Shinario ( Indonesia ): Jilid 1 Bab 2
Akutidak menyangka bahwa Shiratsuki Michiru bisa seserius ini.2-1
Aku mulai berjalan menyusuri lorong gedung sekolah menuju kearah ruang Osis bersama dengan Shiratsuki di sampingku. Tidak ada satu katapun yang terucap di antara kami berdua selama jam pelajaran berlangsung. Satu satunya percakapan kami yang sempat berlangsung adalah saat pagi hari, dia hanya bilang "Selamat Pagi" padaku di dalam kelas dengan suara pelan.
Hanya itu saja.
Dia tidak bicara sedikit pun setelah itu. Bahkan tidak berbicara mengenai apa yang dia lakukan kemarin sore di taman, bagaikan seperti tidak terjadi apa-apa diantara kita. Dia hanya bersikap seperti biasa, sedikit dingin dan cuek sambil membaca novel di tempat duduknya.
Tapi itu tidak terjadi padaku, sehebat apapun aku berakting dan tetap tenang, pikiranku terus saja teringat dengan apa yang dia lakukan padaku kemarin.
Aku tidak bisa melupakan kejadian itu begitu saja.
Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa saat ini aku sedang kebingungan. Tentu saja, bagaimana bisa aku melupakan sesuatu kejadian yang sangat aneh seperti itu dengan cepat.
Seorang wanita menyatakan cinta dan menciumku begitu saja, padahal itu adalah pertama kalinya kita bertemu.
Tentu saja ini sedikit mengganjal dan tidak bisa aku lupakan.
Akibat kejadian itu tingkahku menjadi sedikit aneh.
Tidak, aku saat ini memang bertingkah aneh.
Saat pelajaran berlangsung, sesekali aku berusaha melirik ke arah Shiratsuki yang duduk di sebelah kiriku. Tidak hanya sekali, tapi itu terjadi berulang kali. Meskipun aku mencoba menahannya, pada akhirnya tetap aku melihat padanya.
Keinginan itu semakin besar ketika aku mencoba untuk tidak melihat ke arahnya.
Aku seperti sudah tersihir oleh Shiratsuki.
Aku tidak membohongi hal itu.
Karena dia ada di sampingku, tentu saja akan membuat sihir itu semakin besar karena dalam posisi ini aku dapat melihatnya dengan jelas.
"Apa ada sesuatu di wajahku?"
Tanpa aku sadari aku melihatnya lagi dan kini dia mengetahuinya.
"Tidak ada."
"Kenapa kau terkejut, bukankah sejak dari tadi kau terus memperhatikanku?... Apa ada sesuatu yang aneh di wajahku ini?"
Shiratsuki berhenti dan melihat kearahku.
Dengan reflek yang cepat, aku menghindari pandangan matanya itu. Aku mulai menyadari bahwa apa yang kulakukan akan membuat Shiratsuki berada diatas angin, dia pasti menganggap aku sudah kalah hanya dengan sebuah ciuman saja.
Sikapku sudah menjawabnya, ini adalah sebuah kekalah bagiku.
"...T-tidak ada apa-apa."
Bahkan kini aku mulai sedikit canggung
"Hihi... Melihat tingkahmu itu, kau sangat lucu sekali. Kau tidak bisa membohongiku, semuanya sudah tertulis pada wajahmu. Sepertinya tidakanku kemarin sedikit terlalu cepat."
Shiratsuki sedikit tertawa.
Sudah kuduga bahwa dia sudah mengetahuinya, bahwa sejak awal aku sering melihat kearahnya. Dia hanya bersikap tidak peduli dengan itu, dan pada akhirnya aku hanya bisa menahan malu sambil berusaha bersikap tenang meskipun di satu sisi aku merasa sedikit kesal. Bukan kesal kepada Shiratsuki, tapi aku kesal dengan diriku sendiri.
"Jadi bagaimana, apa kau sudah mengambil keputusan?"
"Keputusan apa?"
"Apa aku harus mengulanginya lagi, kau tau mengungkapkan perasaan itu sangat sulit bagi seorang wanita. Tapi jika kau mau, aku akan mengatakannya lagi disini. Kazama Yuichiro, maukah kau mau menjadi Paca—"
"Hentikan, aku mengerti apa maksudmu. Kau tidak perlu mengatakannya."
Dengan cepat aku menghentikan tindakannya yang sangat berani itu, aku sudah mengetahui apa yang ingin dia katakan itu, sama dengan apa yang dia katakan padaku kemarin sore.
Tentu saja aku harus menghentikannya karena apa yang dilakukannya dapat membuat banyak perhatian orang lain di sekitar kita saat ini. Jika saja dia mengatakan itu disini maka dengan cepat mereka akan mendengarnya dan mungkin gosip akan tersebar cepat keseluruh penjuru sekolah.
Tapi sebenarnya, kedekatan kami berdua saat di sekolah ini sudah menjadi bahan pembicaraan dan perhatian. Seperti saat ini, beberapa pasang mata sedang memperhatikan kami.
Alasannya adalah kami berdua memang menarik perhatian mereka. Tidak usah di bicarakan lagi kenapa kami berdua menjadi pusat perhatian mereka, tapi ada alasan lain lagi yang menjadi pusat perhatian mereka kali ini.
Salah satu perhatian mereka tertuju pada sebuah benda hijau yang melekat di bagian lengan kanan kemeja pitih Shiratsuki, yaitu tanda sebagai anggota OSIS.
Sebenarnya benda ini tidak begitu penting. Tapi karena kami berdua yang memakainya, benda ini menjadi pusat perhatian.
Mungkin salah satu pertanyaan yang kini muncul pada setiap orang adalah "Kenapa Kazama Yuichiro menjadi anggota OSIS?", Tidak hanya orang-orang yang memperhatikan kami mungkin yang merasa aneh, bahkan akupun merasa bahwa ini adalah sebuah kesalahan besar.
Bagaimana bisa orang sepertiku bisa mengenakan tanda pengenal anggota OSIS?
" Jadi apa jawabanmu?"
"Tentu saja aku tidak bisa menjawabnya, ini masih membuatku bingung."
"Ehh, padahal kau hanya menjawab "Ya" atau "Tidak" saja, itu mudahkan?"
"Tentu saja tidak mudah."
"Kau hanya tinggal bilang "Ya" saja."
"Huh, apa maksudmu?"
"Meskipun kau menolakku, nanti juga kau akan menyukaiku juga. Karena Pandanganmu akan selalu tertuju padaku."
Aku tidak mengerti dari mana datangnya rasa optimis itu, dia berbicara seakan semuanya sesuai dengan rencananya. Tanpa ragu dia mengubah posisinya dan berdiri di hadapanku. Tangan kanannya mulai bergerak ke atas, dan sesaat kemudian jari telunjuknya berhenti di depan mulutku.
Menatapku dengan tajam dan penuh percaya diri.
Aku hanya bisa terdiam saat dia melakukan itu.
Shiratsuki mulai membalikan badannya dan mulai melangkahkan kakinya kembali.
"Apa kau mengerti sekarang?... Kalau begitu, Ayo kita pergi!!"
"T-Tunggu, oy."
"...Kita akan membicarakan ini lagi nanti, sekarang bukan saat yang tepat."
Tch?
Bingung, kesal, dan aneh, itulah yang saat ini aku sedang rasakan. Semuanya bercampur menjadi satu dalam pikiranku saat melihat Shiratsuki. Aku hanya bisa terdiam tanpa bisa menolaknya, entah kenapa semua semua jawaban yang aku pikirkan tidak bisa keluar dari mulutku.
Padahal tsebelumnya aku sudah membulatkan untuk tidak berurusan lebih panjang lagi dengannya. Aku mungkin bisa mengakhirinya dengan mengatakan "Tidak" padanya dan berkata sedikit lebih kejam padanya. Tapi semuanya sangat aneh, aku tidak bisa berbicara di depannya.
Hanya bisa tertegun melihatnya.
Sebelumnya aku memang tidak begitu peduli dengan keadaan sekitar, termasuk dengan kehidupan percintaan.
Saat aku berada di kelas 3, pernah sekali seseorang mengungkapkan perasaannya padaku. Tapi dengan cepat aku hanya bilang "Maaf, aku tidak tertarik dengan hal semacam itu.".
Terdengar sangat kejam, itu sudah pasti.
