Chereads / Watashitachi no Scenario wa Koi Monogatari - 私たちのシナリオは恋 物語 / Chapter 5 - Chapter 3 - Sebuah kesalahpahaman, membuat masalah menjadi sangat rumit.

Chapter 5 - Chapter 3 - Sebuah kesalahpahaman, membuat masalah menjadi sangat rumit.

Shinario ( Indonesia ): Jilid 1 Bab 3

Sebuahkesalahpahaman, membuat masalah menjadi sangat rumit.3-1

Saat ini perasaanku sudah tercampur aduk melihat tingkah laku Shiratsuki yang terus menggodaku hari ini, puncaknya beberapa saat lalu dia membuatku terdiam kembali ketika dia tersenyum kepadaku.

Cahaya matahari senja yang masuk kesela-sela jendela dan menyinari wajahnya yang putih seakan menambah pesona yag membuatku tidak bisa memalingkang pandanganku padanya. Bahkan saat ini meskipun aku hanya melihat punggung dan rambutnya nya saja di depanku, aku tidak bisa memalingkan pandanganku darinya.

Aku selalu yakin bahwa aku tidak mempunyai titik lemah dalam hal percintaan, aku selalu berusaha untuk tidak memasuki dunia itu, sudah terbukti ketika aku masih duduk di tingkat 3 SMP saat menolak salah seorang perempuan yang cukup terkenal saat itu. Aku menolaknya dengan dingin ketika dia menyatakan perasaannya padaku.

Jika bertanya tentang alasan mengapa aku menolaknya?

Aku hanya tidak tertarik dalam hal percintaan saat itu, begitu juga dengan sekarang ini. Aku masih belum memikirkan tentang hal itu lebih jauh dan lebih senang melakukan apapun yang kuinginkan.

Tapi dalam 2 hari ini semuanya berubah dalam sekejap ketika aku bertemu Shiratsuki Michiru.

Dengan mudahnya dia mengalahkanku.

Dia berhasil menggali titik lemahku yang kuanggap tidak ada celah itu dan akhirnya semua berakhir seperti ini.

Aku tidak mengerti apa yang kurasakan saat ini.

Apakah aku memang mempunyai perasaan padanya?

Ketika pikiranku masih terbelunggu dengan pemikiran itu, tanpa aku sadari kami berdua sudah sampai di ruang OSIS. Shiratsuki mulai menggeser pintu ruangan itu dan mulai memasukinya. Tidak tampak kak Sakamoto yang berada dalam ruangan, itu artinya bahwa dia belum kembali dari tugasnya.

"Sepertinya kak Sakamoto belum kembali."

Shiratsuki berbicara sambil menyimpan tumpukan kertas pendaftaran klub dan formulir untuk acara hari sabtu yang dia bawa diatas meja.

Aku pun melakukan hal yang sama. Setelah menutup pintu, aku menaruh kertas-kertas yang kubawa disamping miliknya. Shiratsuki mulai berjalan kearah tempat duduk yang sebelumnya dia duduki yang berada di dekat jendela.

Aku kembali melakukan hal yang sama, aku duduk ditempat yang sama seperti sebelumnya, tempat duduk yang tepat berada didepannya. Meletakan sikut tangan kananku diatas meja dan kemudian menggunakan tangan kananku untuk menahan daguku. Aku mencoba menyingkirkan pandanganku dari Shiratsuki.

Suasana begitu hening diantara kami berdua.

Dari jendela dibelakang Shiratsuki, terlihat langit senja sore hari yang mulai berubah menjadi gelap. Matahari yang masih terlihat perlahan mulai tenggelam bersembunyi dibalik cakrawala. Ketika cahaya matahari tepat menyinari mataku, tanpa aku sadari pandanganku kembali melihat kearah Shiratsuki yang berada di depanku yang kini sedang menatap kepadaku.

Apakah sedari awal dia terus menatapku ketika duduk?

Aku tidak mengetahuinya, namun yang pasti dia menatap terus kepadaku.

Kini dia membuat pose yang sama denganku namun menggunakan tangan berbeda.

Ketika dia menyadari bahwa aku melihatnya, Shiratsuki mulai berbicara padaku.

"Hei, apakah aku melakukan sesuatu yang salah?"

"A-apa maksudmu?"

"Maksudku, apakah aku melakukan sesuatu yang membuatmu bertingkah aneh seperti itu?... Saat pertama kali kita masuk keruangan ini, aku sempat berbicara, tapi kau tidak merespon sama sekali perkataanku."

"Tentang kak Sakamoto kan, aku mendengarnya."

"Lalu kenapa kau tidak merespon perkataanku?"

"A-aku hanya, tidak tau harus menjawab apa. Bukankah pertanyaan itu sudah bisa kau tebak."

"Memang benar, tapi bukankah saat itu seharusnya kau bilang "Huh benar, kalau begitu aku akan pergi dan menyusul Kak Sakamoto", Aku kira kau akan berkata seperti itu dan pergi mencari Kak Sakamoto."

Setelah mendengar itu, aku mulai berdiri dari tempat dudukku.

"Mau kemana?"

Tanya Shiratsuki.

"Aku akan melakukan perintahmu itu?"

"Perintah, itu bukan sebuah perintah tapi hanya tebakanku saja. Jadi kau akan melakukanya?"

Melihat kearah Shiratsuki yang terus melihat wajahku.

"Ya."

Jawabku pelan sambil berjalan menuju pintu keluar. Aku mulai menggeser pintu, namun disaat bersamaan sosok wanita yang sedang kami tunggu terkejut di depanku. Sebuah momen yang begitu pas seperti sebuah Déjà vu, Aku menggeser pintu saat kak Sakamoto mencoba membukanya juga dari luar. Momen yang sama seperti saat pertama kali aku bertemu dengannya kemarin sore dikelas, bahwa wajah terkejutnya masih terlihat sama.

"Y-yuichiro, mau kemana?"

"A-aku sebenarnya mencoba mencari kakak berusan."

