Shinario ( Indonesia ): Jilid 1 Bab 1
Kamiberdua memang memiliki kepribadian yang buruk.1-1
Sudah seminggu berlalu sejak skorsing dijatuhkan.
Akhirnya aku memulai hari-hari biasaku lagi seperti biasanya. Kau tau hampir semua melakukan hal yang sama setiap harinya, seperti yang akan ku jalani 3 tahun yang akan datang. Bangun pagi, berangkat ke sekolah, pulang, dan selesai. Semua kegiatan itu akan berulang, begitu pun setelahnya.
Sangat membosankan memang jika harus melalui hari demi hari dengan rutinitas yang sama, karena itulah aku menginginkan sesuatu yang berbeda.
Apa yang kulalui selama 2 tahun terakhir ini berakibat pada kehidupan sehari hariku, aku mulai melakukan hal yang aneh seperti mulai mewarnai rambut, memakai tindik di telinga, dan melakukan kegiatan seperti layaknya anak anak jaman sekarang. Berjalan jalan di kota dengan teman yang ku anggap berbeda dengan lainnya, bergaul dengan mereka sampai akhirnya aku merasa semuanya sama saja.
Meskipun kau berlari sejauh manapun, kegiatan yang kau lalui akan sama saja.
Tidak ada cara melarikan diri dari rutinitas membosankan ini.
Ya, ini adalah dunia nyata.
... Memang sangat membosankan.
Matahari mulai berada tepat diatas langit, aku berada di atap bangunan SMA Kita Kawaguchi, sebuah sekolah yang berada di kota Kawaguchi di wilayah presfektur Saitama. Udara sekitar begitu segar, meskipun matahari sangat terik dan sesekali bersembunyi dibalik awan, angin yang berhembus menerpa tubuhku yang lemah menyender ke tembok membuat udara di sekitar begitu segar. Beberapa kelopak bunga sakura yang terbang dihempas oleh angin mulai terlihat berterbangan di udara ketika mataku mulai mengintip keluar dari ujung buku yang menutupi wajahku.
Dengan posisi duduk dan menyenderkan punggung pada tembok yang berada di belakangku, aku mulai terbangun oleh sentuhan lembut daun bunga sakura pada beberapa bagian tubuhku.
Aku mulai terbangun.
Inilah hal yang membuatku merasa tenang selama ini, tidur adalah hal yang selalu kulakukan untuk menghilangkan rasa bosanku.
Meskipun hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah melalui masa skorsing akibat kejadian 1 minggu lalu, aku menghabiskannya dengan tidur di atap. Mungkin sekarang jam ke 3 sedang berjalan dan dalam beberapa saat lagi waktunya untuk istirahat, aku bisa menebaknya dari letak matahari yang hampir tepat berada di tengah-tengah langit.
Itu artinya, aku sudah berada di atap ini selama 4 jam lebih.
Setelah menyimpan tas didalam ruangan kelas, aku langsung menuju ke sini sebelum homeroom dimulai.
Kenapa aku pergi kesini?
Jawabanya adalah aku tidak berniat belajar saat ini. Aku lebih baik tidak mengikuti pelajaran ketika aku tidak menginginkannya. Meskipun memaksakan berada di kelas sekalipun, aku pasti tidak akan focus.
Banyak orang yang belajar sangat keras, meskipun sudah bosan mereka terus memaksakannya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Mereka hanya melukai diri sendiri saja, mereka membuang waktu hanya demi sebuah nilai tinggi. Setelah mendapatnya, kau hanya mendapat sebuah rasa senang sesaat saja.
Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Aku hanya perlu menjalaninya sesuai dengan keinginanku saja.
Tangan kananku mulai mengambil buku kecil yang menutupi sebagian wajahku. Bukan sebuah buku novel ataupun buku pelajaran, itu hanyalah sebuah buku panduan sekolah. Aku tidak membacanya, hanya menaruhnya diwajahku agar cahaya matahari tidak menusuk mataku.
Buku itu terjatuh kebawah sebelum tanganku mengambilnya, hal terbodoh yang kulakukan. Itu hanya membuang tenagaku saja, kenapa aku tidak mengambilnya terlebih dahulu sebelum memulai mengangkat kepalaku?
Tapi aku tidak mau memikirkannya terlalu jauh.
Namun aku mulai merasa aneh.
Ada sesuatu yang membuatku sedikit terkejut, meskipun raut wajahku tidak menampakan itu.
Seorang perempuan berada disampingku, dia dengan polosnya menyenderkan tubuhnya padaku. Kepalanya yang sedikit tertunduk berada bahu kiriku. Dengan posisi hampir sama, dia duduk melentangkan kakinya kedepan dan tertidur begitu saja disampingku. Perempuan itu begitu cantik dengan model rambut tidak terlalu panjang sebahu, kedua tangannya yang berada dibagian paha mendekap sebuah buku berukuran sedikit lebih besar dan tebal, sebuah novel yang kemungkinan sedang dibaca olehnya.
Tangan kiriku tidak bisa bergerak karena terhalang oleh tubuhnya, satu gerakan kecil mungkin akan membangunkannya.
Nafasnya sedikit terdengar olehku yang bergitu dekat dengannya.
Situasi yang begitu aneh menurutku, mungkin hanya terjadi di dalam sebuah cerita manga saja.
Biasanya situasi seperti ini sering terjadi di dalam cerita manga, seorang gadis cantik yang tidak dikenal oleh sang pemeran utama, tiba tiba terlihat tidur disampingnya. Sebuah situasi pertemuan tidak disengaja yang begitu khas terjadi padaku saat ini.
Jika aku adalah seorang otaku, mungkin aku akan sangat senang sekali berada dalam kondisi seperti ini.
Tapi aku bukanlah seseorang yang termasuk golongan seperti mereka.
Meskipun situasi saat ini hampir sangat langka dan didambakan oleh hampir seluruh pria di dunia, aku tidak merasakan apapun. Apa yang kurasakan saat ini adalah sama seperti biasanya, aku tidak memperdulikanya sama sekali karena pada kenyataanya dia tidak menggangguku sama sekali. Aku lebih benci pada perempuan yang selalu ingin terlihat tampil cantik di depan seorang pria yang disukainya, menurutku mereka sangat mengganggu.
Munkin itulah yang membuatku menjadi lebih suka ketenangan saat ini, aku tidak menampik bahwa selama ini aku bergaul dengan mereka, namun setelah itu aku menyadari seberapa menyebalkannya berada dengan mereka itu.
Aku hanya diam sambil melihat ke arah langit, aku tidak ingin bergerak dan membangunkan wanita itu. Itu bukan berarti aku menyukai situasi saat ini, pada dasarnya aku memang tidak menginginkan ini terjadi. Satu satunya orang yang mungkin bersalah dalam kondisi ini adalah perempuan disampingku ini, karena dia yang membuat situasi seperti ini.
Beberapa saat kemudian, angin sedikit berhembus lebih kencang dan menerbangkan kelopak bunga sakura disekitarku, di momen yang bersamaan bel tanda waktunya istirahat mulai berbunyi ke seluruh area sekolah.
Perempuan itu mulai bergerak dan bangun dari tidurnya.
Perlahan matanya mulai terbuka dan kepalanya bergerak menjauhi bahu kiriku. Aku melihatnya dan akhirnya kedua mata kami saling bertemu satu sama lain.
Perempuan itu terlihat sangat polos, dia tidak terlihat canggung sama sekali. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun, namun dia langsung membuka bukunya dan mulai membaca.
"Siapa kau, kenapa ada disini?"
Aku memulai pembicaraan.
"Apa aku mengganggumu?"
Perempuan itu menjawab balik dengan nada dingin, tangan kanannya mulai bergerak. Jari jarinya tangan kanannya sedikit mengambil rambut dibagian sebelah kiri yang menjuntai, dengan sentuhan kecil jari jarinya, dia membawa sebagian rambut disebelah kiri itu bagian belakang telinga agar tertahan. Dia terlihat sangat anggun dan dingin saat melakukan itu.