Tapi aku tidak bisa mengulanginya saat ini, kata-kata kejam itu tidak keluar dari mulutku saat ini, kenapa?
Apakah aku mulai menyukainya?
-║-
Setibanya di depan ruangan OSIS, aku mulai mengubah sikapku. Aku harus kembali tenang dan tidak terlalu banyak memikirkannya.
"Permisi, kami masuk!"
"S-silahkan!"
Shiratsuki mulai menggeser pintu ruang OSIS yang berada di depannya. Kami mulai melangkah masuk ke dalam, dan seorang wanita menyambut kami. Tentu saja bisa di tebak, hanya ada satu orang yang mungkin berada di sini yaitu kak Sakamoto.
"Apa kakak menunggu lama?"
Ucap Shiratsuki pada kak Sakamoto yang terlihat sedang duduk di dalam ruangan.
Kak Sakamoto terlihat sedang mengerjakan sesuatu, ada tumpukan kertas yang terlihat berada di depannya saat ini.
"M-maaf aku harus memanggil kalian kemari saat jam istirahat. Kalian mungkin belum makan siang, jadi, silahkan aku sudah menyiapkannya untuk kalian berdua."
Kak Sakamoto mulai berdiri dan megambil sesuatu yang berada di atas sebuah rak berisi jajaran buku itu saat kami berdua mulai duduk di meja itu. Dia membawa sebuah sebuah kotak berukuran cukup besar, dia duduk di tempatnya dan sesaat kemudian membuka kotak itu.
Terlihat susunan sandwich yang sangat rapi berada di dalam kota tersebut.
"Silahkan, aku membuatnya sendiri."
Shiratsuki mulai bergerak terlebih dahulu dan mengambil 1 potong berbentuk segitiga dengan tangan kanannya.
"Terima kasih banyak."
"Yuichiro, kamu juga silahkan!"
Mendengar itu, aku mulai mengambil 1 potong sandwich yang berada dalam kota makanan itu. Dan dengan waktu yang sama, Aku dan Shiratsuki mulai menggigit sandwich itu.
"Selamat makan!!"
Ucap kami dengan nada pelan.
Aku mulai menghabiskan potongan itu, dan seperti yang sudah kuduga sebelumnya bahwa Kak Sakamoto sedang menunggu kami menghabiskan potongan itu. Dia memperhatikan kami makan saat ini dan ketika selesai, dia mulai berbicara.
"Bagaimana?"
"Ini sangat enak."
Jawab Shiratsuki dengan cepat.
"Syukurlah.. Jika tidak keberatan, kalian bisa mengambilnya lagi."
"Terima kasih kak Sakamoto, tapi bukankah kita harus membicarakan sesuatu terlebih dahulu?"
"A-akh maaf. Ini, aku sudah menyiapkannya."
Dia mengambil beberapa kertas pada tumpukan di berada di depannya dan membagikannya pada kami berdua. Kertas itu terlihat hanya di isi oleh beberapa kolom yang masih kosong. Tertulis "Formulir Pendaftaran Klub" pada bagian atas kertas itu.
"Apa yang harus kami lakukan kak Sakamoto?"
Aku mulai bertanya kepada kak Sakamoto. Aku melihat dia sedikit terkejut ketika mendengar aku bertanya padanya, mungkin karena sebelumnya aku tidak begitu banyak mengeluarkan suara di depannya.
"A-akh, maaf aku sedikit terkejut."
"..."
Sudah kuduga, dia begitu jujur mengatakan bahwa dia terkejut mendengarku bertanya padanya.
"... S-seperti yang sudah kalian ketahui kemarin, kita harus mendaftar ulang setiap klub yang ada di sekolah ini. Ada 2 kertas berbeda disana, yang satu adalah formulir pendaftaran klub dan satunya lagi adalah formulir pendaftaran untuk acara perkenalan klub. Salah seorang dari kita bertiga harus menunggu disini dan menunggu, kalian mungkin sudah mendengar pengumuman tadi kan?"
Sebelumnya, ada sebuah pengumuman yang disampaikan setelah bel istirahat berbunyi. Pengumuman itu mengenai pendaftaran klub dan pendaftaran untuk acara perkenalan klub. Dalam pengumuman dikatakan bahwa jika setiap perwakilan klub harus mengambil kedua formulir pendaftaran di ruangan OSIS.
Tapi kak Sakamoto hanya mengatakan bahwa salah satu di antara kita harus menunggu disini. Itu berarti ada pekerjaan lain yang harus kami kerjakan saat ini.
"Kalau begitu, aku menunggu disini."
"Tolong ya Shiratsuki, aku serahkan yang disini padamu."
"Baiklah Kak Sakamoto."
"K-kalau begitu, itu berarti Yuichiro, kamu akan pergi bersamaku untuk mengerjakan tugas yang lainnya. Mohon kerja samanya!!."
Kak Sakamoto membukukan tubuhnya.
"Apa yang akan kita lakukan kak Sakamoto?"
"... Ini, kita hanya perlu memasang poster ini di papan pengumuman."
Selain tumpukan kertas yang merupakan formulir pendaftaran, dia depan kak sakamoto ada beberapa benda yang terlihat seperti gulungan itu. Ada sekitar 3 gulungan berukuran cukup panjang dan besar yang tergeletak disana bersama dengan perlengkapan seperti selotip dan gunting. Jika tugasnya adalah memasang poster itu, berarti ada 3 tempat yang perlu kita datangi karena ada 3 papan pengumuman di 3 tempat berbeda di sekolah ini. yang pertama adalah di area pintu masuk tepat setelah tempat penyimpanan sepatu, yang kedua di dekat kantin, dan yang terakhir ada di lantai 2 dekat dengan ruang OSIS tepat berada di persimpangan dengan gedung kelas sebelah, tepatnya berada di depan ruang guru.
Setelah mengetahui itu, aku mulai berdiri membantu kak Sakamoto membawa poster itu. Kak Sakamoto terlihat berusaha membawanya sendiri, namun melihatnya kesulitan karena harus membawa benda lainnya, akupun bergerak cepat dan mengambil poster itu darinya.
"Biarkan aku yang membawa ini kak Sakamoto."
"T-terima kasih."
"Ayo, kakak duluan. Aku akan mengukuti kakak dari belakang."
"Y-ya."
Kak sakamoto mengambil selotip dan gunting yang ada di meja, dia mulai berjalan kearah pintu keluar dan membukanya.
"Kami pergi dulu!"
"Ya."
Ucap Shiratsuki sembari melayangkan senyuman kecil pada kami, saat kami berada di luar dan menutup pintu itu, aku sempat melihat dia membuka buku novel miliknya.
Aku sedikit mulai mengerti kenapa Shiratsuki memilih untuk menetap di ruang OSIS, kemungkinan besar dia melakukan itu agar bisa membaca novel yang di bawanya.
Karena sesaat di kelas pun dia begitu sibuk membaca novel miliknya.
-║-
Karena satu papan pengumuman berada dekat dengan ruang OSIS, kami berhasil memasang satu poster pengumuman dengan cepat. Sesaat aku membaca isi dari poster yang aku pasang itu, isinya tentu saja adalah sebuah pengumuman tentang pendaftaran klub untuk acara pada hari sabtu nanti.
Selain itu, ada beberapa pengumuman penting lainnya yang tertulis pada poster itu yaitu mengenai rapat seluruh perwakilan klub yang akan di adakan besok sore.
Selain poster yang kami pasang, pada papan pengumuman itu terpasang berbagai kertas yang merupakan promosi beberapa klub untuk menarik minat anak kelas satu untuk bergabung. Tidak hanya memasang poster di papan pengumuman, pada pagi tadi gerbang sekolah terlihat sangat padat dengan orang-orang klub yang berusaha menarik anak baru untuk bergabung. Mereka menyebar brosur, membawa papan, atau lainnya berusaha untuk menarik perhatian.
Karena banyaknya murid dan klub di sekolah ini, tentu saja mereka sangat antusias dalam kegiatan klub untuk menyalurkan hobi atau bakat mereka yang diinginkan. Itulah beberapa klub memang yang berada di sekolah ini sangat beragam, aku membacanya kemarin pada kertas yang diberikan kak Sakamoto, beberapa klub yang terdengar asing olehku yang ada di sekolah ini diantaranya adalah klub Sulap, Hiking, Supernatural, Quiz, dan bahkan ada klub chef atau memasak.
