Chereads / Analisya / Chapter 5 - One more light goes out

Chapter 5 - One more light goes out

Nando menarik napasnya dalam - dalam. Menghembuskannya kembali melalui mulut.

Kepalanya masih penat dengan semua ini. Apa yang sedang direncanakan tuhan untuknya ?

Seseorang mengetuk pintu, "masuk" ucap Nando sedikit kencang agar terdengar dari balik sana.

"Makan do," ucap Tita, ibu Nando setelah membuka pintu kamarnya. "Ya, ma" balas Nando singkat.

Suara pintu tertutup kembali terdengar. Nando menghela napas. Matanya beralih pada layar notebooknya. Tanganya meraih keyboard dan mulai mengetik.

Hai, namaku Nando Prayoga. Mungkin kamu tahu kisahku yang mengenaskan itu. Kisah yang begitu tragis bagi diriku ini. Tapi tidak untuk sekarang.

Aku yakin, tuhan pasti sudah menyiapkan sebuah rencana besar untuku. Kemarin aku baru saja bertemu kembali dengan sesosok malaikat di salah satu starbucks.

Malaikat tanpa sayap yang baru saja diturunkan dari surganya. Ya, itu Lisya.

Aku sekarang percaya, bahwa tuhan pasti punya seribu rencana untuk hal sekecil apapun.

Aku percaya, tuhan mengambil Lisya dari diriku untuk sesuatu yang lebih baik. Walau terkadang sangat susah untuk menerima kenyataan pahit itu.

Tapi, percayalah. Semua pasti ada rencananya. Seperti lirik dari salah satu lagu,

"Who cares if one more light goes out, in the sky of a million stars."

Mungkin tak satupun manusia yang peduli dengan itu, tapi tuhan pasti peduli dengan itu. Tidak hanya peduli. Tapi mungkin, itu sudah menjadi rencananya.

Nando menutup notebooknya setelah menekan tombol save. Ia bangkit dari kursi belajarnya.

Sudut bibirnya tertarik ketika mendapati semua anggota keluarganya tengah bercanda gurau seraya memakan makanannya di meja makan.

"Eh... Nando, ditungguin dari tadi" ucap Tita yang pertama kali menyadari keberadaan Nando, anaknya.

"Hehe..."

"Biasa, bu. Urusan pacar mah, nomer satu" celetuk Via.

"Eh, siapa bilang" ucap Nando tak terima. Ia mengambil duduk disebelah ibunya.

"Kayak bisa pacaran aja kamu" cerca Tita.

"Lho. Ganteng gini kok dibilang nggak bisa pacaran to, bu" Nando menyisir rambutnya dengan jemarinya.

"Yang ada ibu kau do, rak iso pacaran ket cilik. Nek di gombali bapak iso ne mung 'Hah, Hoh' haha" ucap Rama, ayah Nando dilanjut tawanya yang terbahak - bahak.

Tawanya luntur seketika, ketika tawanya dibalas tatapan heran oleh semuanya. "Koyok iso gombal wae" cerca Tita, dilanjut tawa kedua anak - anaknya. "Wes - wes. Mangan," Rama mengibas - ibaskan tangannya dengan wajah kesal.

Yah, memang. Nando bukan berasal dari keluarga yang kaya raya seperti keluarga lainnya. Tapi dari ribuan keluarga yang ada di kota. Ia bisa menjamin, keluarga Nando-lah yang masih bisa tertawa bersama, makan bersama, rebutan bersama. Semuanya bersama.

"Makan dulu, Do" Tita membangunkan Nando dari lamunannya. "Eh iya, iya bu." Nando tersenyum. Tangannya mulai mengambil beberapa lauk, ribuan butir nasi terangkut dengan tangannya kedalam mulut.