Chereads / Watashitachi no Scenario wa Koi Monogatari - 私たちのシナリオは恋 物語 / Chapter 12 - Chapter 1 - Cemburu, Kurasa jarak diantara kami berdua mulai menjauh.

Chapter 12 - Chapter 1 - Cemburu, Kurasa jarak diantara kami berdua mulai menjauh.

Shinario ( Indonesia ): Jilid 2 Bab 1

Cemburu,Kurasa jarak diantara kami berdua mulai menjauh.1-1

"Kakak."

Setelah turun dari bis, Maria dengan cepatnya berlari dan memeluk bu Kirishima yang sudah menunggu berdiri di depan pintu keluar.

"Maria, apa yang kau lakukan?"

Meskipun mereka bukan saudara kandung, Maria memanggil bu Kirishima dengan sebutan kakak. Bu Kirishima bilang dia sudah memanggilnya begitu saat berada di inggris dulu.

Bu Kirishima bilang, Maria adalah adik dari temanya yang berada di London. Beberapa tahun lalu saat bu Kirishima melanjutkan studinya di inggris dia sempat tinggal di rumah Maria sampai studinya selesai. Dan keadaan berbalik saat ini, Maria yang melanjutkan studinya di jepang sekarang tinggal di rumah bu Kirishima.

Salah satu alasan kenapa Maria memutuskan untuk melanjutkan studinya di jepang adalah karena dia mendapatkan kesempatan untuk belajar di jepang melalui program pertukaran pelajar. Alasan lainnya adalah karena Maria ingin belajar tentang budaya jepang.

Saat berada di inggris beberapa tahun lalu, bu Kirishima mengajarkan Maria bahasa jepang dan memperkenalkan budaya jepang padanya.

"Hahaha seperti biasanya kau begitu dekat sekali dengan bu Kirishima ya Maria. Kau begitu menyukainya."

Ucap pak Kimura di samping bu Kirishima yang langsung di jawab dengan tatapan dingin dari Maria. Namun tidak memperdulikannya, pak Kimura terlihat masih tersenyum dan sedikit tertawa pada Maria. Dari pandanganku saat ini, aku seperti melihat mereka sedang bercanda satu sama lain dan begitu dekat.

Setelah mengeluarkan barang bawaan kami di bagasi, bu Kirishima mulai berbicara kepada kami.

"Yosh semua barang kalian tidak ada yang tertinggalkan. Kalau begitu kita akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dari sini karena perkemahanya ada di atas bukit sana."

"Heeehhhh belum sampai?... I'm Hungry."

Ucap Maria dengan ekspresi kecewanya.

"Bertahanlah sebentar lagi Maria, makan siangnya nanti setelah kita sampai di tempat perkemahan. Lagian ini masih jam 10 pagi, ini belum masuk jam makan siang. Kalau begitu ayo berangkat, kita akan ketinggalan oleh rombongan lain."

Bu Kirishima mulai berbalik dan berjalan bersama dengan pak Kimura di depan. Melihat kedekatan mereka berdua, Maria terlihat cemberut kembali. Dia bergegas mengambil barang miliknya dan berlari kearah mereka berdua.

Begitu pun dengan Shiratsuki yang terlihat mulai berjalan melewatiku mengikuti mereka.

Shiratsuki sempat membalikan badannya melihat ke arahku sebentar sebelum akhirnya dia membuka novel miliknya dan membacanya sambil berjalan.

"Huh."

"Ayo kita berangkat juga?"

Ucap Yamato yang berada di sampingku.

"B-baiklah."

Jawab Yukina.

Mengangkat tas milikku dan mulai berjalan mengikuti mereka.

-║-

"Kazama, kau itu bukan tipe orang banyak bicara ya?"

Sambil berjalan mendaki bukit Yamato tiba-tiba berbicara kepadaku seperti ingin memulai pembicaraan.

"Mah seperti itulah."

"Hei Kazama aku penasaran dengan rumor yang beredar tentang dirimu dulu. Kau menghajar beberapa orang dari sekolah lain di stasiun kereta, benarkah itu?"

"Yah seperti yang kau dengar."

