Wajah pria itu sangat memikat! Sinar bulan yang jatuh di atasnya pun menghiasi wajahnya yang terlihat bagaikan kaca, sebab kulitnya putih bercahaya.
Siapapun yang melihatnya akan iri. Dia bagaikan pahatan terindah yang tercipta dari ukiran tangan sang penguasa. Athanasia pun terpesona saat pertama kali ia melihat pria tersebut yang diam dengan tenang dalam keheningan malam.
Ia lalu menyadari sesuatu yang tidak beres dengan pria tersebut. Athanasia lalu mendekat dan tampak bahwa pria itu memiliki luka yang cukup parah pada bagian kanan bawah tubuhnya. Seperti tertusuk oleh sebuah belati!
Ia menjadi semakin bingung ketika harus memilih siapa yang akan ditolongnya terlebih dahulu! Karena di samping pria tersebut ada seekor kuda yang juga butuh pertolongannya.
Tanpa berpikir panjang lagi, Athanasia lalu segera mengambil bubuk kopi yang ada di dalam tasnya dan menghamburkan bubuk kopi tersebut ke atas luka dari pria itu. Dengan sigap Athanasia mengambil peralatannya dan merobek gaunnya untuk membalut luka pria tersebut lebih dulu.
Setelah ia menyelesaikan perawatan yang diperlukan untuk mengobati pria itu, Athanasia kemudian bergeser ke arah kuda manis yang ada di sebelah pria tersebut.
Ia lalu mencabut tombak yang menancap pada tubuh kuda itu dan dengan cepat meletakkan bubuk yang sama seperti yang ia berikan untuk pria tersebut. Lalu diselesaikannya pengobatannya dengan membalut luka dari kuda itu.
"Hah... akhirnya selesai juga!" Gumam Athanasia sambil membersihkan keringatnya dari wajahnya.
Set... Tiba-tiba ada hunusan belati tajam yang terletak 2 mm dari lehernya. Hal itu membuat Athanasia terkejut seketika!
"Siapa kau?"
Tampaknya pria tersebut telah siuman dan menyangka bahwa Athanasia adalah musuh!
"Apa begini caramu membalas kebaikan ku?" Tanya Athanasia sedikit hati-hati.
"Cepat jawab pertanyaan ku. Jika tidak..." Pria itu semakin mendekatkan belati itu ke leher Athanasia. Namun, ia menjadi ragu di pertengahan!
"Jika tidak kau mau apa?" Athanasia kemudian membalikkan tangannya memegang lengannya yang memegangi senjata. Dan ia mendorongnya sampai ke tanah!
Kerudung Athanasia terhempas dan cahaya rembulan membuat wajahnya terlihat samar-samar. Dan pria itu terbelalak melihat ternyata yang ada dihadapannya adalah seorang wanita!
"Apa seseorang yang sekarat seperti mu bisa membunuh ku dengan begitu mudahnya?" Athanasia menatap mata pria yang berada di bawahnya tersebut.
'Kenapa seorang wanita bisa sekuat ini!' Gumam pria itu di dalam hatinya.
"Lepaskan aku!" Ujarnya.
"Baiklah..." Athanasia lalu segera berdiri dan membiarkan pria itu leluasa menggerakkan tubuhnya!
"Lihatlah dengan baik. Apa aku terlihat seperti seorang pembunuh bagimu? Kau dan kudamu telah aku obati. Dan karena kau sudah siuman, aku hanya mau bilang kalau besok jangan lupa mengganti perban yang aku berikan. Aku sudah menyampaikan apa yang kau harus dengar. Sekarang aku pamit pulang, adikku pasti telah menunggu ku terlalu lama!" Athanasia menyelesaikan kalimatnya dan ia lalu berjalan pergi begitu sja.
Tanpa menyadari kepergian Athanasia, pria itu lalu sibuk memperhatikan tubuhnya, memastikan bahwa Athanasia tidak sedang berbohong. Ia lalu mendapatkan dirinya telah di obati dan juga kudanya telah diperban menggunakan sebuah kain.
Menyadari ada sebuah kain yang membalut lukanya dan luka pada tubuh kudanya, ia lalu hendak ingin melihat gaun dari gadis yang menolongnya. Ketika ia menengok ke arah Athanasia, terlihat bahwa ia sudah 100 meter jauhnya berjalan ke depan. Gaunnya tampak terkoyak dan benar bahwa kain yang terbalut pada tubuhnya pun berasal dari gaun Athanasia.
"Ah nona... Tunggu dulu...!" Tak sempat berterimakasih pada Athanasia, pria itu pun pasrah melihat Athanasia yang pergi meninggalkannya begitu saja dengan gaunnya yang telah robek di sisi bawah sampai lututnya.