Aku merasa terpesona dengan apa yang dilakukannya.
Mungkin beberapa wanita melakukan hal itu secara sengaja untuk memperlihatkan karena ingin terlihat cantik, tapi aku merasa dia sangat berbeda. Saat dia melakukan itu dia memang terlihat sangat cantik, tapi bukan berarti dia ingin memperlihatkannya.
Sedikit yang kumengerti darinya adalah dia memiliki kepribadian yang berbeda dengan wanita lainnya. Aku bisa menebaknya dari cara dia menatapku dan menjawab pertanyaanku, kepribadian yang sama sepertiku orang yang tidak begitu peduli.
"Tidak."
"Hehhh, Aku kira kau akan banyak bertanya padaku?"
"Meskipun bertanya, apakah itu akan berguna untukku?"
"Jujur sekali jawabanmu."
Mungkin itu benar, tapi dia malah tersenyum.
Aku benar benar yakin bahwa kita memiliki kepribadian yang sama.
Dia kembali menutup bukunya dan kembali menaruhnya diantara kedua paha kakinya. Dia mulai mengikuti posisiku, dia mulai menyentuhkan bagian belakang kepala pada tembok dibelakangnya. Perempuan itu menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya.
Sambil melihat ke arah depan, permbicaraan pun kembali dilanjutkan.
"Namamu, Kazama Yuichiro kelas 1-B, benarkan?"
"Kenapa kau tau namaku?"
"Tentu saja, bukan hanya aku saja. Kemungkinan seluruh orang di sekolah ini mengetahuimu, kau mengertikan?... Mereka semua membicarakan kejadian di stasiun kereta minggu lalu."
Apa yang dia maksud adalah kejadian minggu lalu..
Saat itu aku menghajar 3 pria di dalam gerbong kereta, kejadian itu membuatku mengalami luka di sebagian wajahku. Akan tetapi aku berhasil menghajar ke 3 orang itu sampai babak belur. Aku yang masih berdiri akhirnya menjadi orang yang disalahkan karena melakukan keributan di dalam kereta.
Mereka semua yang aku lawan berasal dari sekolah berbeda, karena itulah permasalahan semakin besar. Aku tertuduh telah menyerang ke 3 orang itu dan akhirnya di jatuhi skorsing seminggu pada hari pertamaku.
Pada kenyataannya, mereka menyerangku terlebih dahulu. Aku hanya membalasnya saja, tapi pada akhirnya mereka yang kalah melawanku. Aku tidaklah bodoh, tidak ada seorang pria pun yang berani menyerang 3 orang sekaligus sendirian dalam keadaan seperti itu. Hanya orang bodoh saja yang berani melakukan itu.
Tapi lebih bodoh lagi hanya diam saja dalam kondisi seperti itu, karena itulah aku melawan mereka.
"Ah soal itu, jadi semua orang mengetahuinya."
"Penampilanmu itu bukan sekedar gaya saja.. Kau tau, kau terlihat sangat keren."
Huh apa dia bilang keren padaku?
Sebuah kata yang terasa seperti sebuah lelucon olehku.
"Kau bilang keren?"
"Ya, kau terlihat keren. Orang-orang sepertimu, aku tidak membencinya."
"Apa kau serius mengatakan itu?"
"... Mungkin saja."
"Huh."
Ketika kami berdua sedang melakukan percakapan kecil, sebuah suara bel mulai terdengar. Bukan sebuah tanda jam ke 4 akan segera dimulai, melainkan bel pemberitahuan. Suara seorang yang ku kenal itu mulai berbicara " Perhatian untuk Kazama Yuichiro dan Shiratsuki Michiru dari kelas 1-B, segera menghadap ke ruang guru sekarang juga." Setelah mengulang kata yang sama, suara pemberitahuan itu mulai menghilang.
Aku sudah tau apa maksud dari pengumuman itu. Tapi satu hal yang aneh , ada 2 nama yang dia panggil di pengumuman itu.
Shiratsuki Michiru, siapa itu?
Apakah dia orang yang berada disampingku saat ini?
Sebelum pertanyaan terlontar dari mulutku, Perempuan disampingku mulai bergerak dan berdiri.
Penampilannya itu, seragam putih dengan dasi pita merah dan di balut dengan Blazer hitam sebahu, rok pendek hitam, kaos kaki hitam yang panjang, dan di tunjang dengan postur tubuh yang pas.
Sosok seorang wanita yang sempurna.
"Ayo, kita sudah di panggil."
"Kau?"
"Mungkin kau sudah menyadarinya. Senang bertemu denganmu Kazama Yuichiro, namaku Shiratsuki Michiru."
Tidak terdengar aneh memang jika kami harus memperkenalkan satu sama lain karena aku baru pertama kali bertemu denganya. Aku tidak pernah mengingat wajah orang-orang di kelas, bahkan tidak pernah mengenal satupun yang berada di kelas itu karena ini adalah hari pertamaku.
Shiratsuki Michiru.
Jika dia harus ikut dipanggil, maka dia sudah berada disini cukup lama. Alasan karena pemanggilan ini kemungkinan adalah karena kami berdua bolos pelajaran.
Tapi yang membuatku bingung adalah kenapa dia juga ikut di panggil.
Jarang bagia seorang murid harus di panggil seperti ini jika hanya membolos pelajaran sekali saja. banyak murid lain yang sering melakukannya dan terkadang guru-guru tidak akan sampai memanggil mereka jika hanya 1 atau 2 kali saja.
Jika dia sampai di panggil, itu artinya dia juga mempunyai masalah yang besar sepertiku?
Apa ini adalah kali pertama dia membolos pelajaran?
Melihat sifatnya, mungkin ini bukan pertama kalinya dia membolos pelajaran.
-║-
Tepat di depan kami berdua, Bu Kirishima Meguri yang merupakan guru bahasa inggris dan juga wali kelas 1-B terlihat sudah sangat marah. Dia bagaikan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Kedua alisnya terlihat membentuk garis miring dan kedua tangannya saling menyilang di depan perutnya.
"Ibu tidak percaya ini?" Bu Kirishima mulai mengerluarkan 1 kalimat. "Ini adalah hari pertamamu. Lalu kenapa kamu tidak berada di kelas selama homeroom dimulai, Kazama Yuichiro?"
Aku mulai ingat, bahwa jam ke 3 adalah pelajaran bahasa inggris.
"..."
Aku hanya diam sambil mencoba tidak melihat ke matanya yang tajam itu.
"Hei kamu mendengarku?"
"Ya, aku mendengarnya."
"Jawaban macam apa itu?... tidak hanya penampilanmu saja yang berantakan, tapi kepribadianmu itu sangat menjengkelkan. Apa kamu lupa apa yang telah kamu lakukan minggu lalu?... Kamu tau, itu adalah hari pertamamu kesekolah, tapi kamu sudah melakukan hal seperti itu. Ibu harus bersusah payah meminta maaf kepada orang tua dan juga kepala sekolah mereka hanya untukmu."
Aku kalah telak.
Bu Kirishima memang melakukan hal itu, dia meminta maaf pada pihak sekolah dan juga pada keluarga ketiga pria yang kuhajar agar memaafkan apa yang telah kulakukan. Bahkan dia berusaha meyakinkan polisi agar aku tidak perlu di tangkap.
"Aku sudah bilang mereka yang menyerangku duluan, itu bukan kesalahanku."
"Sudahlah ibu tidak ingin mengungkit itu lagi."
Bukahkan dia sendiri yang mengatakannya duluan?
Berbeda dengan guru yang lainnya, Bu Kirishima adalah guru termuda di sekolah ini.
Meskipun ini kali ke 3 aku bertemu dengannya, aku sedikit mengetahui bagaimana sifatnya itu. Dari cara bicaranya saja kau bisa menebak langsung bagaimana kepribadian dia. Dia sangat tegas dan sangat sensitif.
