Chapter 42 - KALAU AKU LAKI-LAKI...

"Zee! Kau tidak bisa melakukan itu" Prajurit yang datang bersamanya menegurnya.

"Kenapa aku tidak bisa melakukan ini!?" Zee berteriak kembali seperti anak yang manja. "Tidak bisakah kau melihat bahwa perutku terluka?! Kakiku kram dan dia menawarkan diri untuk memijatnya!"

Rian melipat tangannya dengan angkuh sambil memandang Senja dengan jijik. "Jangan mencampuri urusan orang. Ini merupakan kehormatan baginya untuk memijat tuan muda Zee. Mungkin dengan itu ibu dan adiknya bisa mendapatkan baju bekas untuk mereka" Dia tertawa puas.

Senja tidak mengerti maksudnya tapi, dia bisa menebaknya.

"Lalu kenapa bukan kau yang memijatnya? Kau kan anak buah yang selalu mengikutinya kan?" Senja menatapnya sambil berjalan mendekat.

"Betapa beraninya kau!" Rian marah dengan kata- kata Senja. "Tanganku terluka!" Ia menunjukkan kepada Senja balutan telapak tangan kanannya. Luka itu tidak seberapa dibandingkan dengan Yoda.

Senja mendengus melihat perban itu. "Bagaimana dengan dia?" Dia menunjuk Zee dengan dagunya.

"Tangannya tidak terluka. Dia bisa memijat dirinya sendiri "

Zee duduk di tepi tempat tidurnya dengan sikap acuh tak acuh. "Perutku sakit, kalau digerakkan lukaku kan terbuka. Aku bisa mati "

Sesaat setelah dia menyelesaikan kata- katanya, Senja telah menyerbu ke depan dan berteriak dengan marah. "Mati saja kau!!"

Tepat pada saat itu, dia mengangkat kaki kanannya dan menendang dada Zee dengan keras.

Tidak ada yang menyangka Senja akan menendang Zee, meskipun dia terluka.

Mereka semua membeku di tempat saat kepala Zee jatuh lebih dulu terbentur di tepi lemari kecil di sudut tenda.

Dia mencengkeram dadanya dan memekik kesakitan.

Senja mengira dia akan merasakan sakit yang sama seperti Zee, tapi yang mengejutkan, dia memang merasakan sakitnya tetapi, cukup menikmatinya.

Ya, Senja menyukai rasa sakit ini. Itu membuat hatinya puas.

���Beraninya kau menendangnya!!" Rian bergegas maju untuk meraih lengan Senja tapi, dia mengelak dengan mudah dan menendang selangkangannya.

Rasa sakit yang dirasakan Rian kali ini pun tidak mengganggu Senja.

Yoda meraih pergelangan tangan Senja dan mencoba menyeretnya pergi tetapi dia menolak dan tetap berusaha untuk memukuli mereka.

"Yoda! Apakah kau tidak punya rasa malu? Kau benar-benar membiarkan seorang gadis melindungimu!" Zee meraung.

"Hah! Naif sekali!" Senja mendengus, "Kau pikir aku menendangmu karena Yoda? Aku menendangmu untuk apa yang kau katakan padaku terakhir kali!"

"Bagaimana dengan aku?!" Rian mendengus, dia tidak merasa kalau dirinya ikut- ikutan dalam masalah itu.

"Karena kau jelek! Keberadaanmu menyakiti mataku!" Senja mengatakannya tanpa berpikir panjang.

Sementara itu, Zee mengarahkan jarinya ke arah Senja, dengan suara gemetar dia mengancamnya, "Kau beruntung! Aku tidak bertengkar dengan seorang perempuan!"

"Tentu itu suatu keberuntungan! Jika aku seorang pria, aku akan mencekikmu sampai mati!"

Yoda gemetar mendengar kata- kata Senja. Tidak peduli betapa tak punya sopan santunnya gadis yang pernah dia temui atau betapa tidak kurang ajarnya adik Zee terhadap keluarganya. Tidak ada gadis yang pernah mengucapkan kata- kata seperti itu kepada orang lain.

Dibantu dengan prajurit lainnya, Yoda membawa Senja yang geram menjauh dari tempat kejadian.