"Desa Amezar? Desa apa itu?" tanya Lila penasaran. Jujur, baru kali ini ia mendengar nama desa itu.
"Desa mereka terkenal dengan sebutan desa manis karena semua rumah di desa itu dicat dengan warna merah muda."
"Ya, desa mereka terkenal dengan sihir 'imutnya'," timbrung Aliga, "Lihat saja pakaian mereka, menggelikan."
Lila mengangguk-angguk paham lalu kembali mengamati kelompok dari Desa Amezar itu. Kelompok itu benar-benar santai bagai tak ada beban. Pemimpin mereka saat ini yaitu seorang gadis pendek dengan rambut merah muda malah bersenandung dengan riang gembira dari tadi.
"Sepertinya mereka bukan lawan yang berat. Ayo sergap mereka, Nona Peony!" simpul Lila sambil bersiap untuk beranjak dari persembunyian mereka.
Untungnya, Cia berhasil menghentikan gadis itu sebelum kelompok dari Desa Amezar mengetahui keberadaan mereka. Ia menarik jubah Lila secara tiba-tiba hingga membuat gadis berambut pirang itu terjungkal ke belakang.
"Lila, kamu salah. Peony pernah melihat penyihir dari Desa Amezar memamerkan kekuatan mereka dan Peony langsung takut setengah mati setelahnya. Kekuatan mereka ... bisa membunuh lebih cepat daripada sihir api." Dengan tatapan serius, Peony melirik Lila. Setelah mendengar penjelasan penyihir senior itu, Lila ikut merasakan bulu kuduknya berdiri.
Akhirnya, setelah menyadari bahwa strategi menyergap kelompok dari Desa Amezar adalah strategi yang sangat bodoh, Lila mengurungkan niatnya untuk berdiri. Ia lalu berbalik dan meminta kejelasan kepada Aliga. "Lalu, apa yang akan kita lakukan?"
Aliga terlihat berpikir sebentar. "Tidak ada cara lain. Kita harus sebisa mungkin menghindari mereka dan menuju kawasan goblin secepatnya."
Lila mengangguk, diikuti dengan persetujuan dari Nona Peony dan Cia. Baru saja mereka akan kembali berjalan sebelum Nona Peony menemukan masalah baru. Ia menghentikan Aliga yang dalam posisi setengah berdiri dan menyuruhnya kembali berjongkok. "Kalian lihat, mereka sudah mengantongi satu manuskrip dan sepertinya ... Peony menebak bahwa tujuan mereka selanjutnya sama dengan tujuan kita saat ini."
Keringat dingin mengucur dari pelipis Aliga saat menyadari hal tersebut. "Selain itu," lanjut Nona Peony, "Mereka pasti akan tahu bahwa ada kelompok lain berada di dekat mereka jika kita berjalan dengan normal seperti tadi. Pendamping mereka yang ada di sana memiliki kepekaan yang tinggi, sama seperti para penyihir dari Desa Naturza."
"Lalu, bagaimana cara kita pergi dari sini?"
Cia lalu mulai mengusulkan sebuah saran. "Nona Peony, mengapa kau tidak mencoba untuk membuat keempat penyihir itu mabuk dengan sihirmu?"
Nona Peony menghela napasnya berat setelah mendengar saran dari Cia. Dengan raut muka menyesal dan dramatis, wanita semampai itu berkata, "Peony menyesal untuk mengatakan ini tapi Peony tidak bisa, Sayang. Sihir Peony hanya bisa dilakukan untuk target dengan jarak kurang dari dua ratus meter."
Ketiga penyihir itu terlihat kecewa setelah mendengar pernyataan Nona Peony. Berjalan menuju kawasan goblin saat ini sama saja dengan bunuh diri. Tapi, jika mereka tidak bergerak, mereka juga tidak akan bisa mendapatkan manuskrip dari kawasan goblin.
Baik Cia, Lila, mau pun Aliga memutar otak mereka saat ini dan memikirkan segala kemungkinan terburuk apabila mereka mengambil salah satu jalan. Penyihir dari Desa Amezar saat ini malah sedang berhenti di bawah sebuah pohon yang teduh dan hal itu malah semakin mempersulit keadaan.
"Cia, bagaimana jika kau menggunakan sihir manipulasi suaramu?" saran Nona Peony tiba-tiba.
"Sihir manipu-- hah, apa?!"