Chereads / Azvara : Magic Forest / Chapter 13 - (12)

Chapter 13 - (12)

Lila mengambil inisiatif. Gadis yang berani itu--atau bisa dibilang tidak tahu malu-- mendatangi penyihir senior dengan tulisan 'Panitia' melayang di atas kepalanya. Ia bertanya beberapa detik, lalu kembali ke rombongannya untuk memberi informasi penting. "Tadi aku bertanya kepada penyihir senior yang ada di sana. Katanya, perlombaan akan dilaksanakan sebentar lagi dan kita harus melakukan pendataan peserta di sana."

Lila dan Aliga mengangguk. "Baiklah, ayo kita ke sana!" ajak Lila setelahnya. Akhirnya, mereka bertiga pun mendatangi gubuk pendaftaran peserta dan menyelesaikan segala perintilan-perintilan tidak penting seputar data penyihir. Yang harus mereka lakukan saat ini adalah menunggu karena mereka tidak pernah tahu kapan bulatan energi pembatas antara gerbang menuju Hutan Azvara dengan dunia luar akan dibuka.

Lila tidak mau mengambil resiko dengan memasuki bulatan energi itu sebelum waktunya. Ia sudah diperingatkan oleh panitia tadi bahwa siapa pun penyihir atau pendamping dari kelompok mereka yang memasuki bulatan energi itu, maka seluruh kelompoknya akan langsung didiskualifikasi. Lila memang tidak ingin ikut lomba, tapi ia juga masih ingin menang. Bagi gadis bernetra biru itu, didiskualifikasi adalah bentuk paling hina dari kekalahan.

Tiba-tiba, saat mereka tengah membicarakan tentang strategi abal-abal yang akan mereka lakukan pada saat perlombaan kelak, batalyon penyihir dengan terompet memasuki bulatan energi pembatas Hutan Azvara. Suara terompet menggema hingga mencapai kelima gerbang di desa yang berbeda.

Rasa takjub menjalari tubuh Lila. Selama lebih dari lima belas tahun ia hidup, baru kali ini ia mendengar suara terompet begitu gagah seperti sekarang ini. Bertepatan setelah pasukan peniup terompet itu bubar, terdengar suara yang menggema ke seluruh desa di dunia penyihir.

"Selamat siang dan selamat datang di peringatan ritual bulan merah yang ketiga belas. Seperti yang kalian tahu, perlombaan ini diadakan setiap satu dekade sekali dan pada tahun ini kembali diadakan. Peraturan dan cara mainnya masih sama seperti tahun kemarin. Kami telah menyebar manuskrip sihir di hutan ini dan tim pertama yang berhasil mengumpulkan sepuluh manuskrip serta membawanya ke altar di tengah Hutan Azvara adalah pemenangnya." Suara itu menggelegar sekali hingga membuat Lila cukup yakin bahwa ibunya di rumah bisa mendengar suara itu.

Setelah itu senyap. Tidak ada lagi suara-suara yang terdengar, bahkan hembusan angin sekali pun. Lila merasa aneh, namun ia tidak memperdulikannya. Setelah mereka diberikan aba-aba oleh para penyihir senior untuk memasuki arena Hutan Azvara, barulah mereka melangkah ke dalam hutan magis itu.

Saat semua anggota tim Lila sudah masuk ke dalam hutan, bulatan energi pembatas kembali muncul dan membuat siapa pun tidak bisa masuk atau keluar dari bulatan energi yang mengelilingi Hutan Azvara itu.

"Hmm ... apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Bodoh, apa kau tidak mendengar apa yang suara tadi katakan?!"

Lila cemberut. Tentu saja ia tahu! Walaupun ia bodoh, tapi ia tidak seidiot yang dibayangkan oleh Aliga. "Aku tahu, tapi ke mana?"

"Mana aku tahu," ucap Aliga enteng bagai tanpa beban. Hal itu malah membuat Lila semakin panas dan gadis itu langsung memberikan sedikit mantra panas kepada lelaki itu.

"Nona Peony, apa kau punya ide?"

Nona Peony kembali terlihat berpikir. "Hmm ... bagaimana kalau kita menyusuri hutan ini?"

"Ya, memang itu kan alasan kita datang ke tempat ini?!" Aliga bertanya tidak sabar. Lama-lama, jika harus meladeni Lila dan Nona Peony dalam waktu bersamaan, ia khawatir bahwa mentalnya akan rusak tak lama lagi.

"Oh, iya, Peony lupa."

Kali ini, ketiga penyihir junior itu satu hati. Mereka tidak tahu lagi harus meladeni pendamping mereka itu seperti apa.

"Ah, tap--"

"Peraturan tambahan--"