Dinand berhasil menaklukkan wilayah Count Manel dan mengeksekusi Count Manel dengan cara yang kejam dan menghukum keluarganya secara sadis.
Atas kejadian hari itulah Emely mengerti bahwa Dinand bukanlah seorang anak muda biasa! Dan saat penyergapan itu telah selesai, Athanasia tidak di temukan lagi di wilayah manapun di kota Dadu. Ia menghilang tanpa jejak...
Emely pun memutuskan mencari Bao Yu, namun anak kecil itu pun menghilang! Bagi Emely keberadaan Bao Yu masih sangat misterius dan menghilangnya ia secara tiba-tiba bersamaan dengan menghilangnya putri Athanasia membuat Emely tampak berhati-hati... Sehingga ia memutuskan berkelana melanjutkan perjalanan untuk mencari putri Athanasia dan berpisah dengan Dinand.
Perjalanan Emely pun dimulai untuk mengembara ke seluruh benua mencari tuannya!
**
10 tahun kemudian, di sebuah lereng gunung kota Emerland kekaisaran Mork.
Raja yang saat itu memerintah atas kekaisaran Mork terkenal sangat bijaksana. Ia memiliki kekuatan yang hanya tertuju pada satu fraksi, dimana rakyat mendapatkan seluruh hak mereka. Namun walaupun demikian, masih ada beberapa rakyat miskin di pinggiran kota yang sulit untuk mendapatkan pengobatan ketika keluarga mereka mendapatkan sakit.
Para bangsawan berada dalam pemerintahan langsung dari Raja. Berbeda dengan kekaisaran tempat Athanasia dilahirkan, dimana para bangsawan lah yang berkuasa lebih dari pada Raja yang duduk sebagai boneka hidup!
Keadaan sangat tentram dan damai, sehingga seorang gadis muda dapat berjalan-jalan di hutan dengan leluasa untuk mencari tumbuhan obat yang bernilai.
Terbesit senyuman manis dari bibir gadis yang memakai kerudung merah tersebut. Ia fokus dengan keranjangnya yang berisi berbagai macam tumbuhan obat sambil berjalan dengan mengeluarkan emosi yang positif ke sekelilingnya.
Ia berjalan pulang menuruni gunung saat keranjang obatnya sudah terisi penuh...
Kring... Bunyi bel itu menandakan seseorang telah masuk ke dalam ruangan tempat Putri Athanasia berwirausaha.
"Kaka sudah pulang... Yu kau dimana?" Athanasia membuka kerudungnya dan meletakkannya di atas meja bersamaan dengan sejumlah tanaman obat yang di dapatkannya.
"Kaka... selamat datang kembali!" Tiba-tiba Bao Yu keluar dari ruangan penyimpanan obat dan menyambut kedatangan Athanasia.
Ia lalu berjalan menuju ke arah tempat keranjang obat yang dibawa oleh Athanasia. "Wah... Kaka mendapatkan banyak tumbuhan obat yang berkualitas!" Ujar Bao Yu yang memandangi tanaman obat itu dengan mata yang berbinar.
"Tentu saja!" Athanasia membanggakan dirinya yang bisa mendapatkan banyak tumbuhan obat di tengah hutan dengan jerih lelahnya.
"Sisanya tolong yah..." Sambung Athanasia lagi sambil tersenyum ke arah Bao Yu dengan tatapan yang hangat.
"Siap kak... serahkan sisanya padaku. Aku akan memperlihatkan keahlian ku!" Kata Bao Yu sambil memukul ringan dadanya untuk bergaya...
Bao Yu lalu membawa seluruh tanaman obat yang Athanasia telah kumpulkan dan mencucinya dengan air yang mengalir.
Ia kemudian merubah bentuk tanaman tersebut setelah ia memilah jenis-jenis dari tanaman obat tersebut. Ia memotongnya kecil-kecil dan di keringkan nya tanaman obat tersebut untuk dibuat menjadi simplisia obat.
Dalam kesehariannya Bao Yu memang selalu membantu Athanasia dalam membuat simplisia dan melayani masyarakat desa pinggiran kota untuk mendapatkan pengobatan.
Ia dan Bao Yu dengan senang hati melayani masyarakat desa yang tidak memiliki uang untuk berobat. Mereka akan membuka praktek mereka pada setiap hari sabtu, dimana hari itu akan menjadi hari khusus untuk pelayanan gratis.
