Chapter 37 - SANG KOMANDAN

Senja melap mulutnya dengan lengan bajunya dan meletakkan mangkuk kosong itu.

"Dengar. Karena aku tidak tahu di mana diriku sekarang dan aku tidak punya tempat tujuan. Aku tidak akan dirugikan apapun kalau Kau memastikan identitasku. Akan lebih baik lagi kalau aku memang adalah gadis itu…"Meski itu mustahil, Senja menambahkan dalam hati. "Maka aku tidak perlu repot-repot memikirkan ke mana aku harus pergi setelah ini. Tapi, jika aku bukan dia, Kau perlu membantuku menemukan tempat berlindung. Bagaimana?"

Senyuman mengembang di wajah Utara, dia menyukai kepribadiannya, meskipun sifat Senja saat ini sangat tidak cocok dengan Senja di dalam ingatannya. Namun, tak ada salahnya untuk memastikan, bukan?

"Sepakat"

"Baik. Lalu bisakah aku mendapatkan makanan tambahan? " katanya sambil memberikan mangkuk kosong padanya.

***

Setelah selesai makan, untuk menyegarkan diri, Senja pergi ke kamar mandi dan mengambil waktu setengah jam untuk mandi dan lebih dari satu jam untuk mengeringkan rambutnya yang panjang dan tebal. Saat rambutnya mengering, dia merasa tangannya sangatlah pegal.

Huhuhu… Aku ingin pengering rambut…

Sekarang, Senja merasa lebih baik setelah memakai baju baru. Utara berkata, dia tidak bisa meminta seseorang untuk mengganti pakaiannya karena tidak ada wanita di tempat ini.

Sementara itu, pemandangan di luar jendela cukup menawan. Gunung sebagai latar belakang dan semilir angin sore yang membawa aroma pepohon di sekitar lapangan.

Rasanya seperti kembali ke alam. Terlepas dari apa yang telah Senja almi, dirinya menyukai tempat ini, dibandingkan dengan hiruk pikuk ibu kota yang ia tinggali.

Senja tengah merenung ketika seseorang mengetuk pintu. Dia memiringkan kepalanya dan tanpa tergesa- gesa berjalan untuk membukanya.

Orang pertama yang muncul di hadapan Senja adalah Utara yang tersenyum padanya. Dia sudah melepas baju besinya dan hanya mengenakan jubah ungu sederhana. Melihat warna jubahnya, Senja tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar.

"Oh, kau ingin mencocokkan jubahmu dengan warna rambutku? Aku pikir Kau tidak suka warnanya," ucap Senja dengan nada menggoda.

Setelah mendengar komentar itu, Utara mundur satu langkah dengan ekspresi ketakutan. "Tidak. Aku tidak pernah berpikir seperti itu!" Dia melambaikan tangannya, untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah. "Ini murni kebetulan. Aku tidak berpikir untuk mencocokkan warnanya." Apa yang Utara katakan itu benar, dia hanya memakainya tanpa berpikir sejauh itu.

"Oke. Itu hanya lelucon. Jangan terlalu serius." Senja mengangkat bahunya karena dia belum memahami cara orang- orang dari dunia ini berinteraksi satu sama lain. Dia hanya memberinya komentar asal-asalan tetapi Utara menunjukkan wajah seolah Senja baru saja menelanjanginya.

Utara menghela nafas lega. Komentar Senja itu menakutkan kalau sampai ada yang salah paham saat mendengarnya.

"Aku datang ke sini untuk memperkenalkanmu dengan..." Utara berhenti sejenak karena dia menangkap ekspresi kaget Senja. "...Komandan." Ketika Utara melihat ekspresi Senja, dia menyesal tidak memberi tahu gadis itu atau setidaknya memberi peringatan sebelum dia membawa Xiao Tianyou.

Tapi sekarang, tidak ada yang bisa dia lakukan.

Utara berharap, Senja tidak akan memberikan lelucon yang sama seperti tadi.

Di lain pihak, Senja melihat sang Komandan dengan ternganga.

Di sana, pria itu berdiri di samping Utara dengan tubuhnya yang sempurna; tinggi dan kokoh. Pria itu mengenakan jubah abu- abu sederhana, namun aura yang dia pancarkan tidak kalah dengan seorang kaisar.

Memang Senja tidak pernah melihat kaisar yang sebenarnya, jadi perbandingannya sedikit kurang tepat…