"Ah, terima kasih."

"Tidak masalah."

Selesai mengatakan itu, aku mulai menyodorkan tangan kananku padanya, aku mencoba menolongnya karena saat ini dia sedang membawa beberapa tumpukan kertas cukup banyak ditangan kirinya. Dia merapatkan tumpukan kertas yang cukup banyak pada tubuhnya dan memeluknya cukup erat agar tidak terjatuh.

Kak Sakamoto mengetahui arti dari tindakanku itu, sesaat kemudian dia memberikan tumpukan kerta yang dibawanya pada tanganku.

"T-terima kasih."

Untuk kedua kalianya dia berterima kasih padaku.

"Kak Sakamoto selamat datang kembali."

Ucap Shiratsuki kepada kak Sakamoto yang kini mulai berjalan kearah tempat duduknya yang semula. Sementara itu, aku mulai menyimpan tumpukan kertas milik kak Sakamoto disamping milik kami sebelumnya diatas meja.

"Shiratsuki terima kasih banyak atas kerja samanya hari ini. Apa kalian sudah cukup lama menunggu?"

"Tidak, kami berdua baru saja berada disini."

"M-maaf aku terlambat dan tidak ada disini sebelum kalian datang."

"Apakah ada sesuatu kak Sakamoto?"

Ketika Shiratsuki bertanya, aku melihat kak Sakamoto sedikit terkejut. Dia mulai tersenyum dan menjawab pertanyaan Shiratsuki dengan cepat.

"T-tidak ada apa-apa."

Jawabannya itu Kak Sakamoto itu, seperti sebuah kebohongan. Terlihat dari senyuman palsu dari wajahnya seperti mencoba menyenbunyikan sesuatu. Aku yakin Shiratsuki pun menyadari itu, tapi dia tetap diam saja tidak bertanya lebih dari itu.

Sementara itu, dengan cepat Kak Sakamoto mengubah pembicaraan.

"A-ah benar ini sudah mulai malam, sebaiknya kalian berdua segera pulang. Pekerjaan selanjutnya hanya perlu mengecek seluruh formulir saja. Aku bisa melakukannya sendirian."

"Tapi kak Sakamoto—"

Ketika aku mencoba berbicara, Shiratsuki memotong perkataanku.

"Baiklah kak Sakamoto, aku serahkan semuanya padamu. Kita akan segera pulang." Shiratsuki berdiri dan tempat duduknya dan mengambil tas miliknya. Kemudian dia melihat ke arahku, kemungkinan besar dia mengajakku untuk ikut bersamanya. "... Kalau begitu kak Sakamoto, kami akan pulang duluan."

"Ah ya, hati-hati dijalan."

Kami akhirnya meninggalkan Kak Sakamoto.

-║-

" Hei Shiratsuki?"

Aku memulai pembicaraan saat kami berada di area loker sepatu.

"Ada apa?"

"Tidak, hanya saja aku ingin bertanya sesuatu padamu. Ten—"

"Apa tentang tindakanku barusan?... Apakah kau ingin mengetahui alasannya?... Kalau begitu aku akan mengatakannya langsung padamu. Aku sangat benci dengan sifat kak Sakamoto, karena itulah aku tidak ingin membantunya."

Aku terkejut mendengar itu keluar dari mulut Shiratsuki.

"Lalu kenapa kau bilang mau membantunya kemarin?"

"Karena satu sisi aku kasihan padanya. Aku sangat benci sifat kak Sakamoto yang seperti tadi, dia seperti menyembunyikan masalah yang dihadapinya saat ini dan tidak ingin orang lain membantunya, Aku tidak menyukai sifat itu. Tapi bukan berarti aku tidak menyukai kak Sakamoto, aku hanya tidak menyukainya saat sifat itu keluar dari dalam dirinya saja."

"Jadi kau sedikit berharap kak Sakamoto lebih jujur lagi pada kita tentang masalah yang di hadapinya?"

"Seperti itu."

"Bukankah jika begitu kita seperti mencampuri urusan pribadinya?"

"OSIS, itu bukan urusan pribadinya sendiri. Karena kita adalah bagian dari OSIS saat ini, tentu saja kita harus saling membantu untuk memecahkan masalah itu. Bukankah itulah tujuan kita bergabung dengan OSIS yaitu untuk membantu kak Sakamoto?... Tapi apa yang terjadi saat ini adalah orang yang kita coba bantu malah berusaha tidak ingin kita untuk membantunya."

Kata-kata yang terucap dari Shiratsuki adalah sebuah kekesalan dan sebuah kemarahan meskipun wajahnya masih terlihat begitu tenang.

Aku sudah mengerti apa yang dipikirkannya saat ini.

Aku juga merasa bahwa kak Sakamoto memberikan kita tugas-tugas kecil saja. Selain itu, dia juga berusaha agar kami berdua tidak ikut dalam lingkaran masalah yang sedang terjadi, contohnya saja beberapa saat lalu ketika Shiratsuki bertanya kenapa kak Sakamoto sedikit terlambat, kak Sakamoto langsung mengubah pembicaraan bahkan menyuruh kita untuk pulang terlebih dahulu dan menyerahkan pekerjaan selanjutnya padanya.

Hal yang sama terjadi saat hari pertama, dia pun menyuruh kami pulang terlebih dahulu saat kami menanyakan tugas lainnya.

Kemungkinan besar, poster yang tadi aku pasang dikerjakannya sendirian.

Mungkin saat ini Shiratsuki merasa bahwa dirinya tidak dibutuhkan, karena itulah dia sedikit merasa marah dan kesal saat ini meskipun dia tidak memperlihatkannya dengan jelas.

Kenapa aku bisa mengetahui Shiratsuki marah dan kesal saat ini?

Jawabannya sangat mudah, karena aku juga merasakan hal yang sama bahwa kak Sakamoto bekerja keras sendirian dan hanya melibatkan kami dalam pekerjaan kecil saja.

