Nona Peony memutar-mutar tongkatnya dan secara ajaib, semua gelembung yang ada di sekitarnya langsung berkumpul menjadi satu di depannya. Lila merasa takjub dan tak bisa melepaskan pandangannya dari atraksi yang dilakukan oleh Nona Peony itu.
Wanita pendamping yang sedang berada dalam fase mabuk itu berjalan menuju lapangan. Ketika sudah sampai di pintu masuk dari haluan kanan, ia kembali mengayun-ayunkan tongkat sihirnya.
Serentak, semua gelembung yang berwarna kuning terang itu langsung menyebar dan memasuki lapangan. Hal itu tentu saja menarik perhatian semua makhluk yang ada di situ, tak terkecuali Cia dan Aliga yang sedang kebingungan karenanya.
Tetua goblin merasa aneh, namun ia belum bisa menyadari apa gerangan yang sebenarnya sedang terjadi. Ia masih duduk manis di takhtanya sambil sesekali melihat rakyat-rakyatnya yang sedang bermain dengan gelembung aneh itu.
Tetua goblin itu berpikir bahwa ia pernah melihat gelembung itu. Namun, tepat ketika ia menyadari bahwa itu adalah sekumpulan gelembung beracun, semua rakyatnya telah terjatuh dan tergeletak tak berdaya di lapangan.
Goblin tua itu berdiri dan mengambil tongkat panjangnya. Dengan tatapan nyalang, ia melihat ke berbagai penjuru demi mencari siapa agaknya yang menyebabkan kekacauan ini. Padahal, festival ini sudah ia rencanakan sejak lama. Namun, semuanya hancur berantakan hanya karena gelembung sialan itu.
Karena tak kunjung mendapati si empunya gelembung itu, ia melemparkan mahkota daunnya ke sembarang arah lalu mulai berjalan menuju jaringnya yang berada di dekat tiang pancang.
Ia merapalkan sebuah mantra dan membuat jaring itu melayang di udara tak lama setelahnya. Cia dan Aliga kini mengapung-apung di udara.
Insting goblinnya mengatakan bahwa yang menyebabkan ini semua adalah rekan dari kedua penyihir yang berada di jaringnya ini.
Karenanya, ia mulai menancapkan tongkat panjangnya ke tanah dan mulai berkomat-kamit membacakan mantra sihir.
Angin berhembus dengan tidak wajar. Rumput yang ada di sekeliling lapangan tiba-tiba melayu, dan tak lama kemudian tanah mulai bergetar hebat.
Lila yang berada di seberang lapangan memandang horor ke arah tanah dan merasa bahwa getaran ini adalah getaran terhebat yang pernah ia rasakan.
Tiba-tiba, tetua goblin itu mengangkat tongkatnya dengan cepat. Cia yang berada di dalam jaring menahan napas dan tidak bisa berkata-kata lagi.
Setelahnya, goblin tua itu kembali menancapkan tongkatnya ke tanah dan kali ini, tanah terbelah. Magma panas berada di bawah tubuh Aliga yang kini terkatung-katung di udara.
"Penyihir sialan, keluar kalian!" Tetua goblin itu berseru dengan marah. "Kalau kalian tidak kunjung keluar, rekan kalian akan melebur menjadi abu dalam beberapa menit ke depan!"
Lila dan Nona Peony mengintip dari balik gubuk tadi. Keadaan benar-benar menjadi berbahaya saat ini. Mereka seakan baru saja memakan buah simalakama. Apa pun langkah yang akan mereka ambil, hasilnya akan berujung menjadi satu: kesalahan.
"Silakan salahkan rekan kalian yang ada di jaring ini! Karena kebodohan mereka yang menyangka bahwa manuskrip palsu itu merupakan manuskrip yang asli, kalian yang menjadi rekan mereka harus berhadapan denganku! Dan lagi..."
"...pasti kalian tidak akan meninggalkan mereka bukan? Oh, tentu saja. Penyihir mana yang akan meninggalkan rekan mereka dan memilih untuk kabur demi keselamatan dirinya sendiri? Tidak ada! Atau, kalian, para penyihir bodoh yang belum masuk ke jaring ini memang sepengecut itu untuk melarikan diri? Hahaha, sepertinya kalian memang harus benar-benar membawa pulang abu teman kalian setelah ini."
Emosi Lila berhasil diaduk-aduk oleh perkataan goblin terkutuk itu. Seharusnya, para panitia penyelenggara perlombaan ini harus memberikan batas untuk berperilaku pada perlombaan ini. Ini benar-benar sudah keterlaluan. Nyawa mereka menjadi taruhannya.
Kepala Lila panas dan ia mulai berdiri untuk menampakkan sosoknya. Untungnya, sebelum gadis itu melakukan tindakan gegabah yang kemungkinan besar bisa merugikan semua orang, Nona Peony berhasil menahannya.
"Kita sama-sama saja keluarnya yeeyy. Kita harus tetap santai dan tidak boleh termakan emosi, hehehe."
Lila sadar dan mengangguk kecil. Ya, dia tidak boleh gegabah seperti ini. Tetua goblin itu masih memiliki satu jaring ajaib dan jika tadi Lila keluar sendiri, sudah pasti ia akan bernasib sama seperti Cia dan Aliga.
Walau dalam keadaan mabuk, Nona Peony bisa bijak juga rupanya.