Mata Nona Peony tiba-tiba membuka lebar. Pupilnya berubah menjadi kuning terang dan ia kembali menapakkan kakinya di tanah. Lila terdiam dan meneguk ludahnya gugup. Ia membatin tentang perubahan pendampingnya yang lumayan drastis itu.
Nona Peony cepat-cepat mengangkat tongkat sihirnya sebelum kesadarannya benar-benar direnggut oleh alkohol itu seutuhnya. Dengan mantap, ia menunjuk langit menggunakan tongkatnya lalu berteriak, "Bubblizerus!"
Satu per satu, gelembung berwarna kuning muncul dari tongkat sihir milik Nona Peony. Awalnya, gelembung hanya muncul sedikit demi sedikit. Namun, setelah satu menit berlalu, semburan gelembung mulai terjadi.
Lila berlindung di belakang punggung penyihir senior itu agar tidak terkena efek dari gelembung mabuk itu. Namun, tepat setelah semua gelembung berhasil terbentuk, seseorang membentak dari kejauhan.
"Siapa di sana?!" Seorang goblin kekar tampak berlari menuju belakang salah satu gubuk yang menjadi tempat persembunyian Lila dan Nona Peony.
Lila panik. Kalau begini, rencana mereka pasti akan sia-sia dan sudah pasti mereka akan ikut menjadi menu makan malam para goblin itu setelah ini.
"Nona, ada yang datang!"
"Haaaahhhh?" Nona Peony membalikkan badannya lalu menatap sayu ke arah Lila. Ia memiringkan kepalanya lalu tersenyum bodoh. "Siapaaa?" tanyanya dengan nada yang aneh.
Lila semakin merasa panik. Keadaan sudah sangat genting, namun tingkah Nona Peony malah menjadi aneh seperti ini.
Gadis berambut pirang sebahu itu menarik lengan Nona Peony dan menyuruhnya untuk melihat seorang goblin yang tergesa-gesa menuju markas dadakan mereka.
"Lihat itu, Nona! Goblin itu mengetahui tempat kita!"
"Eeehh?" Nona Peony meletakkan jari telunjuk di bibirnya sambil mendongak ke atas. "Sepertinya, itu karena teriakan Peony tadi. Hehehehe. Heee."
Lila mengurut keningnya. Wajahnya gusar bercampur was-was. Ia bisa saja mengeluarkan sihirnya yang paling dasar untuk melumpuhkan goblin itu. Terbilang sangat mudah, bahkan.
Tapi, resiko yang harus ia tanggung tidak akan semudah itu.
Jika ia mengeluarkan sihirnya, yang berupa ledakan api, sudah pasti hal itu akan menarik perhatian goblin yang masih tersisa di lapangan. Dan tebak apa yang akan terjadi selanjutnya? Mereka berdua akan ketahuan semakin cepat.
Yang diperlukan untuk mengalahkan goblin satu ini adalah sihir yang tidak mengeluarkan suara. Dan penyihir di kelompok mereka yang bisa melakukan hal tersebut hanyalah Cia dan Nona Peony.
Sialnya, yang harus Lila selamatkan saat ini adalah Cia dan satu-satunya harapan yang ia punya tinggal Nona Peony. Ia merutuki dirinya sendiri karena Nona Peony kini menjadi semakin mabuk.
Langkah goblin itu terdengar makin jelas. Lila berjongkok dan menutup matanya. "Habis sudah," ucapnya kepada dirinya sendiri dengan pasrah.
Ia menutup matanya cukup lama, namun tidak ada lagi suara langkah kaki yang terdengar. Gadis itu kebingungan. Harusnya goblin itu sudah menemukan mereka, pikirnya.
Dengan perlahan, ia membuka kelopak matanya untuk melihat keadaan sekitar. Ia menunduk dan betapa terkejutnya ia ketika melihat seonggok tubuh goblin tergeletak di dekat kakinya. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat lebih jelas dan mendapati bahwa Nona Peony sudah menduduki tubuh goblin yang sedang terlelap itu dengan anggun.
"Yeeyy, Peony berhasil mengalahkan dia. Hehehe," ucap wanita itu masih dalam keadaan mabuk.
Lila memasang tampang gelagapan. "Oh, Peony berhasil menyentuhkan gelembung ini ke hidungnya yeeyy. Hehe." Tanpa ditanya, Nona Peony sudah terlebih dahulu menjawab ketidakpercayaan Lila.
Wanita itu kemudian berdiri lalu mengulurkan tangannya kepada Lila. Gadis itu menerima uluran tangan pendampingnya itu lalu langsung berdiri.
"Jadi, Ayo kita menidurkan merekaaa! Hehehe."