"Keren. Jika aku berada dalam kondisi seperti itu, mungkin aku akan kalah. Kau hebat bisa mengalahkan mereka sendirian. Aku ingin sekali mencoba berkelahi denganmu?"

Ucapnya yang sedikit membuatku kaget dan menengok ke arahnya.

Namun saat aku melihatnya dia mulai tersenyum dan tertawa.

"Haha aku bercanda. Jujur saja aku pasti akan kalah jika berkelahi denganmu."

"Aku tidak sehebat yang kau pikirkan."

Ucapku.

Sambil berbicara, pandanganku terus saja tertuju pada Shiratsuki yang berada sedikit cukup jauh di depanku. Dia mendaki sendirian di depan sana sambil membaca novel miliknya.

Seperti yang ku pikirkan sebelumnya, aku merasa ada yang aneh dengannya hari ini.

Tidak seperti biasa-biasanya dia selalu menggodaku atau ingin selalu berada di dekatku, kali ini dia seperti menjauhiku. Aku tidak tau alasan di balik tingkahnya kali ini, tapi aku seperti melihat Shiratsuki sedikit marah padaku.

Tinkahnya yang seperti menjauhiku sudah aku rasakan sejak beberapa hari yang lalu. Meskipun saat tidur dia sempat bersandar padaku dan berada di dekatku, tingkahnya langsung berubah saat dia bangun. Tingkah dinginnya mulai terlihat kembali.

Dia selalu melihat kearahku sesaat, namun saat aku menatap balik dia menghindari tatapanku itu.

Apa aku membuatnya marah?

Tapi aku tidak tau apa yang telah aku perbuat padanya.

Jujur saja ini membuatku sedikit terganggu.

Aku harus berbicara dengannya.

"Maaf Yamato, aku duluan."

Aku mulai berjalan lebih cepat dan meninggalkan Yamato yang sejak tadi berjalan di sampingku untuk mengejar Shiratsuki yang berada sedikit jauh di depanku.

Namun saat aku mulai berjalan lebih cepat, Yamato memegang pundakku dan menahanku dari belakang.

"Tunggu sebentar."

"Apa yang kau lakukan?"

Ucapku sambil menatap Yamato yang berada di belakangku.

"Lihatlah Kazama, kau tidak boleh menggangu mereka berdua."

"Apa maksudmu?"

"Lilhatlah ke Yukina. Sejak tadi dia berusaha untuk mendekati Shiratsuki, apa kau tau alasannya?... Dia mencoba berteman dengan Shiratsuki. Karena kita baru beberapa minggu bergabung, aku ingin kita mulai mencoba berteman dan lebih mengenal satu sama lain. Yukina pun sedang berusaha sekarang, jadi jangan ganggu mereka dulu."

Karena aku hanya focus melihat Shiratsuki, aku tidak memperhatikan keadaan sekitar. Termasuk melihat Yukina yang mecoba berteman dengan Shiratsuki.

Aku memang melihat mereka sedang berjalan bersama di depan sana.

Aku juga melihat Yukina sedang mencoba berbicara dengan Shiratsuki yang sejak tadi melihat novel miliknya.

"Aku tidak tau apa yang terjadi diantara kau dan Shiratsuki, tapi saat ini aku mohon jangan ganggu mereka berdua."

"Baiklah."

Aku mulai berjalan pelan dan melanjutkan mendaki seperti sebelumnya, sambil memperhatikan Shiratsuki dan Yukina di depan.

"Mungkin kita juga harus saling mengenal satu sama lain."

"Terserah kau saja."

"Hahaha kau memang dingin sekali ya Kazama. Kita sepertinya memang tidak bisa berteman dengan baik. Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Shiratsuki?... Apa kalian benar pacaran?"

"Kau terlalu banyak bicara. Dan dari mana datangnya rumor seperti itu?"

"Banyak yang mengatakan begitu?... Asal kau tau saja, semenjak kalian bergabung dengan OSIS, kalian berdua memang banyak di bicarakan. Sedari awal kalian memang sangat menonjol sih, karena itulah rumor mengenai kalian berdua sangat cepat menyebar."