"Jadi apa kau akan membiarkan Kak Sakamoto seperti itu, Shiratsuki?... Bukankah itu tidak seperti yang kau lakukan sebelumnya?"

"Memang benar, tapi aku hanya ingin menunggu saja saat ini. Aku ingin kak Sakamoto dengan jujur meminta pertolongan kepada kita dengan masalah yang dihadapinya, jika dia melakukannya aku akan menolongnya sekuat tenaga. Biarkanlah semuanya berjalan sesuai keinginan Kak Sakamoto, aku ingin dia sadar akan kehadiran kita disana untuk menolongnya."

Aku tidak bisa mengkomentari jawaban dari Shiratsuki itu.

Aku hanya bisa diam karena apa yang dikatakannya adalah benar. Aku juga akan melakukan hal yang sama dengannya jika kak Sakamoto dengan jujur meminta tolong padaku. Jika itu terjadi maka aku akan mekukan hal yang bisa kulakukan sekuat tenagaku.

Itu artinya Shiratsuki hanya ingin kak Sakamoto untuk jujur saja saat ini.

Karena itulah dia berusaha tidak mengganggu ataupun tidak menanyakan masalah apa yang sedang dihadapi oleh kak Sakamoto saat ini. Dia hanya ingin kak Sakamoto sendiri yang mengatakanya masalah itu padanya.

"Hanya itu saja?"

Tanya Shiratsuki padaku yang termenung sebentar.

"Ya."

"Kalau begitu, kita segera pergi."

"Huh kita, apa yang kau maksud dengan kita pergi?"

"Apa yang kau bicarakan?... Tentu saja tentang kencan pertama kita?"

"Huh?"

"Ayo ada beberapa tempat yang ingin aku datangi hari ini. Kau pasti tidak punya rencanakan sehabis ini kan, karena itulah kau hanya perlu ikut denganku."

Shiratsuki berjalan kearahku, mengambil tangan kananku dan mulai menarik tubuhku untuk mengikutinya setelah mengganti sepatunya.

"Tunggu kenapa kau memutuskannya sendiri?"

"Jadi kau punya rencana ya?"

"..."

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena pada kenyataannya tidak ada satu pun rencana yang kumiliki saat ini. Hal yang selalu aku lakukan sebelum sehabis sepulang sekolah di rumah hanyalah menonton televisi, mendengarkan musik, dan terkadang langsung tidur. Itulah yang kuhabiskan selama beberapa waktu terakhir setelah meninggalkan kebiasaan burukku selama ini.

"Tidak ada kan, kalau begitu kau hanya perlu ikut denganku saja."

"Baiklah aku akan mengikutimu, tapi?"

"Hmmm?"

"Kita tidak perlu berpegangan tangankan. Aku tidak akan melarikan diri, jadi aku akan mengikutimu. Bukankah ini sangat memalukan, kita masih berada diarea sekolah."

"Itu artinya jika diluar area sekolah aku boleh memegang tanganmu?"

"Tentu saja tidak, kenapa kau ingin sekali berpegangan tangan denganku?"

Dengan cepat aku menjawab pertanyaan itu.

"Sudah jelaskan, agar kita terlihat seperti pasangan serasi."

3-2

Setelah meninggalkan wilayah sekolah, aku bersama dengan Shiratsuki menuju kearah Stasiun kereta yang biasanya aku gunakan untuk pulang.

Aku sudah tau tujuan utama Shiratsuki dari jalur kereta yang dipilih. Kereta yang sebelumnya kami naiki menuju ke Higashi-Kawaguchi Station. Kereta itu ada di wilayah timur Kawaguchi dan berhenti di pusat kota Kawaguchi yang tentu saja sangat terkenal.

Kami beraja di lantai kedua jembatan yang dibuat seperti taman kota. Dikelilingi oleh gedung-gedung bertingkat seperti pusat perbelanjaan Sogo Kawaguchi Store dan gedung pusat administrasi dan pusat perpustakaan Kawaguchi membuat tempat ini begitu ramai pengunjung meskipun pada malam hari. Salah satu yang menjadi daya tarik dari tempat ini adalah Sangyo Road yang terkeal banyak sekali jajaran tempat untuk menghabiskan waktu seperti cafe, game center, restoran cepat saji, toko pakaian, tempat karaoke, dan juga pasar malam. Ditambah dengan pemandangan kota seperti disebelah barat dari pusat kota terdapat Kawaguchinishi Park, dan juga disebelah selatan terdapat sungai Arakawa yang sangat terkenal dengan Resort Golfnya membuat pusat kota menjadi tempat wisata.

Dengan ditambah fasilitas-fasilitas lainnya, membuat tempat ini seperti kota yang tidak pernah mati karena selalu ramai.

Dari stasiun yang berada di area sekolah, kami hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja untuk tiba kesini. Setelah tiba, Shiratsuki mengajakku berkeliling, salah satu tujuan pertama yang kami datangi adalah pusat perbelanjaan yang cukup besar disana, lalu bergerak menuju game center, dan akhirnya berakhir di salah satu restoran cepat saji dipinggir Sangyo Road.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam saat aku cek pada layar handphone milikku ketika sedang menunggu makanan di depan kasir.

Aku memesan 2 jenis makanan yang sama yaitu Burger, sedangkan minumanya adalah cola.

Aku membawa 2 nampan makanan sendiri menuju kearah Shiratsuki yang kini duduk di dekat kaca tepat menghadap kearah jalan.

"Ah Terima kasih."

Ucapnya ketika melihat aku berada tepat dibelakangnya.

Aku mulai menyimpan makanan miliknya dimeja tepat di depan tubuhnya dan setelah itu aku duduk tepat disebelahnya. Dengan cepat dia membuka bungkus burger miliknya dan mulai menyantapnya perlahan. Hanya satu gigitan kecil yang kulihat dari makanan miliknya, namun dia langsung mengomentari makanannya setelah gigitan kecil itu dia telan.

