan sangat membantu, tapi disisi lain mungkin akan sangat merugikan.
Jika kak Sazanami ikut pergi menemui kak Sakamoto sekarang bersama kami, mungkin dia akan mengatakan pesan ini pada kak Sakamoto dengan akting jahatnya agar dia mau pergi ke sekolah besok.
Jika seperti itu, kak Sakamoto mungkin akan pergi ke sekolah agar tidak mengecewakan orang bernama Kaori Himeko yang merupakan orang yang memberikan kepercayaan untuk menggantikan posisi ketua OSIS. Tapi disisi lain ini akan merugikan kak Sazanami yang akan mendapat kesan buruk dari kak Sakamoto.
Dengan cara ini mungkin kak Sakamoto akan menganggap kak Sazanami sengaja untuk mempermalukan dirinya di depan orang bernama Kaori Himeko itu. Memperlihatkan padanya bagaimana kondisi sekolah ataupun orang yang di berikan kepercayaan menggantikannya menjalankan sekolah.
Saat ini, kak Sakamoto mungkin menganggap dirinya tidak layak dan gagal menjalankan tugasnya sebegai ketua OSIS.
Jika kak Sakamoto harus berhadapan langsung dengan kaori Himeko, mungkin dia akan sangat malu.
Karena itulah ini adalah cara yang sangat jahat.
Tapi jika besok acara pengenalan klub itu sukses, itupun akan membuat kak Sakamoto mendapatkan nilai plus dari Kaori Himeko dengan memperlihatkan bahwa dia tidak salah mempercayakan posisi ketua OSIS yang dia pegang sebelumnya pada dirinya.
Tapi apakah kak Sakamoto akan melakukan hal itu?
Aku tidak bisa menjamin hal itu, karena jika dia melakukan hal itu maka dia seperti mengambil keuntungan dari pekerjaan orang lain. Harus diketahui bahwa dalam beberapa hari ini kak Sakamoto tidak masuk ke sekolah karena sedang istirahat dan tidak membantu persiapan acara pengenalan klub.
Jika kak Sakamoto mengambil keuntungan itu, maka dia merasa malu juga.
Terutama pada orang-orang yang telah bekerja di balik suksesnya acara pengenalan klub tersebut.
5-3
Setelah berjalan menyusuri jalan setapak di daerah alamat yang diberikan oleh kak Sazanmi, akhirnya aku dan Shiratsuki berdiri di depan sebuah rumah bertingkat 2 dengan sebuah tembok yang mengelilingi rumah tersebut.
Aku dan Shiratsuki kini berdiri di depan gerbang dan mulai menekan bel yang berada di sebelah kanan tembok. Tempat di bawah bel itu, ada sebuah papan yang bertuliskan Sakamoto. Itu artinya bahwa rumah ini kemungkinan besar milik keluarga Sakamoto, dan benar merupakan tempat yang menjadi tujuan akhir kami.
Aku mulai menekan bel pintu rumah tersebut setelah Shiratsuki menyuruhku beberapa saat lalu.
Sambil menunggu, aku melihat Shiratsuki sedang jongkok dan mengelus-elus bagian kepala seekor anjing berjenis Golden Retriever yang berada di balik pagar rumah di depan kami.
Anjing itu kemungkinan adalah hewan peliharaan milik keluarga Sakamoto.
Anjing itu terlihat sangat jinak dan begitu mudah bergaul dengan orang asing.
Anjing itu terlihat sangat tenang dan senang saat Shiratsuki mengelus-elus kepalanya, begitu juga dengan Shiratsuki yang begitu menikmati waktunya bersama dengan anjing itu.
Aku mengetahui bahwa ternyata dia adalah orang yang menyukai binantang, tapi sebelumnya aku berpikir bahwa dia hanya menyukai Panda. Aku berpikir begitu karena dia menuliskan nama binatang itu pada alamat emailnya.
"...Hmm, ada apa?"
Ucap Shiratsuki sambil melihat ke arahku.
"Tidak."
"Lalu kenapa kamu terus memandangiku?"
"Tidak ada."
"Hmmmm."
Guman Shiratsuki yang kemudian kembali melihat ke arah anjing itu dan mengelusnya kembali.
"Aku kira kau hanya menyukai Panda saja?"