Ini adalah kali pertama aku melihat banyak sekali klub berada di satu sekolah, bahkan di smp dulu jumlah yang aktif tidak sampai 20 klub.
Aku tidak membayangkan berapa biaya yang dikeluarkan sekolah setiap tahunnya untuk memenuhi keuangan seluruh klub di sekolah ini, dan tidak terbayangkan Kak Sakamoto harus mengurusnya nanti seorang diri jika aku dan Shiratsuki tidak bergabung menjadi anggota OSIS.
Bahkan menurutku saat ini kami memerlukan setidaknya 7 orang anggota baru yang harus bergabung untuk membantu kegiatan Osis ini.
Aku dan kak Sakamoto sudah turun ke lantai satu dan menuju bagian tengah yang merupakan jalan kearah kantin. Karena kantin adalah salah satu tempat yang sangat hidup di sekolah ini, tentu saja area ini sangat ramai terutama pada jam istirahat seperti ini. Karena itulah papan pengumuman di pasang di dekat kantin karena pasti banyak sekali orang yang lalu lalang melalui area ini.
"Kak Sakamoto, biarkan aku yang memasangnya."
Aku mulai membuka gulungan itu dan mencari beberapa spot yang masih kosong pada papan pengumuman. Aku rentangkan poster itu dan mulai merapatkannya pada papan di depanku, karena papan terpasang cukup tinggi tentu saja ini adalah bagianku.
Kak Sakamoto tidak mungkin melakukannya karena tinggi tubuhnya yang yang sedikit lebih pendek dariku, jika dia melakukannya akan sangat sulit dan merepotkan.
Selain itu aku tidak mungkin berdiam diri selagi melihat kak Sakamoto bekerja sendirian, mungkin sepele tapi aku harus melakukannya.
Aku hanya menyuruh kak Sakamoto untuk memberikan potongan selotip padaku saja selagi aku berusaha menempelkan dan merapikan seluruh permukaan poster pada papan pengumuman.
Dan disaat itulah, suasana mulai berubah setelah beberapa gerombolan siswa mendatangi kami.
"Ehh, kau masih bertahan juga rupanya Sakamoto."
Seorang wanita yang berada di paling depan mulai berbicara dengan nada yang tidak mengenakan itu, dia terlihat begitu sombong dengan menyilangkan tangannya di depan perutnya. Ada sekitar 5 orang yang terdiri dari 3 wanita dan 2 laki laki disana yang mendatangi kami dan melihat kami berdua disana.
Sekilas aku mulai melirik kearah mereka, aku menyadari bahwa mereka adalah kakak kelasku dan 1 tingkat di atas kak Sakamoto. Aku bisa tau itu dari warna dasi yang mereka pakai. Mereka memakai dasi berwarna hijau, itu artinya mereka berada di tingkat 3.
Wanita yang berbicara beberapa saat lalu terlihat adalah ketua dari kelompok itu, dia begitu menonjol dengan yang lainnya. Memiliki rambut panjang bergelombang dan memiliki style tubuh layaknya seorang model. Aku harus mengakui itu karena dia terlihat sangat cantik dan begitu berkharisma.
"Kak Sazanami."
Aku yang selesai memasang poster, langsung berdiri di samping kak Sakamoto yang terlihat menundukan kepalanya. Sikapnya berubah ketika berada di depan wanita itu. Sedikit berbisik aku mulai bertanya pada kak Sakamoto yang berada di samping kananku.
"Kak Sakamoto, siapa dia?"
"Kyoka Sazanami, dia ketua klub panahan dan juga wakil ketua OSIS dulu."
Bisik Kak Sakamoto dengan suara sangat pelan.
"... Ehmmm, kau bukannya orang yang sering dibicarakan belakangan ini." Kak Sazanami melihat kearahku. "Kalau tidak salah Ka-kazama Yuichiro itu benarkan?... Dan benda pada tangan kananmu itu, hehhhh.Aku tidak menyangka bahwa orang seperti dirimu bergabung dengan OSIS."
Mendengar nada bicaranya yang sedikit kasar membuatku sedikit kesal. Meskipun dia sangat cantik dan terlihat anggun, sifat yang di perlihatkannya itu terlihat begitu menyebalkan untukku.
"Jika di lihat, kau sama sekali tidak cocok mengenakan benda itu. Jadi apa alasanmu membantu kegiatan OSIS bersama Sakamoto?"
"Alasan, aku tidak perlu memberitahukannya kakak bukan."
"Kau memang benar, itu bukan urusanku."
"Hei, kak Sazanami benarkan?"
"?"
Sedikit kesal aku mulai berusaha mengajaknya berbicara. Bukan ingin berkenalan, tapi ini adalah sebuah pancingan saja.
"Lalu, kenapa Kakak bisa menjadi wakil ketua OSIS?"
Aku berbicara dengan nada yang sama dengan apa yang kak Sazanami katakan, aku mencoba berbicara baik padanya namun dengan sedikit menyindir.
"Huh, apa maksudmu?"
Dia sedikit mulai terpancing.
"... Maksudku, kenapa kakak yang terlihat sangat populer hanya menjadi wakil ketua. Bukankah ini sedikit aneh?... Aku lihat kakak adalah orang yang cocok sebagai ketua OSIS dibandingkan dengan kak Sakamoto."
Mendengarku berbicara, kak Sazanami terlihat mulai terpancing. Aku melihat dari kedua alisnya yang bergerak sedikit lebih turun.
"Jadi apa maksudmu?"
"Melihat kakak yang sekarang, aku tau alasan kenapa kakak tidak bisa menjadi ketua OSIS."
Kak Sazanami terlihat mulai berjalan kearahku, dia berdiri tepat di depanku.
"Jadi, apa kau pikir aku tidak cocok menjadi ketua OSIS?"
"Tidak, aku bilang kakak sangat cocok menjadi ketua OSIS di bandingkan dengan kak Sakamoto. Tapi melihat kakak sekaran, aku merasa kak Sakamoto jauh lebih cocok menjadi Ketua OSIS di bandingkan dengan kakak. "
Kami saling bertatan dingin satu sama lain, kak Sazanami terlihat sangat marah dan geram terhadapku. Meskipun aku melontarkan kata-kata kasar padanya, ekspresi kesalnya terlihat hanya seperti itu saja. Dia seperti menahannya agar tidak keluar batas, aku sedikit kagum melihat apa yang di perlihatkan olehnya.
Dia sedikit tersenyum sinis padaku. Dia sedikit menarik nafas dan terlihat menenagkan diri. Dia menjadi lebih tenang dari sebelumnya, tidak terlihat marah namun dia terlihat tersenyum padaku.
"... Kita lihat saja nanti."
"?"
"Sakamoto Ayane, aku akan memberikan kesempatan untukmu. Jika kau bersedia, kau bisa menyerahkan posisi ketua OSIS padaku, sebagai gantinya kau bisa menjadi wakil ketua Osis. Jika kau tidak mau melakukannya, itu artinya kita akan bersaing dalam pemilihan OSIS nanti. Mengerti kan, aku harap kamu mau mendengarkan perkataanku ini?"
"... "
Kak Sakamoto diam, tidak mengeluarkan kata apapun saat berdiri di depan kak Sazanami.
"Pikirkanlah perkataanku ini dengan baik, aku tidak ingin kita bersaing dalam pemilihan itu."
"Aku mengerti Kak Sazanami."
Kak Sazanami mulai membalikan badanya dan kembali bergabung dengan kelompoknya menuju kantin. Sebelumnya dia sempat berbicara memberikan sebuah pilihan saat meninggalkan kami.
"Aku menunggu jawabanmu."
Aku mulai mengerti masalah yang di hadapi oleh kak Sakamoto dan kenapa dia hanya seorang diri dalam OSIS.Aalasan utamanya adalah karena konflik diantara kak Sakamoto dan kak Sazanami.
Sepertinya kak Sazanami menginginkan posisi sebagai ketua Osis yang kini menjadi milik kak Sakamoto. Alasan kenapa dia menginginkan posisi itu karena satu hal, kemungkinan alasannya adalah karena dia adalah siswa tingkat 3 dan tidak mau menjadi bawahan kak Sakamoto yang beda satu tingkat dengannya. Semuanya bisa terlihat dari Sifat kak Sazanami yang memiliki ego cukup tinggi.