"Cih."

Sedikit menyebalkan memang.

Meskipun aku tidak ingin menjadi orang yang menonjol , sepertinya penampilanku sedari awal memang sudah sangat berbeda dengan yang lainnya.

Aku tidak bisa mengelak mengenai itu?

Tapi aku bukanlah seorang artis. Aku pikir kejadian yang menyangkut diriku saat awal sekolah akan segera dilupakan banyak orang dan aku akan kembali ke kehidupan biasa seperti anak SMA lainnya.

Tapi sepertinya pemikiranku salah.

Sekarang sepertinya banyak perhatian yang mengarah padaku.

Dan juga Shiratsuki.

Meskipun kami berdua tidak pacaran, beberapa waktu terakhir kami berdua memang sangat dekat. Meskipun begitu aku tidak bisa bilang pada mereka bahwa tidak ada apa-apa diantara kami. Bukan tidak bisa, tapi aku tidak ingin repot-repot mengurusi urusan sepele seperti itu. Meskipun aku berbicara meluruskan semua, aku tidak yakin mereka akan percaya dengan apa yang ku katakan.

Diam adalah cara terbaik.

Meskipun aku tidak tau kapan pusat perhatian akan beralih dariku dan juga Shiratsuki.

"Apa kalian berdua sedang bertengkar?... Aku lihat kau tidak banyak berbicara denganya sejak tadi pagi."

"Kenapa kau ingin sekali mengetahui urusanku?"

"Karena ini sangat menarik tentunya."

Jawab Yamato dengan sedikit bercanda.

"Kalau begitu, aku juga akan mengajukan pertanyaan padamu."

"Silahkan saja."

"Kalau begitu, kenapa kau bergabung dengan OSIS baru-baru ini?"

Tanyaku pada Yamato yang di jawabnya dengan cepat.

"Kanae Yukina, aku masuk OSIS karena aku mengikutinya. Kami berdua adalah teman masa kecil dan selalu di sekolah yang sama sampai sekarang. Aku ingin mengetahui alasan dia bergabung dengan OSIS, karena itulah aku mengikutinya."

"Alasan masuk OSIS?"

"Yah. Asal kau tau, semenjak SMP dia selalu focus bermain voli dan tidak pernah masuk ke dalam urusan OSIS. Karena itulah, aku ingin tau alasan kenapa dia kini dia bergabung juga dengan OSIS."

"Apa sekarang dia juga anggota klub Voli di sekolah?"

"Ya tentu saja, dia sangat menyukai voli."

Meskipun ada aturan setiap siswa tidak boleh masuk ke dalam 2 klub sekaligus, dalam kasus Kanae Yukina dia tetap bisa bergabung dengan OSIS tanpa ada masalah karena OSIS bukanlah sebuah klub.

Tidak ada aturan yang mengatakan bahwa anggota OSIS tidak boleh ikut ke dalam sebuah klub.

Setelah mendengar penjelasan dari Yamato, aku mulai paham alasan di balik kenapa Kanae Yukina memiliki tinggi badan dan tubuh yang sangat atletis. Alasannya adalah karena dia memang sering berolahraga dan melatih tubuhnya.

Karena itulah, dia tidak terlihat kecapaian meskipun sudah mendaki cukup lama.

"Dan aku juga, sangat menyukainya."

"Huh?"

Aku sedikit terkejut mendengar pengakuannya barusan.

"Seperti yang kau dengan, aku menyukai Yukina. Aku harap kau tidak mengatakan apa-apa mengenai ini."

"Apa kau menyembunyikan perasaanmu darinya?"

"Baginya mungkin aku adalah teman masa kecilnya. Karena itulah aku diam saja dan tidak mengatakan perasaanku padanya."

Yamato berbicara sambil tersenyum dan tertawa.

"Kau akan menyesalinya nanti."

Ucapku.

"Urus urusanmu sendiri Kazama. Bagaimana dengan perasaanmu sendiri kepada Shiratsuki?"

Ucap Yamato yang membuatku sedikit marah dan tidak menjawab pertanyaan itu.

Aku tidak mau menjawab pertanyaan karena sampai saat ini aku masih belum tau perasaanku pada Shiratsuki.

