Gerakan jaring Lila langsung terhenti. Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Dari kejauhan, Nona Peony tengah duduk menyilangkan kaki di atas gelembung sihir buatannya.
Si tetua goblin tersentak. Ia tidak menyangka bahwa masih ada seorang penyihir lagi yang belum ia tangkap.
Tapi, ia tersenyum sinis. Ia adalah seorang tetua goblin, lantas mengapa dirinya harus takut, bukan?
Makhluk hijau itu berkacak pinggang. "Rombongan gadis muda ini belum habis rupanya," ucapnya santai sambil menggoyang-goyangkan jaring Lila yang sebentar lagi akan menyentuh permukaan lava. Lila panik dan berteriak histeris.
Nona Peony menekuk alisnya. Ia merasa kesal karena nyawa para penyihir junior itu seperti dipermainkan. Jika terus seperti ini, para penyihir yang berada di dalam jaring itu pasti akan mati dan ia akan menanggung penyesalan seumur hidup.
"Oi, Tuaaa! Bebaskan para penyihir ituuu!" Nona Peony beranjak dari duduknya dan berdiri di atas gelembung kuningnya. Ia menunjuk tepat ke arah si tetua goblin. "Cepaaatt!"
Goblin tua itu terkekeh. Badannya bergetar hebat karena menahan tawanya. Tak lama, ia pun melepas tawa hebatnya. Ia merasa geli hati sekali melihat tingkah penyihir di depannya saat ini. Bagaimana mungkin ia berani sekali menyuruh-nyuruhnya?
"Tidak, huahahaha!" balasnya. "Aku tidak akan membebaskan mereka. Mereka adalah makan malamku! Kalau mau, silakan cari penyihir lain saja di luar sana, hahaha. Lagipula, daging penyihir muda adalah daging terbaik bagi kaum kami!"
Nona Peony semakin kesal. Wanita berambut coklat panjang itu menekuk alisnya kian dalam dan menggertakkan giginya. Ia mengepalkan tangannya kuat.
Gelembung terbang milik Nona Peony membawa wanita itu semakin dekat dengan si tetua goblin. Tanpa ada seorang pun yang menyadari, gelembung-gelembung kecil mulai tercipta di sekeliling Nona Peony.
Si tetua goblin tidak beranjak satu sentimeter pun dari posisi awalnya. Lila dan Aliga saling berpandangan. Dalam pikiran mereka, pertempuran sengit pasti akan terjadi.
"Pak tua ...," panggil Nona Peony. Wanita itu menunduk hingga wajahnya tidak terlihat lagi. "Lepaskan mereka ...." Nona Peony kembali memberikan perintahnya.
Tentu saja si tetua goblin tidak mendengarkan. Tawanya kian kencang terdengar hingga air matanya keluar. "Tidak mau!" balasnya setelah selesai tertawa.
"Cepat ...."
"Tidak usah bermain-main. Kau mau jadi makan malamku juga?!"
"Lepaskan atau--"
"Atau apa?"
Nona Peony mengambil topi penyihirnya dan membuangnya asal. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tepat ke arah kedua bola mata si tetua goblin.
Mata wanita itu telah berubah menjadi kuning sepenuhnya. Dengan nada dingin namun mengintimidasi, ia berkata, "Atau aku akan membunuhmu!"
Gelembung-gelembung kecil mulai mengelilingi lapangan itu. Langit tiba-tiba menjadi gelap dan separuh lapangan kini telah dipenuhi oleh gelembung kuning ciptaan Nona Peony.
Si tetua goblin terkejut. Ia baru pertama kali melihat kekuatan sihir seperti ini. Keringat dingin mulai mengucur dan kakinya mulai bergetar hebat seperti jeli.
"Bubblerius extenta!" Bersamaan setelah Nona Peony menyelesaikan mantranya, gelembung-gelembung kecil serentak melayang menuju si tetua goblin dengan cepat.
Goblin tua itu tidak tinggal diam. Ia mengangkat tongkatnya dan mulai membidik ke arah kumpulan gelembung itu. Ledakan terdengar dan gelembung-gelembung itu telah meletus.
Gelembung-gelembung terus bermunculan dan menyerang si tetua goblin. Makhluk hijau itu terlihat kewalahan menghadapi kepungan gelembung mabuk itu yang datang bertubi-tubi.
Si tetua goblin tidak bisa diam. Jika ada satu gelembung saja yang berhasil mengenai hidungnya, riwayatnya akan tamat.
Ledakan dan bunyi serbuan gelembung beradu. Sudah belasan menit mereka bertarung dengan pola gerakan yang sama. Serang dan bertahan. Kedua ahli sihir itu mulai merasa kelelahan.
Nona Peony tidak mau membuang-buang waktunya lagi. Ia berteriak untuk mengeluarkan kekuatan maksimalnya dan tak berapa lama kemudian, semburan gelembung semakin cepat dan kuat dalam menyerang si tetua goblin. Terakhir, ketika goblin tua itu hampir kehabisan tenaga, Nona Peony mengeluarkan kekuatan terakhirnya.
"Beeratio extenta!" teriaknya. Urat di lehernya terlihat jelas dan tak lama setelahnya, semburan bir dengan kekuatan besar menghantam tubuh si tetua goblin.
Makhluk itu terdorong hingga tongkatnya terlepas dari genggamannya. Goblin itu terkapar tak berdaya di tanah dan tidak bisa berdiri lagi. Nona Peony melayang mendekatinya dan tersenyum lebar. Senyumnya lebar, namun beraura kematian.
"Mati!"