Karena itulah dia memundurkan diri sebagai wakil ketua OSIS.
Sebagai gantinya dia akan mengikuti proses pemilihan ketua OSIS baru, jika dia berhasil maka posisinya otomatis akan diambil oleh kak Sazanami.
Itu adalah pemikiranku saja, aku tidak tau apa itu memang benar atau tidak.
Tapi aku tau bahwa kak Sakamoto tidak ingin itu terjadi, sebab dia bilang kemarin bahwa dia memiliki alasan untuk tetap menjadi ketua OSIS..
Setelah kak Sazanami pergi, aku masih melihat kak Sakamoto menundukan kepalanya dan diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Melihat ekspresi wajahnya yang semakin larut dalam tekanan, aku mulai bergerak kembali.
Aku mulai berbicara berusaha mengubah keadaan.
"Kak Sakamoto?"
"Y-ya."
Dia mulai melihatku yang kini mulai jalan meninggalkan area kantin.
"Kita harus memasang satu poster lagi bukan?... Sebaiknya cepat, karena kita sudah meninggalkan Shiratsuki di ruang OSIS cukup lama."
Aku menambahkan sebuah alasan kecil agar kak Sakamoto kembali ke keadaan semula.
"A-ah Maaf, aku sedikit melamun."
Dia mengejarku dan berjalan tepat di belakangku, namun sepertinya keadaannya masih belum kembali seperti semula. Dia sepertinya masih memikirkan perkataan kak Sazanami yang menyuruhnya untuk segera memundurkan diri dari posisinya sebelum dia harus berhadapan dengannya dalam pemilihan ketua OSIS yang baru.
Karena perkataan kak Sazanami itulah, beban kak Sakamoto menjadi lebih besar.
Jika melihat keadaannya sekarang, tentu saja ini akan sangat berat untuk kak Sakamoto.
Kenapa aku bisa bilang begitu, itu karena kemungkinan menang melawan kak Sazanami mungkinlah sangat kecil. Sebab dilihat sekilas saja aku sudah tau betul bahwa kak Sazanami lebih unggul dari beberapa aspek, yang terbesar adalah kepopulerannya. Aku yakin dia sangat terkenal di sekolah ini, aku tidak begitu mengenalnya karena ini hari kedua aku masuk ke sekolah dan belum mengetahui banyak hal. Namun aku bisa melihat itu, selain dulu dia adalah wakil ketua OSIS, dia pun adalah ketua klub Panahan di sekolah ini.
Jika pemilihan menggunakan jumlah suara, maka kak Sazanami akan unggul besar.
-║-
Akhirnya kami selesai memasang poster terakhir di papan pengumuman yang berada tepat di depan pintu masuk gedung sekolah. Kami akhirnya kembali ke ruang OSIS. Sambil berjalan aku sesekali melirik kearah kak Sakamoto yang berada di sampingku, dia belum mengucapkan satu katapun sampai saat ini.
Aku tidak begitu mengerti seberapa besar beban yang dipikulnya saat ini, tapi tentu saja aku tidak bisa berbuat banyak.
"Y-Yuichiro?"
"Ya kak Sakamoto?."
Aku sedikit terkejut mendengar kak Sakamoto memanggilku.
"Terima kasih, sudah membantuku tadi."
"Apa yang kakak maksud saat di kantin tadi?"
"Yah, soal itu, terima kasih banyak sudah mau membelaku di depan kak Sazanami. Dan maaf gara-gara aku, kamu jadi terlibat dalam masalah ini."
"Tidak apa-apa kak Sakamoto, aku tidak memperdulikannya sama sekali. Lagian, aku sedikit jengkel dengan tingkahnya tadi. Kakak tidak perlu khawatir, ini sering terjadi padaku."
"T-tapi—"
"Sudahlah kak Sakamoto, bukannya kakak juga tidak ingin berbicara mengenai masalah ini?"
"A-akh, Terima kasih."
"..."
"A-aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan kalian. aku sempat berpikir kalian akan menolak permintaan bu Kirishima kemarin. Tapi, melihat kalian berdua saat ini membantuku, aku semakin yakin bahwa kalian memang orang yang sangat baik."
"Terima kasih atas pujiannya."
Aku melihat sebuah senyuman kecil pada wajah kak Sakamoto, satu bagian yang menjadi pusat perhatianku adalah di bagian matanya. Aku melihat sekilas bahwa permukaan mata kak Sakamoto sudah mulai dihiasi dengan genangan air mata, namun air mata itu tidak menetes. Dia seperti berusaha agar air mata itu tidak sampai keluar dan tidak membasahi wajahnya.
Karena aku tidak begitu tau seberapa besar masalah yang dihadapi kak Sakamoto saat ini, yang bisa aku lakukan adalah diam.
Tidak mau menanyakannya lebih dalam karena mungkin hanya akan membuat kak Sakamoto semakin tertekan.
2-2
"...."
Aku membuka pintu ruang OSIS, di balik pintu tersebut terlihat Shiratsuki yang sedang membaca buku novel miliknya. Dia melihat ke arahku sesaat, lalu kembali menunduk melihat kearah buku novel yang sedang dia baca.
"Selamat datang, dimana Kak Sakamoto?"
"Kak Sakamoto, dia pergi ke ruangan guru. Kami bertemu bu Kirishima saat menuju kemari, dan sepertinya bu Kirishima ingin berbicara dengan kak Sakamoto."
"Hmmm begitu."
"..."
"Berapa lama kau akan berdiri disana, apa kau tidak akan masuk."
Sebuah perintah keluar dari mulut Shiratsuki.
Karena aku tidak mungkin hanya berdiri saja di depan pintu, pada akhirnya aku seperti mengikuti perintahnya dan masuk kedalam ruangan yang terlihat sangat sepi ini. Aku berjalan dan mencoba untuk duduk di kursi yang sedikit berjauhan denganya. Namun Shiratsuki menghentikanku, dia melihat tajam kearahku seperti mencoba memberitahuku agar tidak duduk berjauhan dengannya. Alasan kenapa aku bisa tau arti dari tatapan itu karena tatapan itu sama seperti yang terjadi kemarin saat dia memintaku duduk di sampingnya.
"Apa?"
"Kau sudah tau kan apa maksudku."
Melihatnya yang sedikit ngotot itu, aku mulai bergerak dari posisiku. Namun tidak mengikuti perintahnya untuk duduk disampingnya, melainkan aku bergerak pada kursi yang berada sejajar dengannya.
Artinya, aku saat ini duduk tepat di depannya.
Jarak antara kami berdua hanya di pisahkan oleh meja yang memiliki lebar sekitar 1 meter dan panjang kurang lebih 3-4 meter.
Aku duduk tepat di depannya, namun tidak melihat kearahnya. aku meletakan kedua tangan kananku di atas meja, kugunakan tangan kananku sebagai penopang kepalaku yang kini sedang melihat kearah kiri. Aku mencoba untuk tidak melihat kearah Shiratsuki saat ini, namun apa yang kulakukan malah membuatnya sedikit terusik. Dia mulai berbicara..
"Apa kau mencoba mengabaikanku, Kazama?"
Aku mendengar sebuah suara berbunyi "Pluk" tepat di depanku, suara seperti buku yang tertutup.
Namun yang membuatku sedikit terkejut bukan saat mendengar suara buku itu, melainkan saat dia memanggil nama depanku dengan polosnya.
Hanya dalam satu gerakan, dia berhasil membuatku memperhatikannya.
"K-kau baru saja—"
"Kenapa dengan ekspresimu itu, kau lucu sekali."
Kali ini dia membuat sebuah posisi yang terlihat sangat anggun yang memperlihatkan daya tarik darinya, dia meletakan kedua sikutnya di atas meja dan menggunakan kedua telapak tangannya sebagai penopang kepalanya.
Posisi itu membuatnya terlihat sangat menarik perhatian.
Sejenak aku tertegun melihatnya yang tersenyum manis padaku.
"Apa kau sedang mempermainkanku?"
"Apa maksudmu?"
"Kenapa kau memanggil namaku seperti itu?"
"Huh, apa aku tidak boleh memanggilmu dengan nama depanmu?"
"..."
Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena memang tidak ada suatu aturan yang melarang seseorang memanggil nama orang lain. Tapi biasanya seseorang tidak akan melakukan itu kepada orang yang baru dia kenal, kebiasaan orang jepang memanggil nama depan seseorang sering dilakukan jika mereka sudah sangat dekat satu sama lain.