Apakah aku menyukainya, atau aku hanya terbawa suasana saja?

1-2

Akhirnya kami sampai diatas bukit.

Saat ini aku melihat beberapa kelompok murid kelas 2 mulai menyiapkan persiapan untuk makan siang. Mereka terlihat mulai membongkar bahan makanan yang mereka bawa, dan beberapa terlihat sedang menyiapkan perapian untuk memasak di dapur terbuka.

Salah satu program dari perkemahan kali ini adalah " Tidak ada aliran Listrik ".

Karena itulah kali ini mereka harus memasak menggunakan perapian traditional dengan menggunakan kayu bakar untuk memasaknya. Karena bukit ini di kelilingi oleh pepohonan, maka persediaan kayu bakar sangat berlimpah.

Alasan di gunakan aturan tidak ada aliran listrik adalah untuk mengajarkan kepada murid agar bisa mandiri dan bisa saling membantu satu sama lain.

Begitu juga dengan malam hari, meskipun mereka akan menggunakan pondok dan tidak tidur di dalam ruangan, lampu tidak boleh di nyalakan. Mereka hanya boleh menggunakan lilin dan perapian yang sudah di siapkan di setiap pondok.

Begitu juga dengan handphone, siswa tidak boleh menggunakan handphone selama program ini berlangsung. Karena itulah sebelum kita berangkat tadi pagi, ketua kelas sudah mengumpulkan handphone para murid dan di simpan di sekolah.

Namun tidak semua barang elektronik yang tidak boleh di bawa, ada satu alat elektronik yang boleh mereka bawa ke dalam program kali ini. Alat itu adalah kamera.

Namun setiap kelas hanya boleh membawa satu kamera saja yang hanya boleh di pegang oleh ketua kelas.

Alasannya kenapa kamera di pernolehkan dalam program ini adalah karena ketua OSIS meminta ijin langsung pada kepala sekolah sebelumnya. Pidato kak Sakamoto saat pemilihan ketua OSIS alasannya, agar mereka dapat mengambil foto mereka saat program berlangsung. Foto-foto tersebut nantinya akan di kumpulkan dan akan di buat album sesuai dengan kelas mereka masing-masing sebagai kenang-kenangan saat meraka lulus nanti.

Selain anak kelas 2, kami pun kini mulai bersiap-siap menyiapkan makan siang untuk kita sendiri.

Karena bu Kirishima dan pak Kimura harus bergabung dengan guru lainnya untuk mengawasi anak kelas 2, akhirnya kami harus menyiapkan sendiri seluruh persiapan makan siang kali ini. Meskipun sebenarnya kami semua tidak wajib mengikuti program ini karena tugas kami adalah mengawasi berjalannya program ini sebagai panitia, pada akhirnya kami seperti ikut dalam program kepemimpinan ini.

Kami berlima kini sedang berkumpul di depan meja yang sudah di penuhi oleh bahan makanan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh bu Kirishima.

"Apa yang harus kita masak sekarang?... apa ada ide?"

Ungkap Yamato.

"Sebelum kita menentukannya, bukankah sebaiknya kita menentukan tugas masing-masing terlebih dahulu, seperti siapa yang mencari kayu bakar, mengambil air, memasak, dan menyiapkan bahan-bahan."

Ucap Shiratsuki.

"Ah benar juga, kalau begitu aku serahkan pada wakil ketua saja. Aku tidak berpengalaman dalam hal seperti ini."

"Huh, kalau begitu angkat tangan yang bisa memasak?"

Tanya Shiratsuki sambil mengangkat tangannya.

Hanya Maria, Shiratsuki, dan Yamato yang mengangkat tangan saat ini. Sedangkan aku dan Yukina tidak mengangkat tangan.

"Maaf, aku tidak begitu mahir dalam memasak."

Ucap Yukina.

"Kalau begitu sudah di putuskan. Kazama dan Yukina bertugas mencari kayu bakar dan mengambil air. Aku, Yamato, dan Maria akan memasak."