"Huah jika dilihat secara langsung makanan ini cukup besar juga, berbeda dengan yang dilihat di tv."

Tidak mau ikut mengomentarinya, aku mulai membuka bungkus makananku dan melahapnya. Tapi, sepertinya Shiratsuki tidak menyukai tingkahku itu. Dia menatap tajam kearahku dan mulai berbicara.

"Mau sampai kapan kau mengabaikanku, kita sudah hampir 2 jam berada ditempat ini tapi aku hanya mendengar beberapa kata saja yang terucap dari mulutmu tadi. Apa kau tidak menyukai kencan pertama ini?"

"Aku hanya sedikit lelah saja. Aku tidak seperti dirimu yang banyak energi seperti itu, berjalan 2 jam saja dari satu tempat ketempat lain itu sangat melelahkan."

"Eh, aku tidak menyangka orang yang suka berkelahi sepertimu akan kelelahan hanya dengan berjalan selama 2 jam. Apa kau selemah itu?"

"Jangan samakan itu, berkelahi itu tidak sama dengan ini. Lagian berkelahi hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3 menit saja, yang terasa hanyalah rasa sakit bukan kelelahan."

"Hmmm Begitu."

"Lalu apa tujuanmu hanya ingin bersenang-senang saja datang kemari?"

"Apa maksudmu, aku sudah bilangkan ini adalah sebuah kencan."

"Ya, ya terserah kau mau bilang apa saja. Lalu apa tujuanmu sebenarnya?"

"Sepertinya kau selalu ingin mengetahui tujuan utamaku saat aku melakukan sesuatu. Kalau kau ingin mengetahuinya, baiklah aku akan mengatakannya. Tujuan aku datang kemari adalah hanya ingin membuat kenangan denganmu saja."

Kembali kata-kata yang mencoba menggodaku keluar dari mulutnya dengan senyuman terlihat pada wajahnya.

"Huh Apa-apaan itu?"

"Hahaha kenapa, apa kau menyukainya?... lihat wajahmu mulai memerah?"

Dengan cepat aku mulai memalingkan wajahku dan melihat kearah jendela yang menghadap langsung kearah jalan yang cukup longgar dengan kendaraan yang lewat, sedangkan keramaian terjadi disisi jalan dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang.

Suasana di dalam restoran cepat saji ini pun terlihat begitu ramai, banyak sekali anak muda yang terlihat menongkrong disini. Bahkan ada sekelompok siswa dari sekolah lain yang sedang menghabiskan waktu disini, karena itulah kami berdua memang tidak terlalu mencolok.

Mendengar perkataan Shiratsuki membuatku sedikit kurang nyaman dan merasa malu.

Meskipun tatapan seperti melihat kearah luar, pada kenyataannya aku hanya sedang melihat diriku dari pantulan jendela di depanku.

Aku hanya ingin memastikan bahwa perkataanya benar atau tidak, tapi pada akhirnya aku hanya bisa menahannya karena apa yang kulakukan sia-sia. Pantulan wajahku tidak begitu jelas terlihat.

Mendapatkan hasil itu, aku menlanjutkan melahap makananku.

"Ah kau mengabaikanku lagi."

"Aku tidak mengabaikanmu, cepat habiskan saja makananmu dan kita akan pulang."

"Ehh secepat itu?"

Nada suara kecewa terdengar keluar dari mulut Shiratsuki.

"... Sebelumnya kita berpisah ditaman dekat statiun kan. Itu artinya aku harus mengantarmu pulang terlebih dahulu, aku tidak mungkin membiarkanmu pulang sendirian malam-malam seperti ini."

"Huah kau perhatian sekali, apa kau sedang berakting menjadi seorang pacar idaman kali ini?... Tapi tidak usah khawatirkan aku karena aku bisa pulang sendiri."

"Tidak, aku tidak bisa membiarkanmu pulang sendirian. Daerah sana dengan disini sangat berbeda, malam hari disana akan sangat bahaya untuk seorang wanita sepertimu. Aku takut kau dalam masalah."

"Uh—"

Apa-apaan sikapnya itu?

Aku melihat Shiratsuki tersipu malu, namun dengan cepat dia menoleh dan mengigit burger miliknya kembali.

"... K-kalau begitu, aku akan menerima tawaranmu itu."

"Apakah kau sudah memberitahukan kepada orang tuamu bahwa kau akan pulang malam seperti ini?"

"Tidak perlu khawatirkan itu, tidak ada yang akan memarahiku karena aku tinggal sendirian di Apartemen."

"Sendirian, bagaimana dengan orang tua atau saudaramu?"

"Mereka tinggal di Tokyo. Lalu Bagaimana denganmu?"

Sepertinya Shiratsuki berusaha menghentikan pertanyaanku, dan dengan cepat dia balik bertanya kepadaku.

"... Aku tidak ingin menjawabnya."

"Kau yang memulainya kan, jadi kau harus menjawab pertanyaanku barusan. Aku ingin mengenal lebih jauh tentangmu, karena itulah aku mengajakmu kencan. Jadi?"

"... Huh." Aku mulai menghela nafas karena kalah telak, jika tidak menjawab dia akan terus berbicara padaku. "... Kau sangat pemaksa. Baiklah aku akan mengatakanya. Aku hanya tinggal dengan 2 saudara perempuanku karena kedua orang tuaku bekerja diluar kota."

"Hanya segitu?"

"Jangan memaksa, aku tidak mungkin mengatakan lebih jauh tentang kehidupanku kan. Kau pun tidak ingin mengatakan lebih jauh tentang keluargamu kan, jadi segitu juga cukup."

"Tunggu 2 saudara perempuan, umur mereka?"

"Sudah cukup tentang kehidupanku."

Shiratsuki memang terlihat sangat pemaksa. Meskipun aku sudah mengatakan cukup, dia masih ingin mengetahui lebih tentang kehidupanku.

"Ini pertanyaan terakhir, aku berjanji?"

"Kenapa kau ingin tau tentang saudaraku?"