Athanasia membantu masyarakat untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan akibat nyeri punggung dan lutut kaki, yang biasanya di derita oleh orang-orang yang telah lanjut usia. Dan ia melakukannya dengan senang hati.
Kemampuan Athanasia dalam meracik obat sudah tidak diragukan lagi, sehingga banyak masyarakat miskin dapat terbantu oleh karena dirinya.
Drap... drap... Suara derap langkah kaki dengan tergesa-gesa terdengar berlarian dan masuk ke dalam toko obat herbal milik Athanasia.
Krek... Suara pintu yang terbuka secara tiba-tiba membuat Bao Yu sedikit terkejut. "Pak Mok ada apa? Kenapa anda sampai terengah-engah begitu! Silahkan duduk dulu." Ujar Bao Yu yang dengan cepat menyambut hangat kedatangan pak Mok, salah satu warga desa pinggiran kota.
Pak Mok melambaikan tangannya untuk menolak duduk di atas kursi yang di sodorkan oleh Bao Yu untuk beristirahat, sebab ia terburu-buru.
Bukannya duduk, ia malah meraih kedua tangan Bao Yu dengan penuh harapan. "Bisakah kalian datang ke rumahku? Anak ku... seluruh tubuh anak ku terasa sangat panas! Dia juga menggigil tak karuan..."
Pandangan lesu pak Mok itu berharap agar Bao Yu dan Athanasia bisa segera langsung menangani anaknya.
"Baiklah pak. Bapak tenang dulu, sebab kami sudah pasti akan membantu bapak. Tunggu sebentar ya..." Bao Yu mencoba menenangkan pak Mok dan masuk ke dalam ruangan rumah mereka untuk mendapatkan Athanasia.
"Kak... apa kau bisa meracik obat untuk tubuh yang panas (demam)? Tiba-tiba anak pak Mok sakit. Seluruh badannya mengeluarkan panas dan ia menggigil di atas tempat tidurnya." Ujar Bao Yu yang mendapatkan Athanasia sedang membaca di ruangan khusus tempat ia biasanya belajar.
Athanasia lalu menghentikan aktivitasnya dan menutup bukunya. Ia lalu berdiri dan berjalan keluar ke depan mendapatkan pak Mok.
Ia lalu membawa tangannya mengambil sejumlah simplisia dari Andrographis paniculata untuk digiling menjadi serbuk.
Tangannya dengan cepat menggiling 12 gram simplisia tersebut dan dibagikannya ke dalam sebuah kertas masing-masing berisi 2 gram simplisia halus.
Ia dengan cepat membungkus simplisia halus tersebut dan di masukkan nya ke dalam pembungkus untuk dibawa oleh pak Mok.
"Pak Mok ini diminum 3 kali dalam sehari. Saya membuat untuk 2 hari ke depan. Saya juga akan pergi bersama bapak untuk melihat kondisi Clarin ya pak..." Ujar Athanasia yang tahu benar dengan anak dari pak Mok.
Mendengar bahwa Athanasia mau untuk ikut bersamanya, ia sangat bersyukur. "Terimakasih nona... Anda sungguh orang yang baik. Kiranya dewa selalu memberkati anda." Ujar pak Mok penuh dengan rasa syukur.
"Bao Yu, apa kau akan ikut?" Tanya Athanasia.
"Soal itu, biarkan aku menjaga toko obat. Aku akan menunggu kakak kembali..." Ujar Bao Yu dengan pertimbangan.
Bao Yu sebenarnya selalu tinggal di toko obat, kecuali pada hari sabtu. Itu karena ia takut untuk memperlambat perjalanan dari Athanasia dan pak Mok. Kakinya yang pincang dan jika berjalan harus menggunakan tongkat membuat ia tak nyaman untuk pergi dengan tergesa-gesa.
"Baiklah... Aku akan kembali segera dan kita akan makan malam bersama." Ujar Athanasia lembut. Ucapan lembut Athanasia itu dibalas dengan senyuman hangat dari Bao Yu.
Athanasia lalu dengan segera mengantarkan pak Mok dan bergegas berjalan ke arah rumah pak Mok, di pinggiran kota.
Mereka menempuh perjalanan dengan jalan kaki selama 1 jam. Sebab pak Mok tidak mempersiapkan kereta ataupun kuda untuk ditunggangi, karena keuangan keluarga yang tidak memadai.
~To be continued