"... Dan Shiratsuki, kamu juga sama?"
Shiratsuki dengan tenang, membuka buku miliknya dan membaca di ruangan ini tepat di depan Bu Kirishima yang sedang marah.
Meskipun Bu Kirishima sangat serius, Shiratsuki hanya focus membaca tanpa peduli apapun. Bahkan ketika Bu Kirishima mulai menyinggungnya, dia tetap mengacuhkannya dan hanya focus membaca.
"Shiratsuki dengarkan ibu?"
"Aku mendengarnya Bu Kirishima."
"Kalau begitu perhatikan aku, apa kamu masih ingat dengan apa yang ibu katakan beberapa hari lalu Shiratsuki?."
Bu Kirishima terlihat sudah mencapai batas. Nada suaranya mulai berubah menjadi sangat serius, bahkan kali ini Shiratsuki mulai menutup buku miliknya.
"Tentu saja aku masih mengingatnya."
"Dengarkan, ibu tidak ingin mengulang perkataan ibu lagi. Kamu harus merubah sifatmu itu. Meskipun kamu mempunyai nilai tertinggi di SMP, di SMA semuanya sangat berbeda. Kamu tidak bisa lulus hanya karena nilai saja. Jika terus seperti ini, kemungkinan kamu dalam masalah?"
Nilai tertinggi?
Selain memiliki wajah sangat cantik dan menawan bagaikan seorang primadona di sekola ini, dia juga sangat pintar. Satu satunya kekurangan dari dirinya adalah kepribadiannya, jika dia merubahnya mungkin dia sudah menjadi wanita yang sempurna di sekolah ini.
"Kamu juga Yuichiro, ini hari pertamamu sejak terkena skorsing. Lalu apa yang kamu lakukan, kamu bersama Shiratsuki sama-sama tidak berada di kelas. Apa kalian sudah saling mengenal satu sama lain?"
"Tentu saja tidak, ini pertama kalinya kita bertemu."
"Bu Kirishima jangan beranggapan yang tidak- tidak, dia mengambil tempat istirahatku di atap sekolah."
"Huh, apa maksudmu?"
Ucap Shiratsuki menegaskan ucapannya sambil melirik kearahku.
Aku mulai mengerti apa maksudnya, itu berarti atap adalah salah satu tempatnya beristirahat atau untuk bolos pelajaran miliknya. Tapi tidak bisa di pungkiri, atap sekolah memang salah satu tempat yang sangat nyaman untuk menyendiri. Banyak murid yang mencoba pergi kesana, sebagai contohnya adalah tempat yang cocok sebagai tempat ngobrol saat istirahat sambil makan siang. Karena itulah beberapa sekolah sering membuat aturan dimana bagian atap tidak boleh di masuki siapapun, terutama di sekolah ini yang sudah tertulis pada buku panduan.
Itu artinya selain bolos, aku dan Shiratsuki sudah melanggar peraturan.
"Huh, apa kalian berdua pergi ke atap sekolah?.. Bukankah ada aturan untuk tidak pergi kesana, kalian pasti sudah membaca buku panduannya kan?"
"Tentu saja Bu Kirishima, tertulis di point nomor 54 di halaman 5. "
Shiratsuki menjawabnya dengan tenang dan santai. Dia bisa mengingat letak aturan itu dan mengatakannya dengan cepat, apa dia memang secerdas itu?
"Lalu kenapa kalian masih melakukannya?... Ah sudahlah, ibu tidak akan membahasnya lebih jauh." Bu Kirishima sepertinya sudah kalah telak oleh Shiratsuki. " Hei kalian berdua, ibu tau kalau kalian adalah anak pintar, tapi ini sudah SMA, kalian harus merubah sifat kalian itu. Kalian tidak akan mendapat apa-apa jika menghiasi masa muda kalian di SMA dengan cara seperti itu. Apa kalian mengerti, jika kelakuan seperti ini terus berlanjut mungkin ibu harus memanggil orang tua kalian kesini."
" Baiklah, aku mengerti Bu Kirishima."
"Kamu mengerti?"
"Aku hanya harus hadir di kelas seperti murid lainnya kan. Aku tidak keberatan melakukan hal itu."
"Benarkah?...Lalu bagaimana denganmu Yuichiro?"
Bu Kirishima memang sangat ngotot, akhirnya dia melihat kearahku dan mencoba mencari jawaban pasti dariku.
"Baiklah aku mengerti."
Jawabku dengan setengah malas, jika sampai aku tidak membalasnya mungkin dia akan terus menceramahi kita berdua sampai kami mengerti.
Shiratsuki berdiri.
"Kalau begitu, aku permisi dulu."
"Tunggu Shiratsuki kamu mau kemana?"
"Tentu saja ke kantin, waktu istirahat tinggal sebentar lagi. Aku harus membeli sesuatu untuk di makan, jika tidak aku akan masuk ke UKS dan bolos lagi. Ibu tidak ingin aku bolos lagi kan?"
"Uh, baiklah.."
Shiratsuki melirik padaku sesaat berada di depan pintu keluar.
"Apa kau tidak akan ikut denganku?"
Apa dia menungguku?
Melihat Shiratsuki yang terdiam di depan pintu seperti sedang menungguku, aku mulai berdiri menuruti kemauannya.
"Aku pergi dulu."
"Apa kamu sudah mengerti dengan apa yang ibu katakan Yuichiro?"
"Aku sudah mengerti, Ibu tidak usah khawatir."
Mencoba menenangkan Bu Kirishima, aku mulai menjawabnya dengan apa yang ingin dia dengar. Setelah jawabanku sedikit meluluhkan hatinya, akhirnya aku pergi keluar dari ruangan itu.
"Aku harap kalian tidak melakukannya lagi."
1-2
Suara bel tanda jam pelajaran sudah berakhir terdengar juga.
Setelah Bu Kirishima menceramahiku, akhirnya aku mengikuti perintahnya dan mengikuti pelajaran, begitu juga dengan Shiratsuki yang berada di samping kiriku. Aku tidak menyangka bahwa tempat duduknya akan bersebelahan denganku. Tempat duduk kami berada di baris paling belakang dan berada di pojok kanan dekat dengan jendela. Tempat duduk yang sangat cocok buatku yang sering tidak focus dengan pelajaran, terutama untuk Shiratsuki. Tempat duduknya itu seperti sudah menjadi miliknya sejak dari awal, tempat duduk yang sangat cocok dengan kepribadiannya.
Saat pelajaran di mulai, aku sempat memperhatikannya. Selama pelajaran berlangsung dia hanya membaca buku yang sering di bawanya, kemungkinan itu adalah sebuah buku cerita novel. Dia hanya focus membaca novel dan tidak memperhatikan pelajaran sama sekali.
Sungguh wanita yang sangat berani.
Tapi yang membuatku sangat kagum padanya adalah ketika guru matematika memanggilnya agar menyelesaikan pertanyaan yang berada di depan, dengan mudahnya dia menjawab pertanyaan itu meskipun dia sebelumnya tidak memperhatikan pelajaran itu.
Dia terlalu sempurna, itulah ungkapan yang cocok untuknya.
Tidak heran dia dapat menarik perhatian banyak orang, terutama di ruangan kelas ini. Saat dia maju kedepan kelas menyelesaikan soal matematika itu, seluruh orang terlihat diam dan memperhatikannya. Bahkan saat dia sedang duduk dan membaca novel miliknya, ada beberapa siswa yang secara sembunyi-sembunyi melihat dan memperhatikannya.
Salah satunya adalah aku.
Namun dari berbagai tatapan itu bukan sebuah tanda kagum, mungkin lebih tepatnya cemburu atau iri. Dan mungkin pula tidak sedikit di antara mereka yang tidak suka padanya.