"Jawab saja."

"Baiklah, mereka berumur 7 dan 21 tahun."

Dengan sedikit malas, aku mengatakannya.

"Jadi kau memiliki adik dan seorang kakak perempuan. Lalu perkejaan kakak mu?"

"Kau bilang pertanyaan tadi terakhir."

"Tidak, aku hanya ingin memastikan saja. Aku takut kalau adikmu sedang berada dirumah sendirian saat ini melihat umur kakakmu yang sudah cukup untuk bekerja dan kuliah. Jika kakakmu seorang pegawai, itu artinya kau meninggalkan adikmu sendirian dirumah kan?"

"Tidak perlu khawatirkan itu, kakakku ada dirumah saat ini. Seperti katamu, jika kakakku bekerja itu artinya Adikku sendirian dirumah dan pasti aku akan menolak ajakanmu tadi."

"Oh begitu, Syukurlah. Ternyata aku tidak salah pilih."

"Huh Apa maksudnya itu?"

"Maksudku adalah aku tidak salah memilih seorang pria yang kusukai."

Dengan mudah dan tenangnya dia bilang bahwa dia menyukaiku, tentu saja perkataannya sedikit membuatku merasa terganggu terutama saat ini kita berada di tempat yang cukup ramai. Meskipun aku yakin mereka yang melihat kami berdua saat ini menyangka kami adalah pasangan dan tidak memperdulikan percakapan kami ini.

"Huh aku jadi ingin pergi ke rumahmu dan melihat adikmu itu. Pasti dia sangat lucu."

Shiratsuki tersenyum dan terlihat sangat senang saat berbicara mengenai adikku, ekspresinya itu seperti mencoba membayangkan wajah adikku saja.

Apa dia sangat menyukai anak-anak?

Sedikit demi sedikit dia terus mencoba menghabiskan makanannya, namun dia baru menghabiskan setengahnya saja. Dia memang terlihat sedikit lambat karena saat ini aku sudah hampir habis.

Mungkin karena dia seorang wanita.

"... Ah?"

Shiratsuki melihatku.

Tangan kanannya mulai bergerak, jari telunjuknya kini mulai bergerak kearah sisi mulutku. Jarinya menyentuh bagian sisi di bawah mulutku.

"Ada noda saus dibibirmu."

Setelah mengelap saus pada sisi bagian bawah bibirku oleh jarinya, lalu apa yang dia lakukan selanjutnya membuatku sangat terkejut dan tersipu. Noda saus pada jari telunjuknya mulai dia hilangkan dengan cara yang sangat berani, dengan tenang dia memasukan jari telunjuk itu kedalam mulutnya.

"...Oy Shiratsuk—"

"Hmmm Apa?"

Dia berbicara dengan masih dalam keadaan jari telunjuknya berada di dalam mulutnya.

"Bukan apa, yang kau lakukan barusan?"

"Ah, bukankah ini kebiasaan orang-orang?"

Mungkin apa yang dia bicarakan adalah kebiasaan orang yang selalu mengambil sisa nasi yang sering menempel pada bibir seseorang selagi mereka makan. Tentu saja kebiasaan itu jarang dilakukan oleh orang dewasa, kebanyakan kebiasaan ini dilakukan oleh orang dewasa kepada anak mereka.

Tidak ada yang melakukan kebiasaan ini jika mereka tidak kenal satu sama lain, atau seorang pasangan.

Tapi melihat ekspresinya, Shiratsuki tidak keberatan sama sekali ataupun malu dengan apa yang dia lakukan barusan.

"Tentu saja tidak."

"Ah aku mengerti, apa saat ini kau sedang merasa malu?... Tidak perlu malu, kita memang sudah terlihat seperti pasangan disini, melakukan hal seperti ini tidak akan menarik banyak perhatian."

"Bukan itu malasahnya. Ah—"

"...Ah."

Saat aku berusaha menghentikan aksi Shiratsuki yang terus menggodaku, aku melihat sosok perempuan yang kini menatap langsung kami berdua di luar jendela. Wanita itu terlihat diam luar seakan terkejut melihatku berada di dalam restoran bersama dengan seorang wanita.

Keterkejutannya bukan karena dia cemburu atau apapun itu, mungkin hanya sebuah terkejut biasa saja. Mungkin dia tidak menyangka bisa bertemu denganku di sini, begitupun dengan aku.

Wanita itu menatap tajam kearahku saat pandangan kami saling bertemu.

Kenapa kak Kyoka Sazanami berada di sini?

-║-

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu di tempat seperti ini, Kazama Yuichiro benarkan?"

Ucap Sazanami yang kini berada di depanku dan Shiratsuki.

"Bukankah kita baru bertemu tadi siang."

"Benar juga haha, hanya memastikan saja itu kamu."

Setelah dia melihatku berada di restoran cepat saji ini, akhirnya dia masuk ke dalam dan mengajakku untuk berbicara. Mengikuti perintahnya itu, akhirnya aku mengikutinya ke lantai 2 dan duduk bersama denganya di satu meja yang sama.

Setelah aku melihat kak Sazanami masuk bersama dengan teman-temannya yang kini berada di meja yang berbeda, aku tidak perlu menanyakan kenapa dia bisa berada disini karena itu sudah terlihat jelas.

Tapi yang menjadi permasalahannya sekarang adalah kenapa dia mengajakku untuk berbicara secara pribadi saat ini?

Apakah dia masih sedikit dendam denganku?

Harus kuakui bahwa perkataanku padanya tadi siang memang tidak sopan, telebih karena dia adalah seorang kakak kelas.

"Apa kalian sedang kencan?"

Tanpa bertele-tele dia mulai bertanya pada kami dengan pertanyaan yang memang sangat sulit untuk dijelaskan dalam kondisi saat ini. Tentu saja, meskipun aku bilang ini hanya salah paham, sebelumnya dia melihatku seperti sedang bermesraan dengan Shiratsuki.

Momen disaat dia melihatku itu memang sanga tidak pas.