"Ptff."
Aku seperti mendengar Shiratsuki sedikit menahan tawanya.
"Kenapa kau tertawa."
Tanyaku saat melihat rona senyum pada wajahnya.
"...Kau pasti menebaknya karena melihat nama emaiku kan?.. Tapi sebenarnya, aku itu menyukai banyak binatang. Kucing pun aku menyukainya, bahkan aku ingin memelihara satu di apartemen untuk menemaniku."
"Kenapa kau tidak melakukannya?"
"Ada aturan untuk tidak memelihara hewan di dalam apartemen."
"Bagaimana dengan rumahmu, apa kau punya hewan peliharaan di rumahmu?"
"Tidak ada."
Jawabnya dengan cepat.
Aku melihat sebuah ekspresi kosong saat dia menjawab pertanyaanku beberapa waktu lalu. Entah kenapa setelah melihat ekspresinya aku mulai berbicara sambil memalingkan wajahku darinya.
"Aku, ah tidak kami memelihara seekor kucing."
Shiratsuki memalingkan wajahnya melihat ke arahku.
"Kucing?"
"Kuzuha adikku sangat menyukai kucing, karena itulah kakakku membelikan 1 untuknya saat dia berulang tahun 2 tahun lalu."
Beberapa saat kemudian, pintu rumah di depan kami mulai terdengar terbuka. Pandangan kami mulai teralihkan pada seseorang yang membukakan pintu itu dan pembicaraan kami terhenti sampai disitu.
Anjing yang berada di depan Shiratsuki pun terlihat mulai melihat dan berjalan ke arah pintu yang terbuka itu sambil menggonggong 1 kali seperti memberitahukan pada orang yang berada di balik pintu tersebut bahwa ada tamu yang menunggu di luar rumah.
"Siapa?"
Karena keadaan sudah sedikit gelap sekarang kami tidak begitu bisa melihat jelas sosok di balik pintu tersebut, namun dari suara yang terdengar barusan aku sudah bisa menebak siapakah orang yang membuka pintu tersebut.
Orang yang berada di balik pintu yang kini mulai terbuka itu adalah kak Sakamoto.
Dia terlihat sangat terkejut melihat aku dan Shiratsuki yang kini berada di depan rumahnya.
"Shiratsuki, Yuichiro!"
Dengan suara sedikit pelan, dia menyebutkan nama kami berdua.
Terlihat dia masih menggunakan piyama tidur di tambah dengan sebuah pakaian hangat yang dia pakai di pundaknya.
"K-kenapa kalian berada disini?"
"Maafkan kami kak Sakamoto berkunjung tanpa memberitahu terlebih dahulu."
"Ti-tidak perlu meminta maaf. Tapi kenapa kalian berdua berada disini?... Apa bu Kirishima memberitahu kalian berdua alamat rumahku?"
"Tidak, yang memberitahu kami alamat rumah kakak bukan bu Kirishima."
"Eh, lalu siapa?"
"Kak Sazanami."
Kak Sakamoto terlihat terkejut mendengar apa yang di katakan oleh Shiratsuki.
"Ka-kak Sazanami?"
"Iya dia bersama kami naik kereta dari sekolah."
"Lalu dimana kak Sazanami, aku tidak melihatnya?"
"Dia kembali pulang."
"K-kenapa?"
Beberapa saat kemudian kami mendengar seseorang berteriak dari dalam rumah. Suara seorang wanita yang kemungkinan besar adalah ibu dari kak Sakamoto.
"Aya, ada siapa diluar?"
"Mereka teman Aya bu." Jawab kak Sakamoto dengan suara sedikit tinggi sambil melihat ke arah dalam rumah. Kak Sakamoto mulai melihat ke arahku dan Shiratsuki. "Maaf, aku lupa menyuruh kalian masuk."
Kak Sakamoto mulai berjalan keluar rumah mendekat pada kami berdua, lalu kemudian mencoba untuk membuka pagar rumahnya.
"Maaf kak Sakamoto, kita harus segera pergi."
Ucap Shiratsuki.
"Eh, kenapa tidak masu—"
"Ini kak Sakamoto."