"Aku ingin Kare. Aku ingin mencoba membuat Kare ala jepang. Beberapa hari lalu Kakak membuatkannya untukku dan itu sangat enak. Aku ingin membuatnya dan memberikannya untuk Kakak."

Ucap Maria yang terlihat sangat antusias.

"Kare, itu ide bagus. Dan sepertinya kita bisa membuatnya dengan bahan-bahan ini. Liat ada daging sapi di sini."

Ucap Yamato sambil melihat kearah bahan-bahan makanan di atas meja.

"Wah, benarkah?"

"Ya, kita bisa membuat kare daging."

"Yatta!!"

"Bagaimana Shiratsuki?"

Tanya Yamato pada Shiratsuki.

"Jika semuanya setuju kare, aku tidak keberatan membuatnya."

Shiratsuki terlihat melihat kearahku dan Yukina.

"Aku tidak keberatan, jujur aku juga sangat suka dengan kare."

"Wah terima kasih Yukina."

Setelah mendengar perkataan Yukina, Maria terlihat sangat senang dan memeluknya. Setelah itu, Maria terlihat mulai melihat kearahku, menunggu jawaban dariku.

"Aku tidak keberatan."

Ucapku.

"Yatta!!"

"Karena semuanya sudah setuju, baiklah kita akan membuat Kare untuk makan siang kali ini. Karena Maria ingin mencoba membuatnya, aku bersama dengan Maria akan memasak Kare."

"Thank Michi."

Kini giliran Shiratsuki yang di peluk oleh Maria.

"Michi?"

"Karena kita sudah berteman, aku memanggilmu Michi. Bolehkan?"

"Huh, terserah kamu saja." Ucap Shiratsuki yang terlihat mengalah. "Kalau begitu, Yamato kamu menyiapkan nasi dan sayurannya. Apa kamu bisa?"

"Serahkan padaku."

Jawab Yamato.

"Lalu, untuk kalian berdua. Tolong ambil air di hutan dan cari kayu bakar, setelah itu tolong tolong urus meja makannya. Mengerti?"

Perintah Shiratsuki padaku dan Yukina.

"Baiklah."

"Aku mengerti."

Jawab kami berdua.

"Kalau begitu aku akan mengambil alat masaknya di pondok terlebih dahulu. Tolong keluarkan bahan-bahannya dari kantung plastic Maria."

"Roger Michi."

Jawab Maria sambil memberi hormat pada Shiratsuki.

Sesaat dia meninggalkan tempat ini, aku sempat Shiratsuki menatap tajam dan dingin padaku. Sikapnya masih sama dingin kepadaku sampai saat ini.

"Bisakah tunggu sebentar Yukina, aku akan mengambil botol untuk airnya."

"Yuichir— "

Melihat ekspresi dinginnya, aku mulai tidak tahan dan akhirnya mengikuti Shiratsuki ke pondok terlebih dahulu.

-║-

Setelah meminta ijin pada guru, Shiratsuki akhirnya pergi ke bagian gudang. Dia berjalan cukup cepat seperti ingin menjauhiku.

"Tunggu Shiratsuki. Oy kau mendengarku, Shiratsuki."

Karena dia tidak merespon perkataanku atau lebih tepatnya dia seperti berpura-pura tidak mendengarkanku, akhirnya aku menghentikannya dengan cara memegang tangan kanannya dan sedikit berteriak padanya. Memanggilnya dengan nama depan dan Menahannya agar tidak menjauhiku.

"Michiru."

Akhirnya dia mau berhenti.

"Ada apa?"

"Bukan ada apa. Kenapa,kenapa sikapmu berubah padaku?"

"Huh apa maksudmu?"

"Tidak usah berpura-pura. Kau tidak akan melakukan hal ini padaku jika tidak ada alasannya. Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah?"

"Tidak ada."

Jawabnya.

"Bohong."

"Jika kau mengetahui perubahan sikapku, lalu kenapa kau tidak peka dengan keadaan sekitarmu. Aku benci seseorang yang tidak peka akan sesuatu yang sangat dekat denganya."

"Huh, apa yang kau maksud aku?"

"Tentu saja, itulah kenapa saat ini aku sedikit cemburu padamu."