Biasanya wanita yang sangat sensitif dengan keadaan ini.
Mereka akan merasa terganggu jika namanya di panggil oleh orang yang tidak dia kenal atau belum akrab, sedangkan wanita akan menyukai jika orang yang dia suka memanggilnya dengan nama depan.
Kalau laki-laki mungkin hanya akan saling memanggil nama depan dengan teman mereka atau keluarga.
Tapi kali ini berbeda, Shiratsuki yang memanggil nama depanku duluan. Itu sedikit membuatku terkejut, meskipun tidak ada yang salah dengan apa yang dia katakan.
"... Jika kau mau, kau bisa memanggilku dengan nama depanku kok."
"H-huh?"
"Kau bisa memanggilku Michiru jika kau mau."
Dia sedikit menekankan nada saat mengatakan namanya sendiri.
"... Apa yang kau katakan, aku tidak mungkin melakukan itukan. Lagian tidak ada apa-apa diantara kita berdua."
"Kau memang sedikit keras kepala ya. tTpi berkat jawaban dan ekspresimu itu, aku semakin menyukai situasi kita saat ini."
"Kau memang sedang mempermainkanku saat ini kan?"
"Tidak. Aku sudah bilang kemarin kan, aku sangat serius dengan apa yang kukatakan sebelumnya. Aku tidak punya alasan apapun. Jika ada alasan, mungkin alasan kenapa aku mendekatimu adalah karena aku memang sangat menyukaimu."
"K-kenapa kau begitu mudah mengungkapkan perasaanmu itu?"
Aku kembali terkejut dibuatnya.
"Apakah aku salah?"
"T-tidak, hanya saja, aku belum pernah melihat wanita sepertimu. Sebagian wanita tidak mungkin mengungkapkan perasaanya semudah itu."
"Kalau begitu kau jangan melihatku seperti wanita lain, karena aku memang sedikit berbeda dengan mereka."
"..."
Kembali terdiam sejenak, aku melihat tatapan Shiratsuki yang kini lebih tajam dan begitu serius padaku.
"Kenapa, apa kau menyerah Kazama?"
Sepertinya Shiratsuki memang sengaja mempermaikanku dengan memanggil nama depanku itu.
"Ah, sudahlah kau boleh memanggilku sesukamu saja.... tapi ada satu hal yang perlu kau tau, aku tidak akan mengikuti permainanmu itu."
"Apa kau masih curiga denganku."
"Tentu saja, siapapun akan merasa sangat aneh dalam kondisi seperti ini."
"Kalau begitu, apa kau ingin bukti lainnya?"
Shiratsuki bergerak dari tempatnya dan berjalan mendekat ke arahku. Dia berjalan kearah kanan dari pandanganku dan kini berdiri di samping kananku.
Situasi saat ini hampir sama seperti kemarin, dia berdiri didepanku dengan ekspresi yang sama. Apakah dia akan melakukan hal yang sama juga seperti kemarin?
"H-hey?"
"Diamlah sebentar."
Kini dia mulai mendekatkan wajahnya padaku.
Dia memang serius akan melakukan itu?
Namun kali ini sedikit berbeda, wajahnya berhenti di depan wajahku. Kami saling berpandangan satu sama lain. Aku mulai merasakan sentuhan lembut pada tangan kananku, kedua tangan Shiratsuki kini memegang erat telapak tangan kananku. Dia menariknya dan kemudian dia meletakan telapak tangan kananku pada dada bagian kiri atas.
Apa yang sedang dia lakukan?
Dengan reflek cepat aku mencoba menarik tanganku darinya, namun dia menahanku.
"Diam, dan lihat mataku."
Aku tidak bisa menahan ekspresiku, mungkin kali ini wajahku mulai memerah.
Heningnya ruangan membuat suasana dianatara kami berdua semakin aneh, namun aku mulai sadar dengan apa yang dilakukannya saat ini. Kini telapak tanganku mulai merasakan detak jantung Shiratsuki yang begitu kencang.
"Apa kau merasakannya?"
"Kau?"
"Ini bukti kedua yang ku berikan padamu, bahwa aku memang serius padamu. Jika aku berbohong. Lalu apa kau bisa menjelaskan kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini?"
Meskipun dia memperlihatkan wajah yang begitu tenang saat ini, namun detak jantungnya berdetak begitu kencang.
Apa itu artinya dia memang punya perasaan padaku?
Ada beberapa faktor yang bisa membuat jantung berderak kencang, salah satunya adalah saat seseorang berada dalam kondisi yang membuatnya gugup, canggung, terkejut, atau berada dalam momen yang tidak pernah dia rasakan.
Detak jantungnya yang kencang menandakan bahwa dia sangat gugup saat ini berada di dekatku, karena hal ini yang selalu kurasakan jika bersama dengannya. Jantungku serasa berdetak lebih kencang dari biasanya ketika melihatnya. Aku yakin hampir semua orang pernah merasakannya jika berhadapan dengan orang yang mereka sukai jika berada dalam posisi seperti ini, mereka akan merasa gugup.
Dia sedikit tersenyum, dan aku melihat wajahnya memerah.
Perlahan, Dia melepaskan tangan kananku dan kemudian wajahnya kembali menjauh dariku.
Dengan senyuman kecil pada wajahnya dia mulai berbicara padaku.
"Apa kau percaya sekarang?"
Dia mengalahkanku 2 kali berturut-turut.
Aku hanya terdiam tanpa bisa berbuat apapun didepannya. Namun suasana yang aneh ini berubah ketika suara pintu terdengar bergeser.
"A-aku kembali."
Suara Kak Sakamoto terdengar dari arah pintu masuk.
Namun aku masih tertegun melihat Shiratsuki yang berada di depanku. Wajah tenangnya itu bisa begitu mudah menipu kak Sakamoto bahwa tidak ada apapun beberapa saat lalu, tapi tidak denganku. Aku masih dalam keadaan terkejut.
"... Apakah ada sesuatu kak Sakamoto?"
Ucap Shiratsuki sambil berjalan kembali ketempat duduknya yang semula.
Saat kak Sakamoto mulai masuk, aku mulai sadar dan harus kembali tenang. Namun tentu saja tidak semudah itu.
kak Sakamoto mulai duduk di tempat duduk yang berada di ujung meja sebelah kananku. Jika tadi aku melihat ekspresi kak Sakamoto yang menundukan kepala tanpa senyuman sama sekali, kini aku melihat dia sedikit tersenyum.
Mungkin ada sesuatu yang membuatnya bisa seperti itu.
"A-aku punya berita bagus, kepala sekolah dan guru lainnya mengijinkan kita untuk menggunakan gedung olahraga lebih lama untuk hari sabtu nanti. Mereka sudah mengijinkan kita menggunakannya dari jam 1 sampai jam 3 untuk acara nanti."
"Dengan ini, kita bisa memberi setiap klub sekitar 6 sampai 7 menit untuk tampil."
Jika acara mulai dari jam 1 sampai jam 3, maka jam pelajaran setelah istirahat sampai pulang akan ditiadakan.
"K-karena waktu yang kita miliki cukup banyak, maka kita bisa membuat susunan acara dengan cukup mudah besok. Shiratsuki, apakah sudah ada perwakilan klub yang datang kesini?"
"Ya, tadi ada beberapa perwakilan yang mengambilnya kesini."
"...Baguslah."
Kak Sakamoto terlihat menghembuskan nafas panjang pertanda dia mulai tenang kembali. Mungkin saat ini dia bersyukur karena bebannya sedikit berkurang karena perkerjaannya sudah dalam jalur tepat saat ini.
"Kalau begitu kalian berdua bisa kembali karena jam istirahat sudah hampir habis. Serahkan selanjutnya padaku."
Shiratsuki berdiri dari tempat duduknya.
"Kalau begitu kak Sakamoto, aku permisi. Pulang sekolah nanti, kami akan kesini lagi untuk membantu."
"B-baiklah."
"Kami pergi dulu kak Sakamoto."
"A-ah, terima kasih banyak Shiratsuki, Yuichiro."
Kembali terlihat senyuman pada wajah kak Sakamoto saat kami mulai berpisah.