Penyebab utamanya adalah Shiratsuki bukan orang yang senang bergaul. Lihat saja sikapnya saat berada di kelas ini, dia lebih suka membaca novel miliknya di bandingkan berteman dengan yang lainnya.
Dia memasang tembok tinggi yang menahan semua orang untuk mendekatinya. Terdengar sombong memang, tapi itulah kepribadianya. Bisa terlihat dari tatapan sinis beberapa perempuan padanya saat ini. Beberapa di antara mereka masih sempat melihat saling berbisik dengan mencuri pandang ke arah Shiratsuki sebelum keluar ruangan.
Namun Shiratsuki tidak peduli engan semua itu dan hanya focus pada dunianya sendiri.
Sifatnya itu hampir sama sepertiku.
Yah itu benar, tidak hanya dia yang kini menjadi pusat perhatian, aku juga termasuk jadi bahan pembicaraan mereka terutama tentang rumor yang menyebar ke seluruh sekolah mengenai kejadian minggu lalu.
Di tambah dengan penampilanku saat ini, mereka seakan menjauhiku, alasanya mungkin mereka sedikit takut denganku. Beberapa orang yang mencoba melihatku saat pelajaran berlangsung, langsung menoleh saat aku mengetahuinya.
Tidak aneh memang orang sepertiku akan di takuti, seorang anak baru yang menghajar 3 siswa sekolah lain yang lebih tinggi tingkatannya dan berada di sekolah yang sama dengan mereka, bahkan satu ruangan.
Itu membuat suasana kelas menjadi sedikit berbeda, kerena keberadaanku.
Tapi, pandangan seperti itu sudah sering ku alami.
Banyak pandangan negatif terhadapku selama ini, karena itulah aku tidak mempermasalahkan itu semua, karena aku sudah terbiasa.
Tidak hanya di sekolah, dunia luarpun sering menganggapku seperti itu. contoh saja kejadian seminggu lalu, Meskipun aku adalah korban pertama tapi pada akhirnya aku menjadi tersangka.
-║-
Seiring dengan mulai kosongnya ruangan kelas ini, aku mulai mengambil tas milikku dan berjalan keluar.
Hanya berjalan saja aku sudah menjadi pusat perhatian.
Aku bisa melihat beberapa orang menatapku, namun dengan santai aku mengacuhkannya.
Tepat berada di depan pintu dan menggesernya, aku melihat seorang perempuan berdiri di balik pintu tersebut. Seorang yang memiliki tinggi sedikit lebih pendek dariku. Memiliki rambut panjang di ikat dua, menjuntai di bagian kedua pundaknya.
Reaksi awal yang di perlihakannya saat aku melihatnya adalah tentu saja dia terkejut. Tapi hanya itu saja, tidak ada rasa takut sama sekali dari wajahnya saat melihatku dari dekat setelah itu.
Jika lebih diperhatikan lebih baik, dia adalah berada 1 tingkat di atasku. Terlihat dari dasi berwarna biru yang dia pakainya.
Seragam sekolah Kita Kawaguchi memang sedikit berbeda dengan sekolah lainnya yang sering menggunakan kemeja putih dan di balut dengan blazer sebahu untuk perempuannya yang sedikit unik dari sekolah lainnya. sedangkan untuk pria memakai blazer lengan panjang dan dasi panjang berbeda dengan perempuan yang berbentuk pita.
Yang membedakan setiap tingkat di SMA ini adalah dasi yang memiliki warna yang berbeda tergantung tingkatannya. Merah itu berarti tingkat pertama, biru tingkat kedua, dan hijau adalah tingkat terakhir. Dengan dasi yang berbeda-beda, kita dengan mudah mengetahui status mereka di sekolah ini.
Setelah beberapa saat kami saling bertatap muka, aku melihat wanita itu sedikit bertingkah aneh. Biasanya seseorang akan menghindar dan membuka jalan dalam kondisi seperti ini, tapi dia terus berdiri di hadapanku. Dia menutup jalan dan terlihat seperti mencoba menahanku. Dia seperti ingin berbicara denganku, tapi terlihat tidak bisa mengungkapkannya.
"Hmmm?"
"...Ah ehmmm, a-apa kamu yang bernama Kazama Yuichiro?
Dia akhirnya mulai berbicara, tapi membuatku sedikit terkejut.
Kenapa dia bisa mengetahui namaku?
Apakah mungkin karena namaku sudah terkenal keseluruh sekolah.
Tapi kenapa dia mencariku dan kenapa juga sseeorang yang berada satu tingkat di atasku?
"...Ahh, m-maaf aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Ayane Sakamoto, kelas 2-C. Ketua OSIS di sekolah ini."
Ketua OSIS, wanita ini?
Itulah reaksiku saat dia selesai memperkenalkan dirinya. Tentu saja aku sedikit bertanya-tanya mengenai dirinya karena sangat aneh jika wanita yang sepertinya plin plan, pemalu, dan sangat sulit berbicara dengan orang lain seperti dia adalah seorang ketua OSIS.
Biasanya ketua OSIS di pilih oleh siswa dan kemungkinan mereka akan memilih orang yang sangat pintar dan berkarisma. Mungkin salah seorang contohnya adalah Shiratsuki Michiru. Dia mungkin sangat cocok menduduki kursi ketua OSIS karena kepintarannya dan mungkin akan lebih cocok lagi jika dia sedikit lebih aktif .
Tapi mendengarnya mengatakan bahwa dirinya seorang ketua OSIS memang terdengar seperti lelucon. Aneh rasanya kalau seorang wanita kikuk seperti dirinya adalah seorang ketua OSIS.
Ketua OSIS memiliki tugas yang sangat berat terutama memimpin seluruh staff di bawahnya, tapi bagaimana bisa seorang wanita kikuk seperti dia bahkan untuk berbicara dengan orang-orang pun terbata bata seperti itu.
Apakah ada kesalahan dalam pemilihan ketua OSIS tahun lalu?
Atau mungkin, tidak ada yang mau menduduki posisi itu, dan pada akhirnya dia adalah satu satunya kandidat yang tersisa dan terpaksa menjadi ketua OSIS.
"Ahh ya, itu aku. Apakah kakak ada perlu denganku?"
"Ehmm, maaf tapi kamu harus ikut denganku?"
"Heh?"
"M-maaf, aku di perintah oleh Bu Kirishima. Dia memerintahkanku untuk bertemu dan membawa Kazama Yuichiro dan Shiratsuki Michiru untuk pergi keruang OSIS bertemu dengannya."
"Heh Bu Kirishima?,,, Apa yang dia inginkan?"
"Bu Kirishima bilang kalian berdua akan menjadi anggota OSIS saat ini dan membantuku."
"OSIS, aku?"
"B-benar, itu kata Bu Kirishima. Dia memberitahuku bahwa ada 2 orang siswa baru yang akan bergabung dengan OSIS dan membantuku mulai hari ini. Dia menyuruhku untuk menemui dan membawamu ke ruangan OSIS."
Huh?
Tentu saja aku sedikit terkejut karena Bu Kirishima menjadikanku seorang anggota OSIS tanpa sepengetahuanku. Dia memutuskan itu secara sepihak, tentu saja ini membuatku sedikit merasa kesal.
"Kakak memanggilku?"
Ucap Shiratsuki yang berada di belakangku.
Berbeda denganku yang sedikit terkejut dan kesal, aku tidak melihat ekspresi itu pada wajahnya.
"Kamu?"
"Shiratsuki Michiru."
"Ahh aku ingat, kamu adalah perwakilan siswa baru itu. Aku memanggil namamu saat acara penyambutan, tapi kamu tidak hadir saat itu. Jadi ini pertama kali aku bertemu denganmu."
"...Kak Sakamoto bisakah kita pindah tempat, disini terlalu banyak orang yang memperhatikan kita."
