Chereads / Azvara : Magic Forest / Chapter 17 - (16)

Chapter 17 - (16)

"Ssshhhttt!" Nona Peony menempelkan satu jari telunjuknya ke bibir Cia untuk membuatnya diam. Cia yang menyadari kesalahannya itu langsung menutup mulutnya dan membuat gestur minta maaf menggunakan kedua tangannya.

Saat dirinya sudah lebih tenang, ia pun lanjut mempertanyakan ucapan Nona Peony tadi. "Dari mana Nona bisa tahu tentang sihirku?" tanyanya dengan agak berbisik.

"Penyihir senior seperti Peony memiliki kemampuan untuk mengetahui kemampuan sihir apa saja yang dimiliki oleh para penyihir junior. Begitu," jelas Peony.

Cia menganggukkan kepalanya ragu. Dia tidak menyangka bahwa para penyihir senior seperti Nona Peony memiliki kemampuan menakjubkan tersebut. Tapi, di sisi lain ia juga tidak terlalu kaget karena perbedaan kemampuan antara penyihir senior dan penyihir junior sangat renggang.

Cia berusaha memaklumi fakta itu sebisa mungkin.

"Nona Peony, kalau aku?" tanya Lila tiba-tiba. "Apa saja yang kau tahu tentang kekuatan sihirku?"

Nona Peony terlihat meraba-raba alam bawah sadarnya. Ia memejamkan matanya dengan khidmat selama beberapa detik. Namun, kening wanita itu berkerut ketika mencoba untuk membaca kekuatan sihir milik Lila.

Lila merasa khawatir. Mengapa wajah Nona Peony menjadi seperti itu? Apa kekuatan sihirnya? Apakah ia adalah salah satu penyihir dengan kekuatan langka?

"Lila ...," ucap Nona Peony, "Peony tidak bisa membaca kekuatan sihirmu. Energi Peony sudah terkuras banyak, namun Peony masih belum bisa menemukan aliran sihir di peredaran darahmu."

Lila terkesiap. Ia merasa kecewa sekaligus sedih. Kalau sudah begini, apa itu artinya ia tidak memiliki kekuatan sihir alami seperti Lila atau kawannya yang lain? Lila hampir saja putus asa sebelum Cia cepat-cepat menguatkan gadis itu.

"Belum ketemu bukan berarti tidak ada, Lil. Benar kan, Nona Peony?"

Nona Peony mengangguk lemah sambil tersenyum masam. Lila berusaha tegar dan memikirkan kemungkinan terbaik yang dimilikinya itu.

Tiba-tiba, tanpa mereka duga, kelompok penyihir dari Desa Amezar sudah kembali berjalan menuju kawasan goblin dan orang pertama yang menyadari hal itu adalah Aliga.

Lelaki itu cepat-cepat menyadarkan Nona Peony dan langsung memerintahkan Cia untuk mengeluarkan sihirnya.

Cia mengangguk lalu mengeluarkan tongkat sihir yang sedari tadi ia kantongi. Sambil merapal mantra, gadis itu menutup mata dan membuat tubuhnya sedikit melayang. Rambut kepang Cia bergerak ke atas dan ke bawah karena adanya perbedaan energi sihir antara tongkat dan tubuhnya.

Tak lama, sebuah bulatan suara muncul dan menyelimuti semua penyihir dari Desa Magus. Di benteng kecil berjalan mereka ini, tidak akan ada satu penyihir pun yang mendengar mereka, bahkan penyihir dari Desa Naturza sekali pun.

Cia berhenti. Ia kembali memasukkan tongkatnya dan memimpin di depan. "Ayo lari!" ajaknya kepada anggota kelompoknya yang lain.

Akhirnya, mereka pun mulai berlari menuju arah utara. Mereka harus sampai di sana dengan cepat sebelum kelompok dari Desa Amezar sampai di sana.

Bingo! Mereka akhirnya bisa menyusul para penyihir dari desa merah muda itu. Bahkan, kini mereka sudah berada di depan mereka dan akan sampai di kawasan goblin dalam beberapa menit lagi.

"Gerbangnya ada di depan! Ayo cepat!" Aliga berteriak untuk menyemangati kelompok kecilnya itu. Sedikit lagi mereka akan sampai dan para penyihir dari Desa Amezar tidak akan bisa memasuki tempat itu sebelum mereka keluar dengan atau pun tanpa manuskrip.

Akhirnya, setelah kira-kira berlari tanpa henti selama lima menit, mereka mencapai kawasan goblin. Untungnya, belum ada penyihir yang memasuki tempat itu. Mereka adalah yang pertama.

Lila merasa harus berterima kasih kepada siapa pun yang menyarankan tempat ini sebagai tujuan pertama mereka. Oh, dan jangan lupakan juga jasa Cia yang telah membantu mereka dalam membuat ruangan kedap suara berjalan.

"Umm, tapi, apa yang akan kita lakukan di sini?"

"Aku tidak tahu."