-║-
Waktu berjalan sangat cepat dan bel tanda jam pelajaran selesai sudah berbunyi menggema keseluruh sekolah. Meskipun dibilang selesai, tidak sepenuhnya kegiatan sekolah selesai karena beberapa orang akan melakukan kegiatan lain diluar jam pelajaran yaitu kegiatan klub.
Seperti yang sedang dilakukan beberapa klub yang berada dilapangan dan gedung olahraga. Berbeda dengan klub lainnya, biasanya klub olahraga seperti sepakbola, basket, voli, badminton, karate, tenis, renang, Kyudo, dan lainnya akan melakukan sesi promosi dengan cara yang berbeda yang dilakukan setiap hari selama seminggu. Karena klub olahraga tidak dimasukan dalam list pendafataran acara hari sabtu, mereka melakukan promosi dengan cara yang berbeda yaitu sesi percobaan. Seluruh murid yang ingin bergabung, biasanya mereka akan diberikan sesi percobaan dan diijinkan berlatih bersama.
Selain latihan tentu saja mereka akan diberi beberapa motivasi agar mau bergabung dengan klub tersebut.
Setiap siswa boleh melakukan sesi percobaan pada beberapa klub yang mereka inginkan, ini dimaksudkan agar siswa bisa memilih klub mana yang akan mereka akan masuki. Biasanya beberapa orang akan sangat bingung menentukan akan masuk klub yang mana karena mereka menyukai berbagai kegiatan, karena itulah dalam seminggu ini mereka bisa mengikuti sesi percobaan.
Karena ada aturan seseorang tidak boleh memasuki 2 klub sekaligus, tentu saja mereka harus memikirkan baik-baik klub mana yang akan dipilih. Tapi tentu saja mereka dapat mengubahnya dengan cara berhenti terlebih dahulu lalu kemudian masuk kembali ke klub lainnya. Tapi itu tidak mudah, mereka tentu saja harus meminta ijin terlebih dahulu pada ketua klub jika ingin keluar klub.
Setelah kami bertemu kak Sakamoto diruang OSIS, kami langsung melanjutkan kegiatan yang belum selesai. Aku dan Shiratsuki kali ini sedang berjalan di lorong gedung, tugas kami selanjutnya adalah mengambil formulir pendaftaran yang telah beberapa klub ambil, dan memberikan formulir pendaftaran pada klub yang belum mengambilnya.
Aku dan Shiratsuki harus mengecek beberapa klub yang berada di lantai 2 dan 3, sedangkan kak Sakamoto pergi ke lantai 1 dan lapangan untuk memberikan formulir pendaftaran pada klub olahraga yang ada disana. Meskipun tidak mengikuti acara, beberapa klub olahraga masih harus mengisi formulir pendaftaran klub, ini dilakukan karena jumlah anggota sudah berkurang seiring dengan keluarnya murid tingkat ke 3 angkatan tahun lalu.
Setelah kak Sakamoto turun menuju lantai 1, Aku dan Shiratsuki kini berada di depan sebuah pintu. Ada kertas yang tertulis "Klub Animasi" dipintu tersebut.
Shiratsuki melihat kearahku.
"?"
Aku sudah tau apa artinya itu, dan sedikit malas untuk melakukan perintahnya. Arti tatapan itu adalah aku harus mengetuk pintu dan masuk terlebih dahulu. Dengan malas, aku mulai mengetuk pintu tersebut.
"Permisi!!."
"Ya tunggu sebentar." Terdengar suara pria menjawab sautanku dari dalam. Langkah kakinya mulai mendekat dan sesaat kemudian pintu mulai bergeser dan terbuka. "...Ya Sia— ich" Reaksi yang sering aku lihat itu, tertulis pada raut wajahnya pria yang memakai kacamata itu. Dia mungkin sedikit terkejut melihatku berdiri di depan pintu klubnya.
"Maaf mengganggu. Kami dari Osis."
Ucap Shiratsuki dengan nada yang begitu lembut dan sopan membuat pria yang merupakan siswa tingkat 3 itu kembali tenang. Meskipun dia berada 2 tahun diatasku, terlihat sebuah ekspresi ketakutan pada wajahnya.
Dia mulai memperhatikan lengan kananku.
Mungkin dia merasa aneh karena ada seorang yang terlihat seperti berandalan menjadi seorang anggota OSIS.
"... O-oh kalian dari OSIS. J-jadi, ada keperluan apa datang kemari?"
"Apa kakak sudah mengambil formulir pendaftaran klub dan formulir pendaftaran untuk acara yang akan diadakan hari sabtu nanti. Jika belum, kami sudah membawanya?"
"Akh Soal itu aku belum mengisinya. Kalau begitu, kalian bisa masuk terlebih dahulu, aku akan mengisinya formulir itu dengan cepat. Jadi tunggu saja di dalam dan liat-liat!!"
Shiratsuki memberikan 2 kertas pada pria itu yang kemungkinan adalah ketua dari klub animasi ini.
"Maaf aku belum memperkenalkan diri, namaku Himura Hiroshi. Ketua klub animasi."
Sambil berjalan memasuki ruangan klub.
Terlihat ada sekitar 8 anggota klub lain yang berada di depan komputer mereka masing masing.
Aku melihat sekeliling ruangan yang berukuran cukup besar itu sekitar 4 x 6 meter yang berbentuk memanjang. Ada satu meja yang panjang di letakan di tengah2 ruangan yang memakan hampir 40% ruangan, sekitar 8 komputer berjajar rapi diatas meja tersebut, dan satu komputer yang tersisa berada di meja berbeda yang berada tepat diujung ruangan dekat dengan jendela. Kemungkinan itu adalah komputer khusus untuk ketua klub karena kak Hiroshi menuju meja itu sekarang.
Ada beberapa lemari kaca yang berisi jajaran Action Figure dari film animasi yang sangat terkenal, seperti Madagascar, Frozen, Big Hero 6, Toy Story, Final Fantasy, dan yang lainnya. Bahkan ada beberapa poster yang menempel di dinding dari berbagai animasi movie terkenal buatan luar negeri termasuk dengan jepang, namun klub ini sepertinya hanya memasang poster yang animasinya menggunakan metode 3D.
Itu artinya mereka lebih menguntamakan membuat animasi yang berjenis 3D, bukan anime yang sebagian besar masih menggunakan metode tradisional.
Terlihat dari anggotanya yang kini sedang berada di dalam ruangan itu, mereka terlihat sedang mendesign beberapa character 3D di komputer mereka masing-masing.
"Maaf disini udaranya sedikit lebih dingin karena kami harus membuat seluruh komputer tetap dingin."
Kak Hiroshi berbicara sambil mengisi formulir pendaftaran itu dengan cepat.
Aku memang merasakannya bahwa udara yang keluar dari AC yang terpasang di ruangan ini sangat berisik dan cepat.
"Kak Hiroshi, apa kakak akan mengikuti acara untuk mempromosikan klub ini nanti?"
"Tentu saja!"
Jawaban yang sangat cepat, tangannya berhenti menulis dan seperti membuat gaya, kedua jarinya memegang bagian tengah kacamata miliknya dan mengangkatnya sedikit keatas.
"... Aku sudah menunggu acara ini, kami akan memperlihatkan maha karya buatan kami pada mereka yang telah kami buat selama 1 tahun terakhir ini. Aku akan membuat seluruh penonton takjub dengan maha karya kami. Lihat saja nanti, animasi buatan kami yang tidak akan kalah dengan buatan Disney. Animasi ini berdurasi 1 jam dan sudah mencapai setengah pengerjaan. Tapi untuk menarik perhatian kami akan memutar semuanya nanti. Semua pasti akan takjub melihat animasi kam—"
"Kak Hiroshi?"
Shiratsuki memotong kak Hiroshi yang berbicara begitu cepat dan panjang itu.
"Ya?"
"Maaf tapi bisakah kau hanya menayangkan trailernya saja, karena setiap klub hanya akan diberi waktu sekitar 5 menit saja."
"Huh, kau bohongkan. Hanya 5 menit, bagaimana bisa?"
"Jika kakak memutarkan animasi berdurasi 30 menit, Kakak akan mengambil ¼ jatah waktu acara itu, jadi sebaiknya kakak segera persiapkan trailernya saja."
"Tidak mungkin."
Kak Hiroshi terlihat murung dan kembali menulis formulir itu.