Setelah mendengar perkataan Shiratsuki, aku melihat ke seluruh kelas. Mereka yang belum keluar masih memperhatikan kami bertiga. Tidak hanya di dalam, bahkan di lorong gedung ini pun beberapa orang sedang melihat ke arah kami.
"Ahh, baiklah. Kita akan membicarakan ini dengan Bu Kirishima. Dia sudah menunggu di ruang OSIS. Ikuti aku."
Dia mulai mundur satu langkah dan mulai mengajak kami berdua untuk megikutinya.
-║-
Sudah sekitar 5 menit kami berjalan menyusuri lorong gedung sekolah, memerlukan cukup waktu untuk sampai ke ruangan OSIS yang berjarak sedikit jauh dari kelas tingkat pertama. Harus ku akui, gedung sekolah SMA Kita Kawaguchi memang cukup besar.
Ada 4 gedung yang berukuran cukup besar dan saling menyambung dengan lorong-lorong kecil di sekitarnya. Ke 4 gedung memiliki kegunaan masing masing, 2 gedung di pakai sebagai ruangan kelas. 1 gedung di pakai untuk kegiatan club, uks, ruang kepala sekolah, dan beberapa ruangan khusus seperti lab biology dan untuk kelas tambahan seperti memasak. Dan tambahan lainnya adalah Gedung olahraga.
Selain itu juga, area sekolah memiliki taman yang cukup luas dan memiliki lapangan cukup besar di bagian area belakang yang sering di pakai oleh klub sepakbola, bisbol, atletik dan lain-lain. Di tambah dengan berbagai fasilitas lainnya seperti area kantin yang cukup besar membuat sekolah ini menjadi sekolah favorit di wilayah presfektur Saitama.
Karena kelebihan-kelebihan itu, setiap tahunnya banyak sekali orang yang mendaftar ke sekolah ini. Tapi karena standar nilai yang cukup tinggi membuat banyak di antara pendaftar tidak lolos ke sekolah ini, meskipun begitu tidak kurang sekitar 300 siswa baru setiap tahunnya masuk ke sekolah ini. Karena itulah, butuh 2 gedung untuk menampung semua murid disini, bahkan tingkat pertama di bagi menjadi 8 kelas yang berbeda.
Akhirnya setelah kami berjalan di lorong yang menghubungkan gedung kelas 1 dengan gedung sebelah yang merupakan tempat yang sering di gunakan sebagai ruang klub, Akhirnya Kak Sakamoto berhenti di sebuah pintu. Pelat pintu bertuliskan "Ruang OSIS".
Dia menggeser pintu itu, dan sebuah ruangan yang terlihat biasa saja terpampang di hadapanku.
Ruangan biasa dengan meja panjang di bagian tengah, beberapa loker lemari kaca, Ac, Satu unit komputer, dan juga tempelan di dinding yang terlihat rapi menghiasi ruangan itu. Terlihat sangat sepi, tidak ada satu anggota di dalam sana. yang ada di sana adalah Bu Kirishima yang menunggu kami.
"Permisi, kami masuk."
Meskipun ini ruangan miliknya, dia mengucapkan permisi terlebih dahulu sebelum berjalan masuk ke dalam ruangan itu.
"Kerja bagus Sakamoto, kamu sudah bertemu dengan mereka
"Ya, aku sudah bertemu dengan mereka berdua."
Aku bersama dengan Shiratsuki mulai mamasuki ruangan OSIS itu mengikuti kak Sakamoto.
Aku melihat sebuah senyuman pada raut wajah bu Kirishima saat melihat kami mulai memasuki ruangan itu.
"Maaf apa ibu mengganggu waktu kalian?"
Apa dia sengaja mengatakan itu?
Tentu saja ini sedikit mengganggu karena ini adalah waktunya untuk pulang.
"Jadi, apa yang di maksud dengan bergabung menjadi anggota OSIS?"
Ucapku bertanya pada bu Kirishima.
"Seperti yang kamu tau. Seperti yang sudah kalian dengan, kalian berdua sekarang akan menjadi anggota OSIS. Aku ingin kalian membantu Sakamoto untuk menjalankan tugas OSIS bersama-sama."
"Huh?"
"Ini hukuman untuk kalian berdua. Selain itu, karena ibu adalah pembimbing OSIS, ibu akan mengawasi kalian berdua. Ini sangat berguna untuk kalian berdua."
"Tunggu sebentar, kenapa aku?"
"Ini sudah menjadi keputusanku. Mulai sekarang kamu resmi menjadi anggota OSIS, jika kamu perlu sesuatu tanyakan saja pada Sakamoto. Dan Shiratsuki, kamu akan menjadi wakil ketua OSIS mulai dari sekarang."
"Mohon kerjasamanya."
Sakamoto menundukan badan dan kepalanya.
"Boleh bertanya sesuatu kak Sakamoto?"
Tiba tiba Shiratsuki mulai berbicara.
Shiratsuki bertanya sambil sedikit menatap tajam pada kak Sakamoto yang membuatnya terlihat terkejut.
",A-apa itu?"
"Kenapa tidak ada satupun anggota OSIS lainnya di sini?"
"A-huh, soal itu—"
"Biar ibu yang menjelaskannya."
Bu Kirishima terlihat menghentikan kak Sakamoto yang terlihat sedikit kebingungan.
Saat Shiratsuki bertanya, raut wajahnya terlihat sangat kebingungan bahkan nada bicaranya pun terbata bata. Dia seperti tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
Melihat reaksinya itu, pasti ada sesuatu yang terjadi terutama dengan anggota lainnya?
Bahkan bu Kirishima menyuruh Shiratsuki untuk jadi wakil ketua?
Itu artinya, saat ini tidak ada seorang pun yang mengisi posisi wakil ketua OSIS saat ini untuk membantunya.
"... Dengarkan, saat ini tidak ada satupun anggota OSIS selain Sakamoto disini. Anggota lainnya sudah memundurkan diri, karena itulah ibu ingin kalian membantu Sakamoto menjalankan tugas OSIS. Meskipun ibu adalah seorang pembina, tapi ibu tidak bisa membantunya setiap saat. Untuk itulah aku memilih kalian berdua, kalian memiliki banyak waktu kan."
"... Kenapa mereka memundurkan diri?"
Tanyaku.
Ketika aku menanyakan itu, aku melihat tubuh kak Sakamoto bergetar. Wajahnya kembali menunduk, dan dia terlihat begitu seperi tertekan.
Melihat itu, aku mulai mengerti apa yang kutanyakan sebuah kesalahan.
Aku tidak bisa menarik kata-kataku itu.
Suasana sedikit mulai terasa canggung, tapi beberapa detik kemudian Shiratsuki menyelamatkanku.
"Baiklah."
Ketika nada itu keluar dari mulut Shiratsuki, Kak Sakamoto terlihat menjadi lebih tenang dan mulai mengangkat kepalanya.
"Heh, apa kamu mau melakukannya Shiratsuki?"
"Karena aku tidak bisa protes, aku akan menerimanya. Lagian, aku tidak punya kegiatan lain. Tapi kak Sakamoto?"
"Ya?"
"Aku belum pernah menjadi anggota OSIS sebelumnya. Jadi, aku mungkin tidak akan bisa bantu terlalu banyak. Mohon kerja samanya"
Mendengarnya mengatakan itu membuatku terdiam sesaat.
Shiratsuki adalah orang yang terlihat pemalas, cuek, bahkan menjaga jarak dengan orang lain. Tapi kali ini aku melihat sisi berbeda darinya, sebuah sisi yang membuatku kagum padanya yaitu sisi baik darinya.
Meskipun berbicara dengan nada dingin, tapi apa yang dilakukannya mudah sekali tertebak. Dia menerimanya karena ingin membantu kak Sakamoto yang memang memerlukan sebuah bantuan saat ini.
Tidak hanya Shiratsuki, aku pun yang melihat kak Sakamoto memperlihatkan ekspresi seperti itu membuatku terdiam dan terkejut.