Ia juga merasa sedikit bersalah karena sempat menggangap Athanasia sebagai seorang pembunuh. Tapi mau bagaimana lagi, ia adalah pria dengan banyak musuh!
***
Athanasia melangkahkan kakinya lebih cepat dari biasanya. Ia tahu bahwa Bao Yu pasti sangat khawatir karena ia terlambat untuk pulang.
Setelah beberapa saat Athanasia pun hampir sampai ke toko obatnya. Dan dari kejauhan ia telah melihat Bao Yu yang lagi berdiri mondar mandir di depan toko obat.
"Bao Yu..." Teriak Athanasia sambil melambaikan tangannya ke arah Bao Yu. Senyuman cerianya tampak begitu tulus terpancar hanya untuk menyapa Bao Yu yang telah dianggapnya sebagai adiknya sendiri.
Saat mendengar suara Athanasia dari kejauhan, Bao Yu melayangkan pandangannya ke arah bunyi suara tersebut, memastikan apakah benar suara itu milik orang yang dikenalinya. Dan ketika ia melihat Athanasia yang berdiri tanpa kekurangan suatu apapun, hati Bao Yu pun menjadi tenang dan lega.
"Kakak... selamat datang kembali." Bao Yu berjalan ke depan untuk menghampiri Athanasia. Begitu pula Athanasia yang berlari ke arah Bao Yu, saat melihat adiknya itu berjalan menyambutnya dengan menggunakan tongkat.
"Maafkan aku karena terlambat. Aku membawakan roti kesukaan mu!" Ujar Athanasia sambil memperlihatkan bungkusan roti yang dibawanya pulang.
"Ah... aku memang lapar. Kenapa kakak lama sekali?" Tanya Bao Yu memastikan keterlambatan Athanasia.
"Tunggu!" Tampaknya Bao Yu menyadari sesuatu.
"Kenapa bagian bawah gaun kakak terkoyak sampai seperti itu! Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Bao Yu dengan ekspresi kekhawatiran.
"Hmt... tadi aku bertemu dengan seekor kuda yang manis di perjalanan pulang. Jadi aku ingin menungganginya sebentar! Tapi kuda tersebut berlari ke dalam hutan dan aku sulit untuk menangkapnya lagi. Saat mengejar kuda itu gaunku tersangkut pada ranting, sehingga tersobek sampai seperti ini!" Ujar Athanasia mengarang ceritanya. Ia tidak bisa menceritakan yang sebenarnya kepada Bao Yu, sebab kemungkinan besar Bao Yu akan khawatir.
Itu karena dulu Athanasia hampir saja celaka karena menolong orang sembarangan. Dan hari ini dia juga bisa saja mendapatkan masalah besar, jika ia tidak sigap dalam ilmu bela diri.
"Apa kakak menyembunyikan sesuatu? Jelas bahwa itu cerita bohong. Bagaimana bisa ada seekor kuda di perjalanan pulang? Sekarang kan sangat jarang ada kuda liar!" Ujar Bao Yu tak dapat dibohongi.
"Tentu saja aku tidak bohong. Tadi aku benar-benar bertemu seekor kuda liar." Athanasia mengulangi kata-katanya semakin meyakinkan.
Bao Yu lalu berhenti melangkah dan membiarkan Athanasia terus berjalan di hadapannya. Menyadari hal itu, Athanasia pun berpaling ke belakang melihat adiknya itu.
"Apa kau meragukan ku?" Tanya Athanasia.
"Hah..." Bao Yu pun menghela nafas panjang. Ia tahu tidak ada gunanya berdebat dengan Athanasia. Lagipula Athanasia baik-baik saja, jadi tidak ada yang perlu Bao Yu khawatirkan.
"Sebaiknya kakak tidak menyembunyikan apapun dari ku!" Ujar Bao Yu mengancam dan berjalan lebih dulu melewati Athanasia.
Athanasia lalu tersenyum dan dengan segera merangkul bahu Bao Yu dari belakang. "Apa saat aku pergi gadis itu datang lagi?" Tanya Athanasia memastikan.
"Apa kakak mau meledekku lagi?"
"Enggak... Kakak hanya ingin menanyakan kabar calon ipar kakak saja!"
"Ka...kak..."
"Hahahahaha" Athanasia tertawa puas saat melihat reaksi Bao Yu memprotes.
"Apa kakak ingin aku segera menikah karena aku merepotkan?" Tanya Bao Yu tiba-tiba mengheningkan suasana.
Mereka lalu berhenti tepat di depan pintu masuk toko obat. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Tidak... lupakan saja!" Bao Yu lalu melangkah kan kakinya masuk ke dalam toko obat meninggalkan Athanasia sendirian di luar.
~To be continued