Setelah selesai Shiratsuki mengambil kertas itu dari kak Hiroshi dan berjalan meninggalkan ruangan klub ini, namun sebelum pergi Shiratsuki berbicara sedikit kepada kak Horoshi yang masih berada di meja miliknya.
"... Ahh satu lagi kak Hiroshi. Bukankah trailer lebih membuat setiap orang berdebar. Dengan hanya menampilkan potongan adegan yang menarik akan membuat penonton menjadi penasaran akan isi animasinya. Jika kakak menampilkan trailernya saja, aku yakin kakak akan bisa menarik banyak anggota baru nanti."
Kak Hiroshi terlihat melihat kearah Shiratsuki, dia terlihat kembali tenang dan tersenyum.
"Kau benar sekali, ide itu sangat brillian. Terima kasih banyak, kami akan segera membuatnya."
Kak Hiroshi berdiri dari tempat duduknya dengan semangat yang membara.
"Kalau begitu kami pergi dulu, maaf mengganggu."
Dengan cepat Shiratsuki menggeser pintu ruangan itu dan menutupnya setelah berada diluar. Aku mendengar suara kak Hiroshi berteriak pada anggota memberi semangat di dalam ruangan sana.
Harus kuakui bahwa ketua klub ini memang terlihat sangat aneh.
Aku tidak mau mengomentari lebih jauh lagi mengenai orang itu, karena orang-orang seperti itu tidak cocok denganku.
"Huh Melelahkan sekali, mereka sangat aneh. Ayo kita ketempat lainnya!!"
Shiratsuki mulai berjalan.
"Kau menyebut mereka aneh barusan kan?"
"Seperti itulah."
"Lalu kenapa kau repot-repot membantu mereka?"
"Aku hanya mengingatkan mereka saja, sebenarnya semua yang kukatakan adalah hal yang biasa saja, namun mereka semua tidak berpikir keras untuk bagian promosinya, tidak seperti saat mereka membuat animasinya."
"Apa maksudmu?"
"Yang kumaksud adalah soal trailer barusan. Bukankah setiap film baru yang akan muncul selalu diperlihatkan dulu trailernya sebagai promosi untuk membuat orang penasaran. Bukankah itu sudah biasa dalam dunia perfilman atau animasi?"
Aku tidak bisa mengomentarinya karena itu memang sangat benar.
-║-
Akhirnya kami selesai mengecek seluruh klub yang berada dilantai 2, kami menemui beberapa klub yang sudah mengisi formulir itu dan ada beberapa yang belum. Hanya untuk mengecek lantai 2 saja kita memerlukan waktu sekitar 1 jam. Aku tidak mengira akan selama ini hanya untuk menyelesaikan pekerjaan di lantai 2 saja.
Jika kak Sakamoto mengerjakan ini semua, mungkin dia akan menghabiskan waktu sampai semalaman atau bisa 2 hari.
Satu persatu kini kami mengecek setiap klub yang berada di lantai 3. Hampir semua klub sudah kami datangi saat ini, sementara itu terlihat dari jendela bahwa langit kini mulai berubah warna menjadi kuning-kemerahan pertanda sudah sangat sore dan matahari akan segera tenggelam.
Kini waktu sudah menunjukan pukul 5 sore lebih.
Akhirnya setelah memerlukan waktu yang cukup lama, kami berada di ruangan paling ujung dilantai 3.
Suara alunan musik instrumental Orchestra sedikit terdengar di lantai 3 ini.
Sebelumnya kami mengunjungi klub Orchestra dan melihat mereka sedang berlatih bersama. Tidak hanya klub Orchestra, ada beberapa klub yang terlihat sudah mempersiapkan diri untuk acara promosi itu diantaranya klub musik dengan bandnya, sulap, dan banyak lagi.
Seperti yang terlihat tadi pagi dimana banyak klub bersemangat menarik perhatian agar murid baru masuk ke klub mereka, sekarang pun hampir seluruh klub yang berada di sekolah ini sedang begitu antusias dan bersemangat menyiapkan acara untuk promosi pada hari sabtu nanti. Mereka berlatih sampai sore hari hanya untuk menyiapkannya.
Aku dan Shiratsuki kini berdiri tepat diruangan terakhir, dan seperti sebelumnya, Shiratsuki menyuruhku untuk mengetok pintu itu.
"... Permisi, kami anggota OSIS."
Berbeda dengan pintu lainnya yang digeser, pintu ruangan terakhir ini berukuran besar dan tidak digeser, melainkan di buka. Berjenis 2 pintu dengan 2 kaca hitam pada permukaannya yang terlihat gelap di balik ruangan tersebut. Ada sebuah kain hitam yang seperti sengaja dipasang dibalik pintu itu.
Aku tidak mengerti apa maksud dari kain hitam tersebut, bahkan saat ini kami tidak tau jenis klub apa yang berada di balik ruangan itu karena tidak ada plat ataupun kertas yang tertulis untuk menunjukan jenis klub apa dibalik ruangan itu saat ini.
Aku mengetok pintu itu sekitar 2 kali karena sautanku yang pertama tidak ada jawaban.
"Permisi?"
Menunggu.
Masih sama, tidak ada jawaban juga pada panggilanku yang ke 2 ini.
"Ayo kita masuk!!"
"Tunggu, bukankah kita tidak boleh melakukanya?"
"Tidak apa-apa, kita hanya ingin melihat saja. Kita bukan pencuri, jadi kau tidak perlu takut. Aku yang akan bertanggung jawab jika ada apa-nanti."
Shiratsuki mulai memegang pegangan pintu, dia menekan dan mendorongnya ke depan. Salah satu bagian pintu mulai terdorong ke depan dan mulai terbuka. Kami mulai memasuki ruangan yang seluruh sisi dindingnya sengaja dipasang oleh kain hitam agar tidak ada cahaya yang masuk kedalam ruangan ini.
Namun yang membuatku sedikit takjub saat masuk ke dalam ruangan yang berbentuk persegi itu adalah titik-titik cahaya yang bergerak berputar diseluruh ruangan itu kali ini. Titik-titik cahaya itu berasal dari benda yang berada di bagian tengah ruangan yang sedang menyala itu.
Titik-titik kecil yang berputar diruangan ini membuat sebuah suasana malam hari yang di penuhi oleh bintang yang bersinar terang.
"Planetarium?"
"Itu berarti ini klub astronomy. Ini sangat indah, ini pertama kalinya aku melihat Planetarium."
Ucap Shiratsuki pelan disampingku.
"Aku tidak mengira ada Planetarium di sekolah ini. Tapi, tidak ada satu orangpun di dalam ruangan ini?"
"Kalau begitu kita hanya perlu menunggu disini, karena benda itu menyala mungkin pemiliknya sedang keluar sebentar. Kazama lihatlah itu, Spica!!"
Dia menunjuk salah satu titik cahaya yang sedikit lebih terang dan besar dari yang lainnya.
"Sepertinya kau mempunyai pengentahuan tentang rasi bintang. Apa kau sepintar itu bahkan mengerti tentang astronomy?"
"... Karena sejak kecil aku terus belajar, aku mengerti beberapa hal mengenai ilmu astronomy. Lihat dan dengarkanlah, Aku akan memberikan sedikit tour padamu. Spica sering disebut Shinjuboshi, bintang yang cukup terang di langit utara. Jadi cukup mudah membedakannya dengan yang lain. Selain itu di rasi bintang utara ada Dubhe, Merak, Phad, Megrez, Alioth, Mizar, Alkaid, Nebula, Arcturus dan banyak lagi. Selain itu yang itu." Shiratsuki menunjuk kearah yang lain, kini pada titik yang sedikit lebih besar berwarna biru-keputihan. " ... Kalau itu Vega dari konstelasi Lyra, dibawahnya terdapat Altair dari rasi Aquila, dan disana Deneb dari rasi Cygnus. Jika kau menarik garis dari ketiganya akan membentuk segitiga, itu yang dinamakan segitiga musim panas."
Dia menjelaskannya begitu lugas, namun aku tidak begitu mengerti dengan apa yang dia katakan.
Meskipun pernah mendengar beberapa nama rasi bintang, tapi aku tidak mengetahui yang mana dari semua titik-titik yang menyerupai bintang diruangan ini yang membentuk suatu rasi bintang. Memang sangat sulit membedakan 1 titik dengan yang lain karena mereka terlihat sama yaitu hanya sebuah titik bercahaya, tapi dengan mudah Shiratsuki menjelaskan dan menunjuk titik-titik rasi bintang itu.