Kak Sakamoto itu memiliki sifat yang cenderung sangat lemah, dia terlihat sangat menderita.
Aku tidak ingin membahas kenapa dia bisa terlihat seperti itu?
Mungkin saja ada permasalahan yang tidak ingin dia katakan pada kami.
Tapi satu yang pasti adalah kak Sakamoto memerlukan bantuan saat ini.
"T-terima kasih banyak."
"Senang bisa membantu Kak Sakamoto."
"Huh, terima kasih Shiratsuki." Bu Kirishima menghelas nafas dan terlihat senang saat Shiratsuki memutuskan untuk bergabung. Tapi selanjutnya, dia menatapku. "... Yuichiro!?"
Aku sudah mengerti apa maksud dari tatapan itu.
Saat ini dia sedang menunggu jawabanku. Meskipun dia mengatakan kami tidak boleh protes dan ini adalah hukuman yang harus kami lakukan, tetap saja ibu Kirishima mencoba membujukku dan menunggu jawabanku. Dia bukan orang yang memberikan paksaan terhadap orang lain, karena itulah dia menunggu jawabanku.
Apa aku mau melakukannya atau tidak?
Tidak hanya bu Kirishima, kini kak Sakamoto mulai memperhatikanku dengan tatapannya yang sayu itu. Melihat ekspresinya membuatku tidak bisa berbuat apa-apa.
Mataku sedikit melirik pada Shiratsuki yang berada di samping kananku.
Dia sedikit menggerakan kepalanya kesamping, ekspresi dan tatapan matanya padaku seperti memintaku untuk mengikutinya.
Aku menyerah dan tanpa pikir panjang segera menjawab permintaan itu.
"Huh baiklah."
Dengan sedikit malas menjawab, akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya.
Sesaat aku melihat Shiratsuki yang sedikit tersenyum.
"Huh akhirnya selesai juga satu masalah. Kalian berdua,Terima kasih banyak, kalian berdua adalah penyelamatku." Bu Kirishima mulai berjalan ke arah kami berdua. Dia mendekatkan wajahnya pada kami berdua dan sedikit membisik. "Ibu mengandalkan kalian."
Setelah berbicara seperti itu, bu Kirishima berjalan ke arah pintu keluar. Dia membuka pintu dan berdiri di sana, dia membalikan badannya dan kembali berbicara.
"Karena semuanya sudah selesai, ibu akan pergi duluan karena ada beberapa pekerjaan yang harus di lakukan. Sakamoto?"
"Y-ya?"
"Tolong bimbing mereka berdua, ibu mengandalkanmu."
"B-baiklah, t-terima kasih banyak bu Kirishima."
Sakamoto kembali membungkuk dan memberi hormat pada bu Kirishima.
"Ibu pergi."
Sambil menutup pintu.
Meskipun sebelumnya aku sempat kesal dengan keputusannya yang sepihak. Tapi melihat kondisi yang terlihat saat ini, membuatku kembali berpikir ulang terhadap bu Kirishima.
Apa yang dilakukan bu Kirishima memang menjadi sebuah tugasnya untuk membimbing dan membantu para siswa.
Dia melakukan ini bukan semata mata hanya ingin menghukum kami berdua, tapi tujuan utamanya adalah agar kami bisa berubah, salah satu caranya dengan menjadi anggota OSIS. Mungkin sudah tidak asing bahwa pekerjaan OSIS memang sedikit berat, tapi mereka adalah kelompok yang bekerja membantu para siswa di seluruh sekolah.
Pekerjaan OSIS memang sangat berat, contohnya kecilnya saja mengatur keuangan sekolah. Mengatur keuangan adalah hal yang wajib di lakukan karena menyangkut banyak pihak terutama untuk klub-klub di sekolah dan peralatan-peralatan pembantu lainnya. Selain pengaturan keuangan, ada juga tugas lain OSIS adalah mengadakan dan menyusun sebuah perayaan sekolah.
Jika hanya di lakukan oleh satu orang, tentu saja pekerjaan yang sangat banyak itu akan sangat menyulitkan.
Bagaimana jadinya jika di satu sekolah hanya memiliki satu anggota OSIS?
Bisa terbayangkan masalah yang akan timbul di sekolah itu.
Itulah yang terjadi di sekarang, hanya ada satu anggota saja di OSIS. Seorang wanita pemalu dan lemah harus mengerjakan pekerjaan sebegitu banyaknya sendirian tanpa bantuan orang lain sama sekali.
Selain itu, aku yakin ada suatu masalah yang terjadi disini terutama pada anggota yang memundurkan diri.
Karena mereka, kak Sakamoto berada dalam posisi yang sangat rumit.
Dia harus menanggung beban itu sendirian.
Bisa terbayangkan perasaan kak Sakamoto saat anggota lain keluar dan meninggalkannya sendirian?
Mungkin faktor itu yang membuat Shiratsuki ingin membantunya.
Dia adalah seorang wanita, karena itulah aku yakin dia lebih bisa mengerti kondisi yang sedang di hadapi oleh kak Sakamoto saat ini. Mungkin karena itulah dia membantunya.
Begitu juga dengan diriku sendiri.
Ada sebuah keinginan kecil yang berbicara dalam diriku bahwa aku harus membantunya.
Tapi disisi lain aku merasa bingung.
Apakah aku sanggup melakukannya?
1-3
"S-shiratsuki, Yuichiro.Sekali lagi aku ucapkan terima kasih banyak."
Sekali lagi, kak Sakamoto sambil duduk menundukan kepalanya. Untuk sekian kalinya dia melakukan itu membuatku semakin yakin bahwa wanita itu sangatlah polos.
Dia sangat tidak cocok menjadi seorang ketua OSIS, aku harus mengakui itu.
Tapi, aku melihat sisi yang sangat mengagumkan darinya yaitu dia adalah wanita yang pantang menyerah. Meskipun masalah yang dihadapinya sangat berat, dia tetap terlihat mencoba tegar dan mencoba untuk tidak bersedih. Mungkin beberapa wanita tidak akan sekuat dirinya jika dalam posisi yang sama dan mungkin akan segera menyerah.
Bahkan kali ini aku melihat Shiratsuki sedikit mengubah kepribadiannya di depan kak Sakamoto, dia tidak membuka buku miliknya lagi.
"... Maaf kak Sakamoto, apa yang aku harus lakukan?"
Aku melihat Shiratsuki sedikit lebih serius.
Setelah menanyakan itu, kak Sakamoto mulai mengambil beberapa tumpukan kertas dan mulai membagikannya pada kami berdua.
Aku melihat sebuah tabel yang berisi daftar nama-nama klub yang berada di sekolah ini. Jumlah klub di sekolah ini begitu banyak sampai menyentuh angka 52 klub. Dengan jumlah sebegitu banyaknya, sudah terbayang betapa susahnya mengurus semua klub yang masih aktif itu jika sendirian.
Jika hanya seorang diri, itu sangat sulit.
"I-Ini adalah daftar klub resmi di sekolah ini."
"Apa yang harus kami lakukan?"
Tanyaku sambil melihat daftar nama klub yang tertulis di kertas yang berada di atas meja tepat di depanku.
"S-Soal itu, beberapa hari lagi akan ada rencana untuk mengenalkan seluruh klub kepada murid baru. K-kita harus memeriksa seluruh klub yang masih aktif dan menyusun acara itu termasuk menyusun urutan tampil setiap klub. "
"Kak Sakamoto?"
Shiratsuki mulai berbicara.
Suara Shiratsuki terdengar sedikit dingin yang membuat Kak Sakamoto terdiam, seakan membeku. Shiratsuki kembali berbicara sambil membaca kertas yang berisi daftar klub yang berada di tangannya saat ini.
"?"
"Kak Sakamoto, kakak tidak perlu terlalu gugup begitu di depan kami berdua. Karena kita akan sering bersama, jadi bicara seperti biasa saja"
"A-ahh, m-maafkan aku. T-tapi, aku selalu gugup jika berada di depan orang lain."
