Nando berlari masuk kedalam kamar kakak perempuannya yang bernama Via.
"Kak. Kamu harus liat nih. Sumpah ini mirip banget kayak Lisya, mulai dari makanan favourite, minuman, sikap nggak terlalu sih!!" heboh Nando.
"Apa sih dek !!" bentak Via yang merasa kegiatan stalker instagramnya terganggu.
"Nih" Nando menunjukan ponselnya.
"Mungkin tuhan ngelahirin Lisya kembali kak !" imbuh Nando.
Via melebarkan matanya. Ia sangat tidak percaya, rambutnya, matanya, hidungnya, bibirnya. Ia merasa tak asing dengan semua itu.
Benar, ini adalah Lisya, pacar adiknya.
"Jangan heboh dulu. Ternyata itu kembaran Lisya, kan nggak asik" ucap Via.
ðŸŒ
Ana berjalan keki kearah pintu. Tubuhnya sedikit lemas, karena saat perjalanan pulang ia terlelap.
Ana meraih knop pintu. Membuka pintu lebar - lebar.
Matanya melebar ketika mendapati sosok wanita paruh baya melipat kedua tangannya di dada dan berdiri tegap dihadapannya.
"Kamu dari mana aja" ucap Fana dingin tanpa ekspresi.
"M-Mama. Ana..."
"Masuk terus tidur" perintah Fana.
"Kelas 2 SMA, udah gaya - gayaan pacaran" ucap Fana pelan tapi masih dapat didengar oleh Ana.
Dengan cepat Ana naik ke atas lalu mengunci pintu kamarnya. Ana melempar tasnya ke sudut kamar.
Air matanya menetes kembali pada saat itu.
Entah mengapa ia merasa Fana tidaklah lagi sayang dengannya. Fana membenci Ana, Fana lebih sayang dengan Oval dan Ani.
Ana memeluk erat bonek beruang berwarna merah muda ditangannya. Ia tidak bisa terus - terusan begini. Cukup melelahkan jika harus mengeluarkan air mata setiap hari.
ðŸŒ
"Apa kamu nggak terlalu keras sama Ana ?" tanya Reno menatap Fana yang melamun kearah jendela.
Fana menarik napasnya. Membiarkan udara malam masuk ke paru - parunya dan menyegarkan hatinya.
"Justru aku begitu, karena aku sayang sama Ana, mas" jawab Fana beberapa saat kemudian.
"Ana mau ketaman, nggak boleh. Ana ada janji sama temen, nggak boleh. Apa itu sayang ?"
"Sebaiknya kamu pikir baik - baik ya..." Reno bangkit dari bibir kasur. Ia berjalan kearah Fana, mengelus pundaknya sebelum meninggalkannya sendirian dikamar.