"Huh, aku tidak mengerti maksudmu?"

"Aku sudah bilangkan aku tidak suka orang yang tidak peka. Kau akan mengetahuinya nanti, alasan kenapa aku bisa seperti ini."

Shiratsuki mulai berjalan kembali, masuk ke dalam gudang.

Namun kali ini aku tidak mengikutinya atau membantunya.

Aku memikirkan perkataannya saat ini.

Apakah aku orangnya tidak pekaan?

Jika memang benar, lalu apa yang terlewat olehku?

Apa yang membuat Shiratsuki merasa cemburu.

1-3

Setelah memasukan air pada beberapa botol yang kami bawa, akhirnya kami mulai meninggalkan area sungai kecil itu dan kembali menuju pondok. Air pada sungai kecil di bukit ini berasal dari mata air di gunung yang berada beberapa kilo meter di sebelah utara area pondok ini, karena itulah airnya begitu jernih dan dapat di pergunakan sebagai air minum.

Karena ini sudah siang hari, matahari yang bersinar terang dan cuaca yang sedikit panas membuat tempat seperti ini di penuhi oleh orang-orang.

Sungai ini berada di jalur pendakian menuju bukit merah muda, karena itulah tempat ini cukup ramai dipenuhi oleh para pendaki yang beristirahat disisi sungai. Selain itu hari ini adalah weekend, karena itulah banyak pendaki yang datang kemari.

Mereka berteduh sambil makan siang di bawah pohon disisi sungai ini.

Udara yang cukup segar dengan angin sepoi-sepoi, serta pemandangan yang terhampar luas di area pendakian ini menjadikan tempat ini adalah salah satu spot terbaik yang berada di jepang. Terutama bukit merah muda yang sudah terkenal dengan pemandangan indahnya.

Mungkin sekitar 4-5 km lagi dari tempat ini bukit merah muda itu berada.

"Maaf Yukina, kau harus membawa banyak botol air."

"Tidak apa-apa kok. Malahan kau yang seperti kerepotan membawa kayu bakar sebanyak itu. Apa kau perlu bantuan, tangan kiriku kosong saat ini?"

"Tidak perlu, ini bukan apa-apa."

"Hmmm, baiklah kalau begitu."

Beberapa saat kemudian di perjalanan menuju pondok, Yukina mulai berbicara lagi padaku setelah sempat beberapa saat tidak ada perbincangan diantara kami.

"Hei Yuichiro, boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

"Hmmm apa itu?"

"Tapi sebelumnya aku ingin meminta maaf terlebih dahulu."

"Untuk apa?"

"T-tadi saat kau bilang ingin mengambil botol air, aku sempat mengikutimu. Kau tau kan, karena aku sudah menemukan botol airnya aku sempat ingin memanggilmu. Dan saat itu aku melihatmu sedang berbicara dengan Shiratsuki."

Meskipun aku bilang akan mengambil botol air pada Yukina sebelumnya, itu adalah sebuah alasan belaka. Aku memang tidak berniat mencari botol air, saat ini aku hanya ingin berbicara dengan Shiratsuki.

Setelah berbicara dan kembali bersama dengan Shiratsuki, Yukina sudah menemukan botol airnya.

Namun aku tidak mengetahui Yukina sempat melihatku berbicara dengan Shiratsuki sebelumnya.

"Aku langsung pergi setelah melihat kalian, karena terlihat sangat serius akhirnya aku kembali kesini."

"Akh aku mengerti."

"Dan maaf aku sempat mendengar sedikit pembicaraan kalian."

"Tidak apa-apa itu tidak begitu penting."

Jawabku pada Yukina.

"Tidak penting, tapi kalian seperti sedang bertengkar?"

"Apa kami terlihat seperti itu?"

"Mungkin hanya perasaanku saja. Tapi sebelumnya, aku melihat kalian begitu dekat. Apa hubungan kalian baik-baik saja?"

"Tidak ada yang terjadi diantara kami. Hubungan kami pun seperti biasa saja, tidak ada hal yang special."