Tidak aneh memang jika mendengar perkataan Kak Sakamoto.
Hanya di lihat dari penampilah dan kebiasaannya saja, aku sudah mengerti bahwa dia orang yang mudah gugup. Tapi dia bilang pernah memanggil nama Shiratsuki dalam acara penyambutan siswa baru, itu berarti dia menjadi seorang moderator di acara itu.
Aku tidak mengetahui bagaimana dia bisa memaluinya, tapi kak Sakamoto sedikit lebih kuat tidak seperti perkiraanku sebelumnya.
"Kalau begitu, A-apa ada pertanyaan mengenai tugas pertama ini?"
Kak Sakamoto mulai melirik pada kami berdua dan menunggu.
Meskipun begitu, aku bukan orang yang punya pengalaman dalam kegiatan OSIS. Jadi, saat ini aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan meskipun aku tau apa maksud dari kegiatan yang akan di selenggarakan ini.
Namun Shiratsuki kembali berbicara dan bertanya.
"Kak Sakamoto, bukankah klub yang terdaftar sangat banyak. Berapa lama waktu yang kita punya untuk acara itu?"
"...K-kita hanya mempunyai waktu sekitar 1 jam saja pada hari sabtu."
"1 jam, itu artinya setiap klub yang masih terdaftar hanya memiliki waktu kurang lebih 1 menit, di tambah dengan klub baru yang mungkin akan mencoba mendaftar dan mempromosikan dalam acara itu berarti hanya tersisa 8 menit saja. Bukankah itu tidak akan cukup kak Sakamoto?... Jika setiap klub harus di potong, maka tidak akan maksimal."
Shiratsuki terlihat sangat serius saat berbicara.
Aku tidak tau dia pernah masuk OSIS atau tidak, tapi apa yang bicarakannya seperti seorang professional atau lebih tepatnya sudah memiliki pengalaman untuk menjalankan kegiatan OSIS. Dengan santainya, dia berbicara seakan mengetahui sisi sisi kekurangan dalam acara ini dengan sangat cepat.
"Berapa klub yang tidak memenuhi syarat?"
"A-ada sekitar 10 klub, mereka adalah klub yang anggotanya tidak memenuhi syarat."
"Huh, cukup banyak juga."
"Kenapa kamu menanyakan itu?"
"Kak Sakamoto, mungkin ini terdengar sangat kejam. Tapi dengan waktu sesingkat ini kita harus mencoret beberapa klub yang ingin tampil. Karena kita hanya punya waktu yang sebentar, tidak mungkin semua klub bisa ikut dalam acara kali ini, terutama beberapa klub yang aku lihat akan memakan waktu sedikit lebih lama?... Contoh saja, adalah klub Modern Dance, Orchestra, Musik, Drama, Taiko, Cheerleaders. Mereka kemungkinan akan memakan waktu cukup lama. Mereka pasti sudah mendaftar untuk acara ini sebelumnya, benarkan?"
"Y-ya, mereka sudah mendaftarkan diri."
"Meskipun tidak semua klub akan tampil, tapi dengan jumlahnya yang banyak seperti ini kemungkinan yang akan mendaftar juga cukup banyak nantinya, jika dilihat mungkin ada sekitar 20 klub yang pasti menginginkan tempat dalam acara ini. Mereka hanya mempunyai waktu 3 menit saja, itu akan sangat sulit. Mereka mungkin akan protes tentang pembagian waktu ini."
"Memang benar, aku sudah mengetahuinya. Waktu memang masih menjadi masalah saat ini."
Mendengar perkataan Shiratsuki yang membeberkan masalah yang akan di hadapi, membuat Kak Sakamoto terlihat sedikit kebingungan.
"Kita masih punya banyak waktu sebelum acara di mulai kan. Karena itulah kak Sakamoto, aku ingin kakak melakukan sesuatu karena tugas ini hanya bisa Kakak lakukan?"
"?"
"Sebaiknya kakak berbicara dengan kepala sekolah untuk meminjam gedung olahraga lebih lama lagi, setidaknya kakak bisa menambah sekitar 30 menit lagi?"
"... B-baiklah, aku akan mencoba berbicara dengan kepala sekolah mengenai permintaan ini nanti. Tapi, boleh aku bertanya sesuatu Shiratsuki?"
"Apa itu?"
"Apa kamu pernah menjadi anggota OSIS sebelumnya?"
Tanya Kak Sakamoto.
"T-tidak, ini adalah pengalaman pertamaku."
"Heh, tapi kamu seperti sudah mengetahui banyak tentang hal seperti ini sebelumnya."
"Bukankah Permasalahan seperti ini memang sering terjadi."
"A-ah seperti itu, Aku tidak pernah memikirkan sesuatu sejauh itu. Sepertinya aku memang tidak cocok menjadi seorang ketua."
Kak Sakamoto terlihat sedikit menundukan kepalanya. Dia mengakui dirinya sendiri bahwa dia tidak memiliki kemampuan sebagai seorang ketua.
Tapi menurutku, kak Sakamoto saat ini sedang kebingungan karena itulah dia tidak begitu focus.
Mendengar itu Shiratsuki langsung bertanya yang terdengar begitu kejam.
"Kalau begitu, kenapa tidak memundurkan diri saja?"
Kembali, aku melihat tubuh kak Sakamoto sedikit bergetar. Dia mungkin terkejut mendengar pertanyaan dari Shiratsuki.
"Oy Shiratsuki!!."
Aku mulai berbicara kali ini, sedikit terganggu dengan cara bicara Shiratsuki yang terlalu kejam. Kini Shiratsuki melihatku dengan tatapan tajam berusaha menghentikanku untuk ikut campur dalam pembicaraan ini.
Tapi suara kak Sakamoto menghentikanku.
"Tidak, aku tidak boleh memundurkan diri."
"?"
"S-seseorang telah mempercayaiku untuk menjadi ketua OSIS, jadi aku tidak boleh memundurkan diri."
"Kalau begitu angkat kepala kakak dan bersemangatlah. Jika seperti itu kakak tidak akan bisa membayar kepercayaan orang itu."
"Shiratsuki?... B-benar aku tidak boleh berbicara seperti itu. T-terima kasih banyak, aku akan berusaha sekuat tenagaku."
Kak Sakamoto terlihat mulai kembali bersemangat.
Kembali Shiratsuki memperlihatkan kebaikannya. Ketika kak Sakamoto berbicara bahwa dia tidak cocok menjadi ketua dan sedikit tidap percaya diri, Shiratsuki membantunya. Meskipun menggunakan cara sedikit mempropokasi, tapi pada akhirnya kak Sakamoto menjadi lebih percaya diri kembali.
"... Shiratsuki, Yuichiro. Sekali lagi terima kasih banyak. Jika tidak keberatan, mohon bantuannya."
Kak Sakamoto berdiri kembali dan untuk kesekian kalinya dia menundukan kepalanya.
Shiratsuki melihat kearahku, seperti menungguku untuk menjawab permintaan Kak Sakamoto.
Itu berarti jawabanku akan mempengaruhi Shiratsuki.
Apa yang terjadi bila aku menjawab tidak?
Sebenarnya, aku memang tidak ingin melalkukan hal ini. Meskipun Bu Kirishima mengandalkan ku untuk membantu Kak Sakamoto, aku bisa degan mudah tidak mematuhi dirinya. Tapi, aku sudah terlanjur berjanji padanya.
Aku adalah orang yang memiliki sifat yang sangat buruk. Aku memiliki sifat tidak peduli dengan keadaan sekitarku dan lebih melakukan apa yang aku mau.
Tapi harus aku adalah seorang laki-laki yang memiliki harga diri.
Aku bukan seorang laki-laki yang bisa menarik kembali omonganku.