Karena itulah, menjelaskan keadaan sebenarnya pada dia sangat sulit.

"Dan kamu?"

Kini kak Sazanami melihat kearah Shiratsuki yang berada disampingku.

"Shiratsuki, Shiratsuki Michiru. Pacar dia."

"Sudah kuduga itu. Tidak mungkin yang bukan pasangan melakukan hal itu di tempat umum."

Dengan cepat aku segera mencoba meluruskan kesalahpahaman yang terjadi saat ini.

"... Oy berhentilah. Masih belum ada apa-apa di antara ki—"

Tapi sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Shiratsuki memotongnya dan berbicara kepada Kak Sazanami.

"Sepertinya kakak berada di tingkat ke 3, siapa sebenarnya kakak ini dan kenapa bisa mengenalnya?"

"Tunggu, tadi kamu bilang Shiratsuki Michiru kan, Hmmm kalau tidak salah murid yang mendapat nilai sempurna di setiap mata pelajaran itu kan?... Dan kamu adalah perwakilan murid baru yang tidak muncul di acara penerimaan siswa baru minggu lalu, apa aku salah?"

"Tidak itu memang aku sendiri."

"Ehhh, ini kali pertama aku melihat wajahmu. Kamu ternyata seperti yang di gosipkan oleh anak laki-laki di sekolah. Kenapa kamu bisa berpacaran dengan dia?"

Tanya kak Sazanami pada Shiratsuki sambil sempat melirik kearahku.

"Itu masalah pribadi. Selain itu pertanyaanku belum kakak jawab."

"Ah maaf, Aku Sazanami Kyoka. Pertanyaan selanjutnya Hmmm, ah kau ingin mengetahui kenapa aku bisa kenal pacarmu ini kan?... Tidak usah cemburu, kami hanya saling berpapasan saja tadi siang dan tidak sengaja bertemu."

"Tadi siang?"

"Ya, aku bertemu dengannya saat sedang menempelkan poster bersama dengan kak Sakamoto."

"... Hmmm."

Shiratsuki melirik kearahku dengan tatapan sinis.

Tapi aku segera mengalihkan pandanganku ke arah kak Sazanami dan mulai berbicara.

"Lalu, kenapa kak Sazanami mengajakku berbicara. Apa sesuatu yang ingin kakak bicarakan?... Bukankah kakak sedang bersama dengan teman-teman kakak disini?"

"Ahh tidak perlu khawatir, aku sudah meminta waktu sebentar saja pada mereka agar mau menunggu. Sebenarnya aku ingin sedikit mengobrol denganmu."

"Apa mengenai apa yang terjadi tadi siang?"

"Yah kurang lebih seperti itu."

Beberapa saat kemudian aku merasakan ada dorongan kecil pada tubuhku yang berasal dari samping. Shiratsuki mengayunkan tubuhnya ke arah tubuhku. Apa yang dia lakukan membuatku sedikit merasa jengkel, tapi mungkin dia juga merasa jengkel denganku karena kali ini dia tidak mengetahui apa yang sedang aku dan kak Sazanami obrolkan.

Tapi aku menghiraukanya dan kembali berbicara dengan kak Sazanami yang kini terlihat begitu santai duduk di depanku.

Meskipun kami sempat saling berselisih, aku tidak melihat kak Sazanami mencoba mengungkit kembali apa yang kulakukan sebelumnya. Dia terlihat begitu santai dan hanya ingin mengajakku berbincang saja.

"Lalu, apa yang ingin kakak tanyakan?"

"Baiklah aku akan langsung saja, mungkin aku tidak sopan mengajukan pertanyaan ini karena aku sudah tidak punya kewenangan dengan semua perkerjaan OSIS. Tapi jika tidak keberatan, aku ingin kamu menjawab pertanyaanku." Kak Sazanami diam sejenak, lalu melanjutkannya lagi. "Apakah kamu bisa mengatasi semua pekerjaan OSIS dengan Ayane?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

"... A-aku sedikit khawatir dengan keadaan OSIS setelah aku memundurkan diri. Apa semuanya berjalan dengan lancar?"

Tentu saja, jika sebelumnya menganggap kak Sazanami adalah orang yang sedikit agak jahat, kini semuanya berubah 180 derajat. Dari pertanyaan yang dikeluarkan olehnya saat ini padaku, seakan dia mengkhwatirkan keadaan OSIS saat ini.

Apa dia merasa bersalah telah keluar dari OSIS sehingga menanyakan keadaan OSIS sekarang padaku?

Selain itu, tadi siang dia menyebut kak Sakamoto dengan nama belakangnya. Namun kali ini dia memanggil kak Sakamoto dengan nama depannya. Dia memanggilnya Ayane, seperti panggilan teman yang sangat akrab.

Apa kak Sazanami berteman dekat dengan kak Sakamoto?

Lalu kenapa dia berbicara cukup kejam sebelumnya pada kak Sakamoto?

Harus kuakui bahwa saat ini aku merasa sedikit bingung dengan keadaan yang terjadi diantara kak Sakamoto dan dia.

"Memundurkan diri, kalau begitu kakak adalah wakil ketua OSIS sebelumnya?"

Shiratsuki mulai berbicara, sepertinya dia mulai mengetahui sendiri bahwa kak Sazanami adalah mantan wakil ketua OSIS sebelum dirinya.

"Ya."

Jawab Sazanami.

"Lalu kenapa memundurkan diri, jika kakak mengkhawatirkanya bukankah seharusnya membantu kak Sakamoto mengerjakan tugas OSIS bersama-sama?... Tapi yang kulihat tadi siang, Kakak bersikap cukup kejam kepada kak Sakamoto."

Ucapku mencoba untuk mencari jawaban dari Kak Sazanami.

"Uh, soal itu sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan itu, tapi ini demi kebaikan Ayane sendiri. Sebenarnya ada beberapa masalah yang terjadi sebelumnya yang tidak bisa aku ungkapkan. Pokoknya, ini juga adalah kesalahanku jadi seperti ini."