Shiratsuki memberikan sebuah buku yang sedikit tebal pada kak Sakamoto yang berada di depannya. Buku itu adalah catatan tentang klub-klub yang ada di sekolah Kita Kawaguchi dan juga berisi beberapa formulir pendaftaran klub baru yang sebelumnya masuk ke OSIS yang sebelumnya aku dan Shiratsuki sudah kerjakan.
Setelah memberikan buku tersebut, lalu Shiratsuki memberikan beberapa lembar kertas yang berisi susunan acara untuk acara esok hari yang sebelumnya dia bawa.
Kak Sakamoto terlihat membaca kertas itu sekilas, dia terlihat sedikit tersentak dan langsung melihat ke arah kami berdua. Kedua tangannya terlihat sedikit bergetar.
"A-apa ini Shiratsuki, Yuichiro?"
"Seperti yang kakak lihat. Itu adalah susunan acara untuk besok."
"T-tapi ba-bagian pertama in—"
"Benar kak Sakamoto, itu adalah bagian kakak. Tujuan kami kemari untuk memberithukan ini dan memohon agar kakak bisa hadir besok. Dengan kon—"
"TIDAK MUNGKIN!!"
Teriak kak Sakamoto sambil menundukan wajahnya.
Ini adalah kali pertama aku ekspresi kak Sakamoto seperti itu.
"T-tidak mungkin, a-aku tidak mempunyai hak untuk melakukan itu. Aku bahkan tidak membantu kalian sama sekali." Suaranya terdengar mulai tersedu-sedu. "... Apa yang dikatakan kak Sazanami memang benar, aku memang tidak cocok menjadi seorang ketua OSIS."
"JANGAN LARI!!"
Kini aku mendengar Shiratsuki yang berteriak pada kak Sakamoto.
"?"
Kak Sakamoto kembali tersentak dan terlihat diam, meskipun dia masih dalam posisi menundukan wajahnya ke bawah.
Melihat Shiratsuki yang terlihat mulai marah dan berlebihan, dengan cepat aku mencoba untuk menangkannya.
"Oy Shiratsuki?"
Tangan kanan Shiratsuki mulai diangkat mencoba untuk menghentikan niatku yang mencoba menenangkannya.
"... Besok, orang yang memberikan kepercayaan pada kakak untuk menjadi ketua OSIS akan datang ke sekolah. Jika kakak tidak datang besok, bagaimana kakak mau membayar kepercayaan yang dia berikan padamu?... Jangan kecewakan dia?... Jika kau lari, bagaimana kakak bisa bertemu dengannya lagi?"
Dengan nada marah, Shiratsuki membuat kak Sakamoto terdiam dan menangis.
Meskipun terdiam, aku melihat air mata kak Sakamoto menetes ke bawah dari wajahnya yang menunduk. Begitu juga dengan Shiratsuki, aku melihat air matanya mengalir membasahi pipi putihnya.
"Kenapa kamu sangat egois sekali, jika perlu bantuan tinggal bilang saja pada kami berdua. Bukankah kita adalah anggota OSIS?... Jangan bekerja sendirian, jika kakak butuh kami biarkan kami menolong kakak. Jika ada masalah biarkan kami ikut untuk menyelesaikannya. Karena sifat itulah kak Sazanami mencoba menurunkanmu dari posisi ketua OSIS?... Kakak terlalu baik. Sejujurnya aku benci dengan sifat kakak itu. Seakan kakak orang yang sangat pintar dan dapat menyelesaikan masalah seorang diri."
"Oy hentikan Shiratsuki, itu sudah cukup biarkan aku yang melanjutkannya."
Ucapku mencoba menghentikan Shirastuki yang kini sudah kelewatan. Aku mulai memegang pundaknya dia memandangiku dengan air mata mengalir di pipinya. Dia mengangguk lalu, berbalik memunggungi ku yang kini berada tepat di depan kak Sakamoto.
Kini aku mulai merasa bingung untuk berbicara pada kak Sakamoto dalam keadaan suasana seperti ini.
Selain itu, aku tidak pandai berbicara seperti Shiratsuki.
"Kak Sakamoto?"
"..."
"Aku memang tidak pandai bicara dan tidak banyak membantu. Tapi jika kakak perlu bantuan jangan sungkan untuk berbicara padaku, dengan senang hati aku akan membantu kakak jika aku bisa. Apa yang dikatakan Shiratsuki memang benar, jangan lari. Atau kakak akan menyesalinya Suatu saat nanti."