Karena aku sudah berjanji pada Bu Kirishima, aku harus menepatinya.
Meskipun itu artinya aku harus melakukan hal yang tidak aku sukai.
-║-
Setelah melakukan beberapa pembicaraan di dalam ruangan OSIS sekitar 2 jam lamanya, kini waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Langit terlihat berwarna merah dan akan mulai berganti menjadi gelap.
Akhirnya kami berpisah dengan kak Sakamoto. Dia menyuruh kami untuk pulang lebih dulu, dia mengatakan bahwa dia masih mempunyai pekerjaan lainnya. Dengan cepat Shiratsuki menerima perintah itu dan mengajakku untuk pulang lebih dulu. Sedikit aneh untuku, karena dalam kondisi seperti itu biasanya kita harus ikut menawarkan bantuan pada kak Sakamoto
Namun Shiratsuki tidak melakukan itu.
Dan satu hal lagi yang membuatku sedikit heran adalah saat kami berada di depan gerbang sekolah. Sebelum aku akan pergi meninggalkannya, dia menghentikanku dan menyuruhku untuk mengikutinya.
Dia memaksaku, tapi pada akhirnya aku mengikutinya tanpa mengetahui tujuan kemana dia membawaku, sampai akhirnya kami masuk ke sebuah taman cukup besar dan terkenal di Kawaguchi. Taman yang berada cukup dekat dengan perkotaan, di kelilingi oleh beberapa gedung cukup besar di sekitarnya membuat taman ini memang sering di jadikan tempat nongkrong karena suasananya yang begitu tenang meskipun berada dekat kota.
Aku berada di bagian tengah taman dan berhenti di sebuah tempat duduk dekat dengan sebuah mesin penjual minuman otomatis. Di depan kami ada sebuah kolam berbentuk lingkaran dengan air mancur tepat di tengahnya.
Lampu terlihat mulai menyala ketika langit mulai gelap.
Mekipun sudah mulai larut malam, keadaan di sekitar masih terlihat sedikit ramai. Beberapa remaja terlihat masih berada di sekitar area taman.
Aku tepat berada di depan Shiratsuki yang kini duduk sambil memperhatikan bukunya sepanjang jalan tanpa mengatakan apa-apa.
Dengan sedikit kesal, aku mulai berbicara padanya.
"Bukankah ini saatnya kau berbicara?"
"Hmmm, kalau begitu belikan aku minuman terlebih dulu?"
"Kenapa aku harus melakukan itu?"
"Apa kau tidak mau?"
Dengan cepat dia menjawab balik pertanyaanku sambil kembali membaca bukunya.
Kelakuannya itu membuatku sedikit jengkel, namun aku mengikuti perintahnya itu.
Aku mulai memasukan beberapa uang koin ke dalam mesin itu yang cukup untuk membeli 2 minuman.
"Kau mau apa?"
"Apakah ada minuman yang rasa Vanilla Latte dan hangat."
Mengetahui apa yang diinginkannya, aku menekan salah satu produk minuman kaleng yang berada di dalam mesin itu. 2 kaleng produk yang sama keluar dari mesin itu, yang membedakannya hanya pilihanku adalah Vanilla Latte yang bersuhu rata rata tidak dingin ataupun panas.
Kembali melangkah mendekatinya, aku menyodorkan kaleng minuman yang panas padanya.
"Ini."
"Huah, baru kali ini aku di traktir minuman oleh seorang pria seumuran denganku. "
Dia menutup bukunya dan mengambil minuman kaleng pada lengan kananku dengan sedikit tersenyum. Dia tidak bilang terima kasih sama sekali padaku, tapi aku tidak mempermasalahkan itu karena tidak begitu berarti.
Setelah itu.
"Kenapa tidak duduk?"
Sambil menggerakan matanya dan kepalanya ke samping, Shiratsuki seperti memberitahukanku agar duduk di sampingnya.
"Bisakah kau berbicara sekarang, apa yang kau inginkan dariku Shiratsuki Michiru?"
"Ehm kau menyebut nama lengkapku?"
"A-aku tidak sengaja."
"Lupakan. Jika kau menyebut nama depanku sekalipun, aku tidak akan marah. Sebenarnya, aku hanya ingin berbicara saja denganmu."
Ucapnya sambil kembali menggerakan matanya, kembali dia menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Melihatnya 2 kali menyuruhku duduk disampingnya, aku mengalah dan mulai mengikuti keinginannya. Namun ketika aku duduk, dia menyodorkan kaleng minuman miliknya padaku.
"... Apa?"
"Tolong bukakan untukku."
"..."
Dengan sedikit malas, kembali aku mengikuti perintahnya.
"Ini."
"Terima kasih banyak." Dia mengambil kaleng Vanilla Latte miliknya dari tanganku dan langsung meminumnya, perlahan dia menyentuhkan bibirnya pada lubang kaleng yang terlihat mengeluarkan sedikit asap. Namun yang terlihat kemudian adalah "... Ouchhh!!"
Dia terlihat menahan rasa panas di lidahnya, ekspresinya saat ini seperti seekor kucing yang sedang meminum air yang suhunya panas.
"Kau tidak apa apa?"
"Tidak perlu khawatir, hanya sedikit terasa panas."
"Tentu saja itu panas, kenapa kau langsung meminumnya?
"Aku kira ini hangat. aku baru pertama kali mencoba minuman kaleng seperti ini, jadi aku tidak isinya akan sedikit panas.."
Sebenarnya kau berasal dari mana?
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Ini tidak begitu penting, tapi aku harus mengatakannya. Hei, Maukah kau berpacaran denganku?"
"Huh?"
Terkejut.
Tentu saja aku sangat terkejut mendengar ungkapan itu darinya. Ini adalah sebuah kondisi yang sangat aneh buatku, tentu saja karena seorang wanita mengajaku berpacaran saat ini. Aku baru pertama kali bertemu denganya dan tentu saja mungkin ini pertama kalinya juga Shiratsuki bertemu denganku.
Tapi apa yang terjadi saat ini membuatku bingung.
Apa dia serius mengatakannya?
Ini terdengar tidak masuk akal tentu saja?
"Jadi apa jawabanmu?"
"Tentu saja aku tidak bisa menjawabnya. Lagian kenapa kau mengatakan itu tiba tiba sekali, bukankah ini terdengar sangat aneh?"
"Aneh kenapa?... Apakah terdengar aneh seorang wanita mengajak seorang pria yang disukainya untuk berpacaran. Itu sudah sering terjadi kan?"
"Huh apa maksudmu, kau bercanda bukan?... Kau punya alasan tertentu kan?"
Tiba tiba Shiratsuki bergerak dan kini berdiri tepat di depanku dengan tatapan seriusnya. Tangan kanannya mulai bergerak, mengambil bagian tengah seragamku. Dia menarik tubuhku disaat wajahnya kini mulai bergerak maju.
Apa yang terjadi selanjutnya menbuatku sangat kebingungan dan terkejut.Aku hanya terdiam, membeku bagaikan sebuah patung. Tidak bisa bergerak dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Shiratsuki dengan beraninya menciumku.
Perlahan dia menarik kembali mulutnya dari mulutku. Dalam posisi sangat dekat itu, kami saling bertatapan. Aku yang masih terkejut kini melihat mata Shiratsuki yang begitu sangat serius. Dia mulai menggerakan bibirnya berbicara padaku saat aku dalam keadaan terdiam itu.
"Ini adalah bukti dariku, tidak perlu alasan untuk menyukai seseorang. Aku akan memberitahumu sesuatu. Kau tau, itu adalah ciuman pertamaku."
Shiratsuki berbicara begitu lembut di depanku.
Aku tidak bisa berbicara sepatah katapun saat ini dan hanya bisa terdiam, semua yang terjadi begitu cepat dan sangat tidak terduga. Aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti itu padaku.
Satu pertanyaan yang kini muncul di benakku adalah...
"Apakah dia serius?"