"Tidak ada yang special, apa maksudmu?... Tunggu dulu, boleh aku bertanya sesuatu terlebih dahulu. Bukankah kalian pacaran?"

"Tidak, sama sekali. Tidak ada hubungan seperti itu diantara kami saat ini."

"Benarkah?"

"Ya seperti itulah."

"... A-aku kira kalian berdua pacaran."

"Tidak, kami tidak pacaran."

Meskipun aku bisa berbicara seperti itu, pada akhirnya aku masih bingung dengan perasaanku saat ini.

Dengan mudah aku tidak punya hubungan khusus dengan Shiratsuki, tapi pada kenyataannya aku sedikit penasaran dengan apa yang di lakukannya padaku saat ini. Dia membuatku menjadi bingung dan penasaran.

Aku masih belum tau alasan di balik sifatnya yang dingin lagi padaku.

Tapi kenapa aku begitu tertarik ingin mengetahui alasan dibalik semua tindakannya padaku?

Jujur, sepertinya aku sedikit kesal dengan tindakannya padaku. Itu artinya aku terganggu dengan tindakannya itu.

Jika memang aku tidak tertarik, lalu kenapa aku merasakan hal seperti ini.

Aku belum bisa menjelaskannya.

"Ah maaf apa kau tidak menyukai perbincangan ini."

Tiba-tiba Yukina meminta maaf padaku.

"Kenapa?"

Apa aku kelihatan sedang marah sampai-sampai Yukina meminta maaf padaku.

"Maaf aku tidak bermaksud ikut campur dengan urusan kalian berdua. Sebaiknya kita hentikan pembicaraan ini, setiap orang punya masalah pribadinya masing-masing. Maafkan aku sekali lagi."

"Tidak perlu meminta maaf, ini bukan masalah besar."

"Sebaiknya kita membicara hal lain. Tapi, aku tidak pandai mencari bahan pembicaraan Hihi... Sejujurnya aku adalah orang sedikit pemalu."

Ucapnya sambil sedikit tertawa.

"Tapi kau tidak terlihat seperti itu, kamu terlihat bukan seorang yang pemalu."

"Mungkin karena penampilanku ini, aku memang sedikit tomboy. Aku harus mengakuinya. Karena itulah orang tidak melihat sisi lemahku ini."

"Yamato bilang kamu juga anggota klub voli?"

"Ya benar. Karena tubuhku agak sedikit tinggi, saat smp aku memutuskan untuk bergabung dalam klub olahraga. Awalnya aku ingin masuk basket, tapi teman sekelasku mengajakku untuk bergabung dengan klub voli. Dan akhirnya aku menyukai voli, sampai sekarang."

"Kalau begitu kenapa kamu bergabung dengan OSIS?"

"Eh."

Aku melihat ekspresi terkejut saat aku menanyakan hal itu.

Yamato bilang dia ingin tau alasan Yukina bergabung dengan OSIS karena itulah dia ikut bergabung juga.

Mungkin aku akan membantunya sedikit.

"B-bagaimana bilangnya ya. M-mungkin karena, aku t-tertarik juga bergabung dengan OSIS."

Jawab Yukina.

Mendengar jawabannya saja aku sudah dapat menyimpulkan bahwa perkataannya itu adalah sebuah kebohongan belaka. Itu hanya seperti alasan yang di buat-buat saja.

Tapi kenapa dia sampai membuat alasan palsu segala?

Jika dia tidak ingin mengungkapkannya, itu artinya aku harus menyerah sampai disini. Itu adalah hak pribadi Yukina, aku tidak perlu mencari tau lebih dalam lagi.

"Tertarik ya?"

"Ya seperti itulah." Dalam waktu singkat Yukina mulai mengalihkan pembicaraan. "Ah benar sekali, sabtu depan klub voli akan bertanding dengan sekolah lain. Apa kamu dan anggota OSIS lainnya punya waktu luang setelah pulang sekolah nanti?"

"Mungkin, akhir-akhir ini pekerjaan OSIS tidak terlalu banyak kan."

"Aku harap kalian bisa menontonku bertanding sabtu depan. Aku akan menjadi starter di pertandingan nanti. Pelatih menunjukku untuk bermain sabtu depan. "

Ucapnya sambil tersenyum gembira.