Ucapku pada kak Sakamoto yang kini mulai menaikan wajahnya melihat ke arahku.
"Y-yuichiro?"
"... kak Sakamoto, Menjadi sedikit egois bukan lah hal yang buruk."
Ucap Shiratsuki.
"Shi-shiratsuki?"
"Jadi, aku akan menunggu kakak besok. Aku mengharapkan kehadiran kakak disana. "
Shiratsuki terlihat mulai berjalan dan meninggalkan kediaman kak Sakamoto.
"... Kak Sakamoto, aku juga akan menunggu kakak."
Setelah berbicara pada kak Sakamoto, aku mulai mengikuti Shiratsuki yang terlihat mulai berjalan sedikit lebih cepat. Dia tidak memberikan salam perpisahan pada kak Sakamoto yang terlihat masih menundukan kepalanya dan menangis.
Tapi aku sempat melihat dia menggenggam erat kedua tangannya seakan mencoba menjadi lebih tegar, mencoba melawan rasa takutnya meskipun air mata masih mengalir dari kedua bola matanya.
Meski begitu aku masih belum tau pasti apakah dia akan datang besok atau tidak, semua tergantung pada pilihannya?
5-4
"Oy Shiratsuki, tunggu aku. Apa kau mendengarku?"
Aku mengejar Shiratsuki yang berjalan cukup cepat saat ini menuju ke arah statiun.
Meskipun aku memanggilnya, dia tidak membalikan wajahnya padaku ataupun menjawab panggilanku. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya dia rasakan saat ini, tapi yang aku tau. Dia masih mencoba menahan air matanya.
Dengan memberanikan diri, aku mulai menggerakan tangan kananku dan meraih tangan kanannya. Menariknya agar dia berhenti namun apa yang selanjutnya terjadi membuatku sedikit terkejut.
Tubuh Shiratsuki langsung mendekap tubuhku.
"Eh?"
"Jangan lihat aku?"
Ucap Shiratsuki dengan suara serak yang keluar dari mulutnya.
Kini wajah Shiratsuki berada tepat di dadaku, mendekapku begitu dekat.tubuhnya menempel pada tubuhku.
"... Biarkan aku seperti ini untuk beberapa menit, bolehkan?... aku tidak ingin kamu melihat wajahku saat ini, ini sangat memalukan."
Ucap Shiratsuki di dalam dadaku.
Mendengar permintaanya itu, aku memang dengan mudah bisa menolaknya. Tapi entah kenapa akupun diam dan menurutinya. Aku berpikir ini bukanlah hal yang sulit.
"Hei Kazama, apa aku terlihat sangat egois tadi?"
Tanya Shiratsuki padaku.
"Sifatmu sudah seperti itu kan, aku tidak begitu terkejut."
"Hehe, apa aku memang seperti itu?"
"Sebelumnya kau bilang jadi sedikit egois itu tidak apa-apa kan. Lalu kenapa kau seperti tidak menyukai dirimu yang egois seperti itu?"
Terdiam sejenak, Shiratsuki kini mulai sedikit melepaskan tubuhnya dariku dan melihat ke atas tepat pada wajahku. Aku masih melihat wajahnya memerah dan juga matanya yang masih sedikit digenangi air mata.
"Tidak seperti biasanya kau bersikap seperti ini?"
Ucapnya bertanya padaku.
Dengan cepat aku memalingkan wajah dari tatapannya.
"Kau sudah bekerja keras hari ini, untuk kali ini saja."
Jawabku dengan cepat.
"... Aku suka ekspresi malu-malumu itu. Membuatku lega."
Jawabnya sambil tersenyum.
"Kalau begitu..."
Setelah itu, Shiratsuki kembali memeluk tubuhku dengan erat yang membuatku sedikit terkejut.
Meskipun begitu aku tetap membiarkan dia memeluk tubuhku.
Seperti yang dia sebutkan sebelumnya bahwa hari ini aku memang sedikit berbeda dan tidak seperti biasanya.
Apa ini tandanya aku sudah terbiasa dengan hubungan diantara kami ini?
Itu artinya, apa aku memang mulai menyukai Shiratsuki.