Chereads / Azvara : Magic Forest / Chapter 26 - (25)

Chapter 26 - (25)

"Haha, kena juga kau, penyihir sialan!"

Tepat sebelum Lila bisa membuka ikatan terakhir pada jaring sihir tetua goblin, gadis itu terlebih dahulu masuk ke dalam perangkap makhluk itu. Ia tidak sempat menghindar dan berakhir terkurung di dalam jaring cadangan milik si tetua goblin.

Air muka Cia dan Aliga yang awalnya bersemangat berubah seratus delapan puluh derajat setelah melihat Lila ikut terjerat di jaring yang berbeda. Harapan mereka sudah hilang.

Goblin tua berkepala licin itu tertawa terbahak-bahak. Ia berhasil menangkap tiga penyihir dalam satu hari dan perutnya akan kenyang hingga begah malam ini.

"Yah, sudahlah. Nasib kita sudah di ambang batas. Sampaikan surat wasiatku ke Ibu kalau nanti aku mati duluan." Cia sudah pasrah. Ia memandang kosong ke rekahan tanah di bawahnya.

Aliga malah merasa aneh. Sejak ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam jaring, ia sudah merasa bingung. Namun, saat tetua goblin itu mengancam akan membunuh mereka, kebingungannya kian memuncak.

Ia memberi kode kepada Lila yang letak jaringnya berada tidak jauh dari tempat lelaki itu saat ini. Lila menoleh dan melihat Aliga yang tengah mencoba berbicara kepadanya.

"Hei, tidakkah kau merasa aneh?"

"Hah?" Lila kebingungan. "Aneh apa?" tanyanya lagi.

Aliga menunjuk tetua goblin itu. "Makhluk hijau rakus buruk rupa dan tidak tahu diuntung itu sudah terang-terangan mengancam akan membunuh kita."

"Lalu?"

Aliga memasang wajah malas. "Artinya, dia sudah melewati batas, bodoh!"

Lila termangu memandang Aliga. Ada benarnya juga, pikirnya.

Yang ia ingat dari perkataan Tuan Moore beberapa hari yang lalu, ia dan rekannya hanya akan melakukan perlombaan sihir dan mengumpulkan manuskrip. Ia tidak pernah menyangka bahwa perlombaan ini akan seberbahaya itu.

"Oh, kau ada benarnya juga," simpul Lila. Ia menatap salah satu sudut lapangan dan menemukan Nona Peony masih terduduk dengan tatapan kosong di sana.

"Harapan kita tinggal satu."

"Siapa?" Aliga mendekatkan dirinya ke arah Lila. Sudut matanya ikut melirik arah yang sama dengan Lila. Ada Nona Peony di sana!

Aliga memicingkan matanya. Ia berdehem hingga membuat Lila menoleh. "Apa?" tanya gadis itu kemudian.

Aliga lanjut menunjuk Nona Peony. "Apa yang dia lakukan di sana?"

"Dia mabuk."

Aliga berdecih. Raut wajahnya berubah menjadi semakin kesal. "Benar-benar tidak bisa diharapkan. Ia memang tidak berguna."

"Heh!" Lila menatap tajam Aliga. Ia sudah lelah dengan semua tuduhan yang Aliga layangkan ke Nona Peony.

"Matamu buta atau seperti apa sebenarnya?! Tidakkah kau lihat bagaimana gelembung tadi bisa membuat semua goblin yang ada di sini tertidur?!"

"Tidak, aku tidak melihatnya."

Mendengar jawaban Aliga membuat Lila ingin sekali menggigit mulut lelaki itu. Ia mengatakannya seakan tanpa beban. Jika saja dia bisa merasakan bagaimana rasa panik ketika hampir tertangkap oleh goblin, lelaki itu pasti tidak akan berkata seenteng itu.

"Sialan. Lagipula, bukannya kau yang membuat kita seperti ini?"

Telinga Aliga menjadi panas. Sorot matanya tajam menatap tepat ke jiwa Lila. "Apa maksudmu, bocah?!"

Lila tertawa mengejek. Ia pura-pura mengendikkan bahunya lalu berkata, "Ah, aku tidak tahu. Aku pura-pura lupa kejadian barusan. Kalau tidak salah, ada seorang lelaki yang mengatakan bahwa pendamping mereka tidak berguna..."

"... lelaki itu tidak percaya bahwa manuskrip yang ia temukan adalah palsu, tertangkap oleh goblin, dan menyebabkan semua orang berada dalam masalah. Bukan begitu, Aliga?"

Lila puas. Ia akhirnya bisa mengutarakan semua isi hatinya hingga lega luar biasa. Di sisi lain, Aliga sudah frustasi dan menyesal.

"Tapi, bisakah dia membuktikan bahwa dia berguna ... sekali lagi?"