Chereads / Azvara : Magic Forest / Chapter 33 - (32)

Chapter 33 - (32)

Nona Peony mempercepat larinya. Jarak antara tas berisi puluhan botol minuman memabukkan itu dengan dirinya masih lumayan jauh. Jika ia tidak bergegas, rencananya pasti akan hancur berantakan.

Wanita itu terus berlari. Ia juga harus menghindari bendera-bendera berwarna merah dan hijau, peralatan dandan milik goblin wanita, dan alat-alat musik yang berserakan di seluruh lapangan.

Bukan apa-apa, namun, jika ia tidak sengaja menginjak benda-benda tersebut pasti akan timbul suara-suara yang tidak diinginkan.

Dan lagi, bukan rombongan goblin semi hidup itu saja yang harus ia kecoh, namun si tetua goblin sialan itu juga. Jika ia ketahuan, lagi-lagi, skenario yang sudah ia persiapkan sejauh ini pasti akan langsung hancur berantakan.

Wanita itu malah sempat berpikir jika saja Cia tidak kehabisan energinya, pasti rencananya akan berjalan semakin lancar. Ia bisa saja meminta bantuan gadis berkepang dua itu untuk menciptakan tameng kedap suara untuk melindunginya. Tetapi, kenyataan berkata lain. Cia saat ini kelelahan dan hal tersebut tidak akan bisa ia lakukan.

Nona Peony masih berlari. Ia sudah bisa memangkas jarak yang lumayan besar dalam waktu yang terbilang singkat. Ia bisa melihat dengan jelas tempat ia terakhir kali menaruh tas dari sini.

Rencana Peony berhasil, pikirnya.

Ia sempat menoleh ke arah Lila dan kawan-kawannya yang berada di sisi lain lapangan. Mereka tampak kewalahan karena harus menghadapi serbuan goblin-goblin itu. Wajah Lila berubah menjadi kelelahan setengah mati.

Wajar saja, energinya terkuras banyak saat berada di dalam jaring magis tadi dan sekarang, ia harus mengeluarkan energi sihirnya lagi untuk menciptakan rentetan ledakan.

Nona Peony masih berlari. Ia harus tetap fokus dengan tujuannya saat ini. Ia ingin sekali membantu meringankan pekerjaan Lila dan Aliga yang sedang melawan para goblin itu namun ia juga sadar bahwa tasnya lebih penting dalam rencananya kali ini.

Membantu sementara atau menyelamatkan seutuhnya. Ia haru memutuskan pilihan di antara kedua opsi tersebut. Dan, ya, pilihan kedua jelas lebih menguntungkan saat ini.

Wanita itu terus berlari dan berlari. Tinggal sedikit lagi sebelum ia bisa meraih tas jumbonya itu dan menegak lima botol anggur merah demi mengaktifkan mode mabuknya.

Di sisi lain, posisi Lila, Cia, dan Aliga saat ini benar-benar terancam. Serbuan goblin-goblin itu bagai tiada habisnya saja. Tumbang satu datang sepuluh. Tumbang sepuluh datang seratus. Goblin-goblin ini seperti muncul secara ajaib tanpa memiliki asal-usul yang jelas demi mengepung kelompok gadis bermata biru itu.

Ledakan demi ledakan terdengar nyaring dan memantul di antara gubuk-gubuk para goblin hingga menimbulkan gema. Untungnya, goblin-goblin itu tidak bisa mengeluarkan kekuatan sihir. Yang makhluk-makhluk itu lakukan hanyalah berusaha untuk mengepung dan menangkap para penyihir junior itu.

Aliga bisa saja mengeluarkan kekuatan alaminya saat ini. Seharusnya, kekuatannya itu sangat berguna untuk keadaan-keadaan seperti ini. Namun apa daya, mengeluarkan mantra peledak saja ia sudah kepayahan, apalagi mengeluarkan mantra alaminya.

Nona Peony tinggal beberapa meter lagi sebelum bisa memeluk tas yang berisi minuman keras favoritnya itu. Ia hanya perlu memutari salah satu batu besar yang ada di sana dan berjalan beberapa langkah sebelum bisa meraih tas besarnya itu.

Ia akhirnya berhasil! Tas itu sudah berada di depan matanya. Dengan mata berbinar, ia berjalan untuk mengambil tas itu sebelum sebuah kilatan cahaya menyilaukan matanya.

Blar!