"Kak Sazanami, boleh aku bertanya sesuatu?"

Shiratsuki tiba-tiba memotong Kak Sazanami yang sedang berbicara.

"?"

"Kak Sakamoto pernah bilang bahwa dia tidak bisa mundur dari jabatanya karena berjanji pada seseorang. Kakak tau siapa itu?"

"Ah, mungkin yang dia maksud adalah kak Kaori Himeko."

"Kaori Himeko, siapa dia?"

"Dia adalah alumni dari sekolah Kita Kawaguchi angkatan tahun lalu, dan dia adalah mantan ketua OSIS sebelum Ayane. Kak Kaori adalah orang yang memilih Ayane untuk menggantikannya setelah dia lulus. Sebenarnya aku sudah meminta kak Kaori agar jabatan ketua dialihkan padaku setelah dia lulus. Tapi karena aku adalah ketua klub panahan " Kyudo ", dia tidak memperbolehkanku mejadi ketua OSIS karena akan mengganggu dalam menjalankan klub panahan, terutama karena aku sebentar lagi akan mengikuti turnamen nasional. Karena itulah dia memilih Ayane untuk menggantikannya."

"Lalu kenapa kakak ingin mengambil alih posisi milik kak Sakamoto?"

"S-soal itu, karena menurutku Ayane belum cocok untuk menjadi seorang ketua OSIS saat ini."

"Aku mengerti maksud kakak, terima kasih kak Sazanami atas jawabannya."

"Eh, kamu mengerti?"

Kak Sazanami terlihat bingung ketika Shiratsuki mengatakan bahwa dia mengerti dengan apa yang dia katakan, meskipun kak Sazanami belum mengatakan kenapa kak Sakamoto tidak cocok menjadi seorang ketua OSIS.

Bahkan aku juga masih belum mengetahui begitu jelas tentang apa yang dikatakan oleh kak Sazanami mengenai kak Sakamoto yang masih belum cocok jadi ketua OSIS di matanya.

Tapi dengan ini aku juga mulai mengetahui beberapa informasi mengenai masalah yang terjadi diantara mereka berdua.

"Baiklah, sekarang kembali ke pertanyaan pertamaku."

"Tidak perlu khawatir kak Sazanami, sampai saat ini belum ada masalah serius. Kami bisa mengatasinya."

"Syukurlah kalau begitu. Eh tunggu dulu, kau baru saja menyebut kami benarkan?... Apa kamu juga anggota OSIS juga?... Aku baru sadar kenapa kamu juga tau mengenai masalah ini?"

"Aku ditugaskan oleh bu Kirishima untuk menjadi pengganti kakak sekarang di OSIS."

"Hmmm Itu artinya, kamu adalah wakil ketua OSIS?"

"Itu benar."

"... Hmmm."

Kak Sazanami sedikit memperhatikan Shiratsuki kali ini.

Meskipun kenyataannya sekarang Shiratsuki mengambil posisi wakil ketua darinya, tidak ada ekspresi kesal ataupun marah dari wajahnya. Bahkan dia sepertinya cukup senang dan lega mendengar kami membantu bergabung dengan OSIS dan membantu kak Sakamoto.

Dari pembicaraan ini kini aku sudah mengerti jelas sifat kak Sazanami, dia memiliki sifat yang sangat dewasa dan baik hati. Meskipun sebelumnya dia seperti wanita yang terlihat sangat kejam, tapi apa yang dia lakukan demi kepentingan kak Sakamoto sendiri. Kak Sazanami bilang bahwa dia melakukan ini demi kebaikan kak Sakamoto sendiri.

Itu artinya ada alasan kuat dibalik aksinya ini, tapi apa itu?

Aku tidak bisa bertanya padanya karena dia bilang ada beberapa bagian yang tidak ingin dia ungkapkan.

"... Kalau begitu kak Sazanami, jika kak Sakamoto sudah pantas apa kakak akan memberikan posisi ketua OSIS padanya?"

Aku mulai mengatakan pertanyaan terakhirku pada kak Sazanami.

"Tentu saja, aku bilangkan sebelumnya bahwa dia belum cocok saat ini."

Kak Sazanami dengan sedikit tersenyum menjawab cepat pertanyaanku itu.

Dari jawaban yang kudapat, aku yakin 100% bahwa kak Sazanami melakukan ini demi kebaikan kak Sakamoto. Jika suatu hari kak Sakamoto sudah pantas menjadi ketua OSIS dimatanya, aku yakin kak Sazanami akan memberikan jabatan ketua kembali padanya.

Karena itulah dia sempat menawarkan agar kak Sakamoto menjadi wakil ketua sebelumnya, agar nanti dia bisa memberikan posisi ketua OSIS pada kak Sakamoto lagi.

"Kyoka, ayo!!"

Aku mendengar teman kak Sazanami memanggilnya dari kejauhan yang terlihat seperti akan pergi.

"Tunggu, aku akan kesana." Jawab kak Sazanami. Setelah itu, dia mulai berdiri dan mulai mengambil tas miliknya yang dia simpan di atas tempat duduk tepat disampingnya. " Maaf aku harus pergi, maaf mengganggu waktu kalian berdua."

"Tidak apa-apa kak Sazanami."

Jawabku.

"Ini sudah mulai malam, apa kalian akan tetap disini?"

"Tidak kami berdua akan segera pulang kok, kakak tidak usah khawatir."

Jawab Shiratsuki.

"Begitu ya, baiklah. Aku pergi duluan, sampai jumpa lagi."

Dia mulai berbalik dan berjalan kearah tangga dimana teman-temannya sudah menunggu disana, Namun sebelumnya dia sempat berbalik dan berbicara pada kami berdua.

"Ah satu lagi, tolong rahasiakan ini dari Ayane ya. Aku mohon."

Setelah mengatakan itu, kak Sazanami memberikan salam perpisahan dengan cara melambaikan tangan kanannya pada kami berdua.

