Lila langsung menutup mulutnya tak percaya. Kejadian itu berlangsung dengan tiba-tiba dan sangat cepat layaknya angin.
Saat Cia dan Aliga berbalik untuk merespons Lila, sebuah jaring sihir besar dilemparkan dari belakang salah satu gubuk goblin. Jaring itu sangat besar hingga membuat kedua penyihir itu tidak sempat kabur dan menyelamatkan diri.
Sialnya, jaring itu juga dapat menangkal semua kekuatan sihir baik dari dalam maupun dari luar. Kelompok penyihir dari Desa Magus itu tidak bisa berbuat apa-apa.
Cia dan Aliga mencoba untuk memberontak, namun gagal total. Perjuangan mereka hanya akan menambah lelah saja. Tak lama, rombongan goblin kekar datang dan membopong tubuh mereka menuju pusat perkampungan.
"Nona Peony, mereka menangkap Cia dan Aliga!" Lila kembali masuk ke dalam gubuk dan menghampiri Nona Peony dengan terburu-buru. Keadaan ini sangat genting bagi pihak mereka.
Nona Peony beranjak dari duduknya lalu menyeka air matanya. "Siapa?" tanyanya lirih sambil mengucek-ucek matanya. "Siapa yang menangkap mereka?" sambungnya lagi.
Alih-alih menjawab, Lila malah mengajak Nona Peony untuk langsung melihat seperti apa keadaan di luar. Gadis berambut pirang itu menarik tangan Nona Peony dan membawanya menuju pintu depan.
Dari balik daun pintu, mereka berjongkok dan mengintip dengan hati-hati. Kedua penyihir itu bisa melihat kawanan goblin sedang mengangkut Aliga dan Cia dengan tatapan lapar. Air liur makhluk rusuh itu bahkan sudah menetes sedari tadi.
Nona Peony menelan salivanya kasar. Dari berbagai literatur yang pernah ia baca, goblin menyukai daging manusia. Dan kini, ia sudah tahu pasti ke arah mana ini semua akan terjadi.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan Nona Peony?" tanya Lila cemas. Ia memperhatikan keadaan jalanan yang lengang setelah arak-arakan itu mulai menjauh.
Nona Peony memijit pelipisnya gusar. Ia tidak menyangka bahwa semua akan menjadi berantakan seperti ini. Ia hanya digaji dengan lima tong bir dan anggur merah tetapi itu masih belum setimpal dengan pengalaman yang sangat berbahaya seperti ini.
"Peony akan menyusul mereka. Lila tunggu saja di sini. Terlalu berbahaya!" Nona Peony beranjak dan mulai melangkah keluar. Tangan kanannya terkepal dan tangan kirinya memegang tongkat sihir dengan mantap.
Baru saja ia melangkah beberapa meter, Lila sudah meneriakinya untuk berhenti dari dalam gubuk. "Nona jangan bercanda!" seru Lila sambil ikut melangkah keluar sembari menyandang tasnya.
Nona Peony berbalik dan tersenyum lebar. Ia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, mengatur letak topi penyihirnya, lalu berkata, "Ah, tidak. Ini sudah kewajiban Peony sebagai pendamping kalian."
"Aku mau ikut!"
Nona Peony menggelengkan kepalanya. "Tidak, Peony akan pergi sendiri! Di sana terlalu berbahaya. Nanti kamu bisa dimakan mereka, loh!"
Lila berdengus dan berjalan mendekati Nona Peony. Ia berjinjit kemudian menjitak kepala Nona Peony pelan. "Maka dari itu aku mau ikut. Sudah tugasku juga sebagai rekan Cia dan Aliga untuk menyelamatkan mereka ...."
"... Jadi, ayo pergi ke sana bersama-sama! Seperti yang pernah Nona katakan, bersama lebih baik daripada sendiri."
Nona Peony langsung terharu mendengar hal itu. Ia melompat dan serta merta memberikan Lila pelukan dramatis. "Peony bahagia memiliki penyihir junior sepertimu, huaa," ungkapnya kemudian.
Lila melepaskan pelukan itu setelah agak melonggar. Ia kembali menatap jalanan yang sudah sepi seperti sedia kala dan langsung mengambil kesempatan darinya.
Ia langsung berlari menuju arah yang sama dengan iring-iringan goblin itu sembari mengajak Nona Peony. "Ayo, Nona! Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini!"
Nona Peony mengangguk lalu tersenyum tipis. Ia melihat seorang Peony muda di sikap Lila. Seorang gadis yang energik. Namun bedanya, wanita dengan rambut bergelombang itu tidak memiliki satu hal dari Lila. Sebuah pemikiran yang positif.
"Baik baik, Peony datang!"