Nona Peony membulatkan matanya sempurna. Kata 'awas' merupakan sebuah kata terlarang saat ini dan jika kata itu terdengar, pasti hal yang berbahaya akan terjadi sebentar lagi.
Wanita itu memutar badannya dengan cepat. Sayangnya, ia sudah terlambat. Keadaan berubah menjadi sangat buruk saat ini.
Di depan matanya sendiri, ia bisa melihat bagaimana goblin-goblin yang tadinya tergeletak tidak berdaya di tanah tiba-tiba bangkit secara bersamaan. Makhluk-makhluk itu satu per satu mulai bergerak dan berjalan menuju rombongan Nona Peony.
Kosong. Mata goblin-goblin itu kosong seperti kehilangan energi kehidupan. Yang mereka lakukan hanya berjalan dengan lunglai bagai digerakkan oleh seseorang.
Nona Peony lantas bertindak cepat. Ia mengangkut penyihir-penyihir dampingannya menggunakan mantra telekinesis ke tempat yang aman. Namun, wanita itu menyadari satu hal. Satu celah, satu persoalan, satu masalah besar.
Tidak ada tempat yang aman.
Ia kembali menurunkan penyihir-penyihir junior itu. Ia tidak bisa meminta bantuan kepada mereka. Jaring terkutuk itu menyerap semua energi sihir mereka. Jika dipaksakan, tubuh mereka akan menjadi semakin lemah dan dapat berdampak lebih buruk ke depannya.
Wanita itu memutar otak. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana cara ia melawan gerombolan goblin itu? Akankah ia ... bisa menyelamatkan tanggung jawabnya?
Tiada angin tiada hujan, tiba-tiba sebuah suara tawa berat menggelegar. Tidak salah lagi, itu adalah si tetua goblin sialan tadi. Ia masih hidup. Pula, karena dirinyalah goblin-goblin ini berjalan tanpa pikiran.
"Aku belum mati, Nona," sindirnya. Ia tiba-tiba saja sudah kembali duduk di takhtanya yang digotong oleh beberapa orang goblin bertubuh kekar.
Nona Peony berdecih. Ia melirik ke arah Lila dan Cia yang tergolek pasrah di dekatnya. Mereka sudah kehabisan energi untuk bisa kembali bertarung dan mengeluarkan mantra sihir.
Saat ini, rombongan penyihir dari Desa Amezar yang tadi mereka temui pasti sudah pergi ke tempat lain. Mereka tidak akan bisa memasuki kawasan ini karena barikade energi pembatas yang terpasang di sekeliling perkampungan. Mengharapkan penyihir dari desa lain agar bisa membantu mereka benar-benar mustahil.
Tanpa wanita berambut coklat itu sadari, jarak antara dirinya dengan goblin-goblin itu kian menipis. Dengan memberi kode kepada Lila, Cia, dan Aliga yang berada di belakangnya, mereka bergerak mundur dengan perlahan.
Sebenarnya, ia sama sekali tidak tahu apa yang akan goblin-goblin itu lakukan ketika berhasil menangkapnya. Namun, walau instingnya tidak hebat seperti yang Aliga katakan, ia yakin seratus persen bahwa kejadian buruk akan terjadi jika mereka sampai tertangkap oleh boneka goblin semi hidup buatan tetua mereka yang licik ini.
"Tadi, aku ingat sekali bahwa kau yakin sekali saat mengucapkan kata 'mati'. Ah, matamu bahkan sempat melotot saat mengatakannya. Namun sepertinya, kali ini hanya aku yang boleh mengatakan hal itu, hahaha." Goblin tua itu tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya. Ia sudah yakin sekali bahwa dirinya akan memenangkan pertandingan kali ini.
"Berterima kasihlah juga kepada tongkat ini," ucap makhluk hijau itu. Ia turun dari singgasananya dan mengangkat-angkat sebuah tongkat kayu panjang dengan bangga.
"Andai saja kau tidak melemparkannya karena terlalu senang saat bisa bertemu lagi dengan penyihir-penyihir dampinganmu, maka hal ini tidak akan terjadi...."
".... Jadi, izinkan aku untuk mengulangi kata-katamu beberapa menit yang lalu. Mati!"