-║-

Setelah itu, aku mengantar Shiratsuki pulang.

Setelah turun di stasiun yang selalu aku gunakan untuk menuju ke sekolah, aku berjalan menuju apartemen yang menjadi tempat tinggal Shiratsuki.

Kami berjalan cukup jauh menyusuri trotoar jalan raya yang diterangi oleh beberapa lampu pijar disetiap sisinya. Suasana begitu cukup sepi di sekitar area itu dan hanya ada sesekali kendaraan yang lewat di jalan raya tepat disamping kami. Dari Stasiun, aku hanya memerlukan waktu sedikit lebih lama sampai akhirnya kami berhenti.

"Kita sudah sampai!!"

Ucap Shiratsuki pelan.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam kali ini terpampang di layar handphone milikku saat aku menyalakannya. Ada beberapa pesan yang masuk ketika handphone milikku yang sebelumnya kumatikan mulai ku hidupkan lagi.

Ada sekitar 3 pesan yang muncul pada icon layar handphone milikku, dan seluruh pesan itu memiliki alamat yang sama, yaitu dari kakak perempuanku.

"... Hei!!"

Shiratsuki memanggilku saat aku sedang focus membaca pesan yang masuk itu.

Aku melihat kearahnya yang kini sudah mengeluarkan benda yang dipegang ditangan kanannya itu, dia mengangkatnya keatas tepat sejajar dengan kepalanya. Benda itu adalah handphone miliknya sendiri dengan sebuah case yang berwarna hitam-putih dan memiliki 2 tonjolan seperti telinga di bagian atasnya.

Terlihat lucu seperti hewan.

"Apa?"

"Apa kau tidak mengerti maksudku?...Bukankah ini sudah jelas, aku belum punya alamat email milikmu. Jadi kau mengertikan?"

"Tunggu kau bilang kita sudah sampai sebelumnya, dimana apartemen milikmu?"

"Soal itu, lihatlah dibelakangku sekarang ini. Bukankah kau bisa melihatnya dengan jelas?"

Ada sebuah gedung bertingkat yang cukup besar berada tepat di belakang tubuhnya, sebuah apartemen yang sangat mahal dan berkelas. Itu bukanlah sebuah apartemen umum yang sering ditinggali oleh orang-orang biasa karena apartemen itu dibuat khusus dengan harga yang cukup mahal, bisa dibilang hanya orang yang punya banyak uanglah yang bisa membeli ataupun menyewanya.

Dilihat dari luar pun bisa terlihat dengan jelas bahwa itu adalah sebuah apartemen mewah.

Jika biasanya apartemen umun di satu lantai yang sama bisa di huni oleh sekitar 9 sampai 10 lebih keluarga, apartemen mewah seperti itu kemungkinan hanya memiliki 2-4 tempat tinggal berukuran cukup luas di satu ruangannya saja.

Itu artinya aku sedikit yakin bahwa Shiratsuki adalah seorang wanita yang cukup mapan dalam masalah keuangan.

"... Apa kau tidak mau mengomentarinya?"

"Aku tidak mengerti apa maksudmu itu."

Setelah bilang begitu, aku mengeluarkan kembali handphone milikku yang sebelumnya sempat aku masukan pada saku celana. Aku mulai mengaktifkan bluetooth untuk bertukar alamat email dengan Shiratsuki.

"Apa kau masih mau alamat emailku?"

"Tentu saja."

Handphone milik kami saling bedekatan, dan kemudian suara tanda email sudah saling bertukar terdengar dari kedua handphone milik kami.

"Save!!"

Ucapnya sambil tersenyum senang.

"Sudahkan, kalau begitu cepat pergilah. Aku akan menunggumu sampai kau masuk ke pintu utama apartemen itu."

"Kau sempat melihat layar handphonemu tadi, apakah ada sesuatu?"

"Tidak bukan apa-apa, hanya sebuah pesan masuk.."

"Pesan?"

"Ya, dari Kakakku. Dia hanya bertanya aku sedang berada dimana?"

"..."

Mulut Shiratsuki bergerak namun suaranya tidak begitu terdengar olehku.

"Apa kau bilang sesuatu?"

"Tidak, Sampai jumpa."

Setelah itu, dia berbalik dan berjalan dengan cepat meninggalkanku berdiri di tempat itu. Aku berdiri cukup lama terpaku di tempat itu untuk melihat Shiratsuki yang kini sudah berada di bagian depan pintu masuk.

Setelah sosoknya menghilang masuk ke dalam pintu masuk gedung itu, aku mulai berbalik dan kembali berjalan kearah stasiun kembali.

Tapi hanya sekitar 10 langkah aku berjalan, aku terhenti oleh suara dan getaran yang menandakan sebuah pesan masuk pada handphone milikku yang ku masukan kembali ke kantung celanaku beberapa saat lalu. Aku mengambil hanphoneku kembali dan mulai menekan icon pesan masuk pada layar handphoneku.

Isi pesan itu membuatku sedikit tersenyum dan terdiam. Aku sedikit menahan ketawa saat membaca pesan yang masuk itu. Tapi aku tidak memperlihatkanya dan kembali tenang. Isi pesan yang dikirim oleh Shiratsuki padaku.

Form: Panda.Michiru

Text Message

Today 21.52

Terima kasih untuk kencan pertamanya. Selamat Malam ♥ ♥ ♥

Dia menambahkan emotion 3 hati berwarna pink pada pesan yang dikirimnya.

Tapi bukan itu yang membuatku ingin tertawa, yang menjadi perhatianku adalah pada nama alamat email miliknya yang menyertakan nama hewan " Panda "di depan nama depannya.

Akhinya aku membalas pesan itu, sebelum akhirnya aku kembali berjalan.

Aku hanya menuliskan kata " Bodoh!! " pada isi pesan yang kukirim padanya.

Namun pada ujung pesan itu , aku menambahkan icon berbentuk hewan yang sama seperti nama email miliknya pada pesan itu.