Aliga berdecih. Jelas sekali bahwa orang yang dimaksud oleh Nona Peony dari tadi adalah dirinya. Kalau sudah begini, ia tidak tahu harus berbuat apa.
"K-kenapa memangnya?!" Aliga tidak tahu dirinya harus merasa kesal atau malah merasa senang ketika dipanggil sebagai penyihir favorit oleh Nona Peony.
Pada akhirnya, ia memilih untuk tetap berpikir positif dan menganggap bahwa pujian tadi hanyalah sarkasme semata. Di pikirannya, tidak mungkin seorang Nona Peony mau menjadikannya sebagai penyihir favorit setelah semua kejadian yang sudah mereka lewati hari ini.
"Kekuatanmu memang benar itu, kan?" balas Nona Peony. Ia memasang wajah penuh tanda tanya setelah melihat perubahan drastis yang ditunjukkan oleh Aliga. Padahal, ia tidak banyak berbicara dari tadi.
Wajah Aliga memerah dan pipinya merona. Ia membuang muka sembari menggembungkan bibirnya. "B-bukan itu, tapi tentang penyihir favoritmu. A-ah, lupakan!" Entah makhluk seperti apa yang merasukinya hingga sikap Aliga berubah drastis seperti ini. Ia salah tingkah karena ucapan Npna Peony
Nona Peony langsung mengerti. Namun, ia membiarkan pertanyaan itu menggantung entah sampai kapan dan membalasnya dengan sebuah tawa kecil. Alih-alih menjawab, Nona Peony malah lanjut mengutarakan rencananya kepada rombongannya yang lain.
"Jadi, ketika Aliga sudah berhasil membebaskan diri kita dari ikatan tali tambang ini, Cia langsung saja mengambil alih. Keluarkan mantra Soundera Bliss-mu untuk membuat kepala goblin-goblin itu berdenging hebat. Si tetua goblin memang belum bisa terkena dampak besar dari mantra itu, tapi setidaknya perhatiannya bisa teralihkan. Saat itulah Peony dan Lila mengambil kesempatan untuk menumbangkan goblin tua itu. Semua paham?"
Nona Peony menjelaskan rencana buatannya dengan singkat, padat, dan jelas. Aliga dan Lila bahkan sempat menganga saat melihat betapa seriusnya pendamping mereka itu saat membuat sebuah rencana.
Ketiga penyihir junior itu tidak memiliki alasan kuat untuk menolak rencana itu. Rancangan kejadian yang dibuat oleh wanita berambut coklat itu bahkan terbilang cemerlang. Lagi, Aliga tidak percaya bahwa seorang Peony bisa keluar dengan rencana sehebat itu.
Nona Peony ... seperti menyembunyikan sifat aslinya.
"Ngomong-ngomong, apa yang akan aku dan Nona lakukan nanti?" Lila membuka suara dan memutuskan untuk bertanya kepada Nona Peony. Pertanyaan satu ini mengganggu pikirannya dari tadi.
Wanita itu menjawab bahwa dirinya akan membuat si tetua goblin tidak sadar dengan menggunakan mantra pemabuknya sedangkan Lila akan membantunya dengan menggunakan mantra peledak yang biasa gadis itu gunakan. Lila mengerti dan akhirnya siap untuk melakukan rencana Nona Peony.
Sebelum benar-benar menjalankan rencana buatannya, Nona Peony menyadari suatu hal yang fatal. Ia menatap Aliga dan Lila yang berada di sampingnya secara bergantian lalu berkata, "Yang perlu kita khawatirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar tidak ada asap atau pun bau panggangan yang keluar saat Aliga mencoba untuk membakar tali tambang ini."
"Aku bisa melakukannya dengan mudah. Jangan kira aku tidak bisa melakukannya, ya! T-tapi, ini bukan berarti aku mau melakukannya atas inisiatifku sendiri, ya!" Aliga menjawab kekhawatiran Nona Peony dengan sebuah jawaban memuaskan. Jika sudah begini, sepertinya mereka sudah cukup siap untuk mulai menjalankan rencana meloloskan diri ala Nona Peony.
Aliga menarik napasnya panjang. Saat ini, nasib rekannya yang lain berada di tangannya. Ia tidak boleh membuat kesalahan sedikit saja saat ini. Kesalahan kecil saja bisa menjadi fatal di kondisi saat ini dan ia tidak mau hal itu terjadi. Ia sudah cukup sering menyeret ketiga perempuan itu ke dalam masalah hanya karena kebodohannya.
Lila dan Nona Peony menyoraki dan memberi Aliga semangat. Cia yang berada di sebelahnya tersenyum untuk menenangkan pikiran lelaki itu.
Lelaki itu menarik napas panjang untuk yang kedua kalinya. Ia memfokuskan dirinya ke tali tambang ini dan mulai menyalurkan panas dari tubuhnya.
Semoga ini berhasil.