Sepertinya Yukina sangat antusias sekali dengan pertandingan voli sabtu depan ini, dia terlihat sangat gembira. Sangat terlihat sekali dari ekspresi wajahnya yang penuh dengan senyuman bahagia.

"Selamat."

"Terima kasih."

"Kemungkinan anggota OSIS lainnya mempunyai waktu luang sabtu nanti."

"Kalau begitu, bagaimana denganmu?... Apa kamu mau datang melihatku bertanding sabtu nanti?"

Tanya Yukina padaku dengan nada suara sedikit pelan, namun aku masih bisa mendengar pertanyaannya itu.

"... Aku punya waktu luang, mungkin aku akan melihatnya nanti."

"Benarkah?... Aku akan berusaha untuk menang nanti."

Ucapnya tersenyum penuh semangat.

-║-

"Kami kembali Yamato?"

Ujar Yukina pada Yamato yang berada di area memasak yang terlihat sedang menyalakan api pada tungku traditional itu. Aku mulai menaruh beberapa kayu bakar di samping tungku tersebut yang langsung digunakan oleh Yamato memasak.

"Ah kalian cukup lama juga perginya, aku sudah menunggu kayu bakar dan airnya."

"Maaf Yamato, ternyata sungainya cukup jauh di bawah. Kami harus menuruni bukit terlebih dahulu untuk kesana." Yukina mulai memberikan botol-botol berisi air yang di bawanya kepada Yamato. "Apa airnya cukup?"

"Hmmm, mungkin ini sudah cukup."

"Kalau begitu apa ada yang bisa ku bantu lagi?... Aku tidak mau kalau cuman menunggu dan melihat saja."

"Kau tidak bisa memasakan, jadi lihat dan perhatikan saja hihihi."

Ucapan Yamato ternyata membuat Yukina malu dan sedikit marah.

"Ah kau mengejekku?"

"Tidak juga, salahmu sendiri tidak mau belajar memasak."

Melihat mereka berdua berbicara satu sama lain, kini aku tau bahwa mereka sudah saling mengenal dekat satu sama lain. Mungkin karena mereka sudah berteman sejak dari kecil, karena itulah mereka mengetahui sifat dan kelemahan masing-masing.

Sementara Yukina mulai membantu Yamato, aku mulai keluar dari area dapur menuju keluar. Aku berjalan ke arah meja dimana sebelumnya kami berkumpul. Aku melihat Shiratsuki dan Maria ada disana.

Mereka terlihat sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat kari.

"K-kazama Yuichiro."

Ucap Maria padaku saat aku mendekatinya. Air mata Maria terlihat memenuhi pipinya kali ini. Maria kini sedang menangis gara-gara aroma bawang bombai yang sedang di potong-potong olehnya.

Ekspresi wajahnya kali ini terlihat sedikit lucu.

"Ah kau sudah kembali Kazama?"

Ucap Shiratsuki yang memanggil ku dengan nama depanku.

Meskipun Maria juga memanggilku Kazama, namun ketika Shiratsuki memanggilku seperti itu rasa sedikit berbeda.

"Huh, aku sudah selesai dengan pekerjaanku. Karena itulah aku datang kemari."

"Hmmm, jadi bagaimana?"

Tiba-tiba Shiratsuki melihat kearahku, dia melontarkan sebuah pertanyaan yang sangat aneh dan tidak aku mengerti sama sekali. Dia menatap jauh kepadaku, namun tetap saja aku tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan dan tatapan dinginnya itu.

"Kau masih belum peka."

"Apa maksudmu Shiratsuki?"

Ucapku sedikit bingung dengan perkataan dan tingkahnya itu.

"Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi, cari tau sendiri."

Shiratsuki mulai berjalan melewatiku sambil membawa potongan sayuran ke arah dapur.

"Apa-apaan itu."

Jujur saat ini aku sedikit marah pada Shiratsuki. Tapi aku juga sangat kesal dengan diriku sendiri, karena aku belum menemukan apa arti dari perkataannya pada diriku sendiri.

Apa yang aku lewatkan?