Aku melihat sebuah senyuman di wajah Shiratsuki, dia begitu menikmati berada diruangan ini.
Dia bilang ini adalah pertama kalinya dia berada disebuah Planetarium, apa mungkin saat ini dia sangat senang?
Beberapa saat kemudian, suara pintu mulai terdengar dan seseorang dari luar memasuki ruangan ini.
"... Ehmmm, Apakah ada orang di dalam sini?"
Sosok perempuan terdengar berbicara di depan pintu yang kini terbuka, bersamaan dengan itu lampu ruangan mulai menyala. Seorang wanita berambut panjang yang terlihat sedikit pemalu terlihat dari raut wajahnya dan nada bicaranya yang pelan saat masuk kedalam ruangan ini. Dia membawa sebuah teleskop berukuran lumayan cukup besar ditangannya.
Dasi berwarna biru terlihat melekat pada seragamnya yang menandakan bahwa wanita yang masuk adalah siswa tingkat 2.
"Maaf, kami masuk tanpa permisi terlebih dahulu."
Ucapku pada wanita itu yang berada tepat sekitar 1 meter di depanku itu.
"T-tidak apa apa, sepertinya kalian berdua adalah anggota OSIS. Benarkan?"
"Maaf , kami kesini hanya untuk mengecek apakah klub ini sudah mengisi formulis pendaftaran atau belum."
Tanya Shiratsuki.
"A-akh soal itu, aku sudah mengisinya. Maaf aku belum sempat mengembalikannya ke ruang OSIS.Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya."
Dia meletakan teleskop yang dia bawa dan dia senderkan terlebih dahulu pada dinding secara perlahan, wanita itu kemudian berjalan kearah tas miliknya di meja yang berada di tengah ruangan, tas miliknya tergeletak begitu saja di bawah meja yang dibagian atasnya terdapat alat dimana titik-titik menyerupai bintang itu muncul sebelumnya. Dia mematikan alat itu, kemudian membuka tas miliknya dan mengambil secarik kertas.
Dia berjalan mendekati Shiratsuki dan memberikan kertas tersebut.
"Orihime Sakura?"
"Y-ya, itu saya. Ketua klub Astronomy."
"Nama yang sangat indah."
"T-terima kasih."
"Bukankah itu adalah dari rasi bintang Vega?"
"B-benar, kenapa kamu bisa mengetahui itu?"
Kak Sakura terlihat begitu terkejut ketika Shiratsuki menanyakan itu.
"Saya pernah membaca beberapa cerita di balik rasi bintang saat masih kecil."
"B-benarkah?"
"Ya kak Sakura."
"Jadi begitu, ini pertama kali aku menemukan seseorang yang mengetahui soal Astronomy di sekolah ini. Aku sangat senang, b-bolehkah aku mengetahui namamu?"
"Ah, maaf kak Sakura. Namaku, Shiratsuki Michiru."
"Orihime Sakura, senang bisa berkenalan denganmu Shiratsuki. Dan kamu?"
Dia melihat kearahku.
"A-aku, Kazama Yucihiro. Senang bertemu denganmu."
"Kak Sakura, maaf boleh aku bertanya sesuatu sebelum kami pergi?"
"Bertanya tentang apa?"
"Apa kakak tidak mengambil formulir untuk acara hari sabtu nanti untuk mempromosikan klub kakak?"
"A-akh soal itu, aku tidak akan mengikutinya."
"Kenapa?"
"Alasannya karena tidak ada yang tertarik dengan klub Astronomy. Seperti yang kamu lihat, hanya aku seorang anggota di klub ini."
"Tapi, jika kakak mempromosikan klub kakak di acara ini, mungkin ada beberapa orang yang tertarik bergabung dengan klub Astronomy. Apakah Kakak tidak ingin mencobanya?"
"Aku sudah memasang poster di papan pengumuman, jika ada seseorang yang tertarik mungkin mereka akan datang kemari. Aku tidak akan mengikuti acara itu karena, seperti yang kamu lihat aku ini sedikit pemalu. Aku selalu gugup saat berada di dalam keramaian dan sulit berbicara jika berada didepan orang banyak. Karena itulah, aku tidak cocok mengikuti acara itu."
Mendengar perkataan kak Sakura, sepertinya dia memiliki sifat yang sama dengan kak Sakamoto. Perbedaannya adalah kak Sakura sepertinya tidak memiliki keberanian seperti kak Sakamoto yang berjuang begitu keras. Berbeda dengan kak Sakamoto selalu berusaha menutupi kelemahannya, dan tidak ingin membuat masalah untuk orang lain.
Kak Sakura punya sifat yang lebih pesimis.
"Jadi begitu."
"M-maaf."
"Kak Sakura tidak perlu minta maaf. Kalau begitu kami akan pergi."
"Terima kasih telah datang kesini."
"Sebelum kamu pergi , aku ingin mengatakan sesuatu untuk kakak. Aku yakin kakak akan menemukan seseorang yang memiliki hobi yang sama dengan Kakak. Apa yang kakak katakan sebelumnya bahwa "tidak ada seorang pun yang tertarik dengan klub Astronomy disekolah ini ", menurutku apa yang kakak katakan itu salah. Itu karena, kakak sudah melihat orang itu saat ini. Aku menyukai ilmu Astronomy, mengetahui sedikit banyak tentang rasi bintang. Jika kakak lebih berani lagi, kakak pasti akan menemukan seseorang nanti. Jadi, percaya dirilah dan lebih berani kak Sakura."
"..."
Kak Sakura terlihat diam saat mendengar Shiratsuki berbicara.
"Satu hal lagi kak Sakura, aku sangat menyukai Planetarium yang kakak buat itu. Tempat ini sangat indah."
Shiratsuki tersenyum begitu indah pada kak Sakura.
Melihat apa yang dia lakukan, aku kembali melihat sisi baik dari Shiratsuki kali ini. Dia memberikan sebuah motivasi kepada kak Sakura agar dia lebih berani.
Aku melihat kak Sakura saat itu tertegun melihat Shiratsuki, apakah kata-kata Shiratsuki bisa sampai padanya?
Mungkin, waktu yang dapat membuktikannya.
"Kak Sakura, kami pergi dulu. Maaf mengganggu."
Akhirnya aku dan Shiratsuki meninggalkan ruangan itu.
Sebelum kami meninggalkan ruangan itu, kak Sakura sempat memanggil Shiratsuki.
"Shiratsuki, T-terima kasih banyak."
Kak Sakura terlihat sedikit tersenyum.
Setelah meninggalkan ruangan klub Astronomy, aku dan Shiratsuki mulai turun dari lantai 3 untuk menuju ke ruang OSIS karena Seluruh klub yang di lantai 2 dan 3 sudah kami cek.
Aku membawa setumpuk kertas formulir pendaftaran klub. Karena aku adalah laki-laki, tentu saja aku yang membawanya, tidak mungkin aku membiarkan Shiratsuki membawa tumpukan kertas ini.
Ketika berada di tangga, aku berbicara pada Shiratsuki.
"Hey Shiratsuki?"
"Hmmm?"
Shiratsuki yang disampingku sempat menengok dan melihat padaku.
"Kenapa kau berbicara seperti itu padanya?"
"Apa yang kau maksud tadi pada kak Sakura?"
"Tentu saja, kenapa kau melakukan itu?.... Apa yang kau lakukan sama seperti pada Kak Sakamoto kemarin. Kau seperti berusaha menolongnya, apa sifatmu memang seperti itu?"
"Aku tidak ingin menjawab itu."
"Huh!?"
"Jika kau ingin mengetahui jawaban dari pertanyaanmu itu kau hanya perlu melakukan satu hal saja?" Shiratsuki mulai menuruni tangga dan berada tepat dibawahku. Dia berhenti dan mulai membalikan badannya. Dia mulai tersenyum dan melihatku yang masih berada beberapa tangga diatasnya. "... Kau hanya perlu memperhatikanku saja. Kau akan mengetahuinya nanti!!"
Dia berbicara sambil memperlihatkan sebuah senyuman manis padaku.
Entah kenapa saat aku melihatnya saat ini. jantungku mulai berdetak lebih kencang. Ada sebuah perasaan aneh yang mengalir padaku saat Shiratsuki memperlihatkan senyuman manis itu padaku.
Sebuah perasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.