"Apa maksudnya?" Nona Peony mendongakkan kepalanya dan refleks menoleh ke arah Lila.
Lila ikut menatap Nona Peony. Pandangan mereka saling bertumbuk ditemani dengan seulas senyum di wajah Lila. "Bagaimana pun juga, Nona sudah melakukan yang terbaik untuk kami, bukan?"
"T-tapi, Peony belum bisa menyelamatkan kalian. Yang ada, Peony malah menimbulkan lebih banyak kekacauan saat ini. Huaa, karena Peony, kalian jadi berada dalam bahaya."
Lila masih mempertahankan senyumnya. Jika saja saat ini tangannya terbebas dari jeratan tali tambang itu, sudah pasti bahwa hal pertama yang akan ia lakukan saat ini adalah memberikan pelukan paling erat kepada pendamping kikuknya itu.
"Ah, tidak juga." Lila membantah ucapan Nona Peony dengan tenang. Ia memiringkan kepalanya lalu mulai memberikan lecutan semangat kepada Nona Peony.
"Dari tadi, Nona adalah orang yang berusaha paling keras di antara kami. Nona sudah banyak membantu. Nona sudah memberitahu bahwa manuskrip yang aku dan Cia temukan tadi adalah palsu. Nona juga sudah merelakan tubuh Nona berada di bawah pengaruh anggur merah demi menyelamatkan kami. Jadi, dari mana Nona bisa berkata bahwa Nona yang membawa kami ke dalam kekacauan seperti ini. Yang ada, malah kami yang membawa Nona ke dalam masalah besar ini karena menganggap perkataan Nona hanya sebagai angin lalu saja."
Mata Nona Peony menjadi berkaca-kaca setelah mendengarkan penuturan penyihir dampingannya satu ini. Ia yang tadinya sempat berpikir bahwa dirinya adalah salah satu penyihir paling gagal seantero dunia sihir, sedikit demi sedikit mulai mengubah pemikirannya.
Akhirnya, setelah sekian lama, Nona Peony kembali tersenyum. "Terima kasih, Lila. Karena kamu, Peony tidak jadi mengalami sakit hati."
"Tidak apa. Lagipula, yang salah bukan Nona, tapi Aliga." Lila mulai menyindir Aliga yang membelakangi posisinya secara terang-terangan. Aliga yang mendengarnya tentu saja langsung naik pitam.
"Oi!" balasnya. Ada nada tersinggung di ucapan lelaki itu barusan. Lila tertawa keras hingga membuat perutnya sakit. Akhirnya ia bisa membuat penyihir berdarah dingin temperamental itu kesal. Hatinya menemukan kebahagiaan di tengah keadaan genting ini.
"Leherku sakit." Cia tiba-tiba membuka suara. Semua penyihir lain memfokuskan diri mereka ke gadis berkacamata itu. "Aku tidak tahan lagi. Aku mau segera keluar dari penderitaan ini," sambungnya lagi.
Sejujurnya, Lila juga memiliki pemikiran yang sama dengan sahabatnya itu. Entah sudah berapa lama ia terikat dengan posisi tidak mengenakkan ini. Berada dalam posisi diam saja masih bisa merasa sakit, apalagi mencoba untuk banyak bergerak.
Keadaan yang sama ditunjukkan oleh Aliga dan Nona Peony. Badan mereka ikut merasa sakit karena ikatan tali tambang itu. Goblin-goblin itu mengikat mereka terlalu kuat hingga mereka jadi seperti ini.
Lila tidak tahan lagi. Ia akhirnya mengadu ke Nona Peony. "Nona, leherku sakit. Leher Cia juga sakit. Leher Aliga bahkan ikut sakit juga. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Leherku tidak sakit! Kau jangan mengada-ada seperti itu, gadis sialan!"
"Oi, jangan bohong! Jelas-jelas kau merasa kesakitan dari tadi!" Lila mulai membela argumennya.
"Tidak ada!" Tak mau kalah, Aliga kembali membalas perkataan Lila. Ia tidak mau kalah dari gadis itu.
"Bukankah dari tadi kau sudah mengeluh dan berdecak? Jangan kira aku tidak bisa mendengarnya ya, pfftt ...."
"I-itu--"
"Ah, Peony mendapat ide!"