Chapter 41 - DIA BUKAN ORANG YANG BIJAK

Kapten Hua mengangguk. "Jika itu yang Kau inginkan, akan menjadi kehormatan baginya untuk menerima ucapan terima kasih dari cucu mantan komandan Dam."

Senja terkekeh. "Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan, mereka belum membuktikannya." Dia bertanya-tanya, seberapa besar pengaruh klan pedang hitam ini.

"Aku akan menemanimu ke tenda."

Tetapi sebelum mereka melangkah terlalu jauh, seorang tentara bergegas ke arah mereka. Setelah memberi hormat, dia menyampaikan pesannya.

"Kapten Hua. Komandan Xiao Tianyou telah memanggilmu ke ruang pertemuan."

Tampaknya ini adalah masalah penting.

"Baiklah. Nona Senja, sepertinya aku tidak bisa menemanimu sekarang."

"Oh, tidak apa-apa, aku bisa menemukan jalan untuk pergi ke sana sendiri."

"Kau." Kapten Hua menunjuk bawahan di depannya "Antarkan Nona Senja ke tenda perawatan."

"Ya, Kapten Hua." Sekali lagi dia menangkupkan tangannya dengan hormat.

Setelah mengatakan perintahnya, Kapten Hua pergi.

Senja barusan menyadari betapa rumitnya memberi hormat di era ini, meski sudah melihatnya di film atau membacanya di buku, tapi menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tetap saja rasanya berbeda.

Berapa kali mereka harus berlutut dan membungkuk di hadapan atasan mereka selama sehari.

Bahkan bagi Senja yang hanya melihat saja, melakukan semua itu terlihat melelahkan.

"Nona Senja, silahkan lewat sini" Suara bawahan itu menarik kembali Senja dari lamunannya.

Senja memberi sang prajurit sebuah senyuman dan mengikutinya.

***

Di sana ada tenda hitam besar dengan banyak orang di dalamnya dan bau desinfektan langsung tercium begitu mereka masuk.

Tidak seperti di jaman modern, dokter- dokter di sini memakai jubah biru cerah bukan gaun putih.

Ada banyak dari mereka di dalam tenda dan semuanya tampak cukup sibuk.

"Siapa yang kau cari di sini Nona?" Dia bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Aku mencari seseorang bernama Yoda. Kau kenal dia?"

"Yoda?"

"Ya, dia dari benteng pelatihan. Kebetulan, aku ingin tahu apakah dia masih hidup? "

"Aku rasa aku mengenalnya, kebetulan saya yang menuliskan nama tentara yang selamat dari peristiwa itu."

"Bagus!" Senja sangat gembira. Artinya dia masih hidup kan?"

"Ya, jika saya tidak salah."

Senja menghela nafas lega. "Dimana dia sekarang?"

"Dia tidak berada di tenda perawatan. Dia ada di tenda lain. Saya akan menunjukkan jalan."

Sekali lagi Senja mengikutinya.

Prajurit itu membawanya ke tenda lain. Tenda ini tidak sebesar tenda perawatan dan hanya digunakan untuk memulihkan para prajurit yang terluka. Di dalamnya hanya 4 tempat tidur yang bisa muat, dengan kata lain maksimal hanya 4 orang yang bisa tinggal di dalam.

Saat Senja masuk ke dalam, dia senang melihat Yoda, tetapi detik berikutnya matanya menjadi lebih gelap pada apa yang dilihatnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Senja bertanya dengan dingin.

Yoda sedang berlutut di tanah sambil memijat kaki Zee. Tangan kirinya dibalut ketat dengan perban, tapi karena dia menggunakan tangannya, darah yang mengucur dari tangan yang terluka itu dapat terlihat di permukaan perban yang putih.

Zee dan Rian menunjukkan ekspresi kaget, tapi saat melihat orang itu adalah Sonja, ekspresi mereka berangsur- angsur rileks.

Yoda segera berdiri, Senja bisa merasakan perasaan malu yang terpancar dari dirinya.

"Tidak bisakah kau melihatnya?" Zee memandang Senja dengan ekspresi menantang. "Dia sedang memijatku."

Dengan itu, perasaan malu yang Yoda rasakan bertambah, karena Senja bisa merasakan itu, dia tahu betapa canggungnya Yoda saat ini.

Kemarahan menggerogoti hatinya.

Senja tidak pernah menjadi orang yang bijak, tetapi terlalu berlebihan untuk menindas seseorang yang tengah terluka.

Dan Yoda adalah orang yang Senja anggap sebagai teman. Dia adalah orang pertama yang Senja kenal sejak dia datang ke dunia ini.