Tidak ada telepon… tidak ada internet… tidak ada televisi… tidak ada film… tidak ada radio… tidak ada musik… bahkan tidak ada buku apapun
Di malam yang tenteram dan tenang, Senja membolak- balik tubuhnya di atas tempat tidur. Merasa sangat membosankan.
Sudah beberapa hari ini sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam ruangan. Tidur.
Senja merasa seperti beruang yang sedang hibernasi.
Dia menghela napas dalam- dalam dan memutuskan untuk berjalan- jalan untuk melepaskan sebagian dari semangat rasa jenuhnya.
Tidak ada yang menyuruh Senja untuk tinggal di kamarnya atau melarangnya keluar. Kalau begitu, Senja pikir tidak apa- apa baginya untuk berjalan- jalan sebentar.
Selain itu, dia ingin tahu tentang kondisi Yoda, apakah dia selamat?
Senja bangun dari tempat tidur, mengikat rambut panjangnya, memakai sepatunya dan berlari keluar dari kamarnya.
Di luar, dia bertemu dengan beberapa tentara, mereka sedikit menganggukkan kepala mereka, menunjukkan bahwa mereka menghormati dirinya dan Senja menjawab dengan gerakan yang sama.
Mungkin, karena Utara membawanya sendiri pada malam itu, itulah sebabnya mereka mengenalinya. Belum lagi warna rambut Senja yang mencolok, bahkan ada banyak tentara yang memandangnya dengan rahang terbuka lebar, tercengang.
Senja tersenyum puas, saat menikmati menjadi pusat perhatian.
Di kejauhan dia melihat Kapten Hua, masih memakai baju besinya, berbicara dengan bawahannya.
Dengan senang Senja berjalan ke arah pria itu.
"Hai, Kapten," sapa Senja berseri- seri.
Sang Kapten terpana, terutama bawahannya, ekspresi wajah mereka berubah. Salam seperti itu bisa dianggap sebagai penghinaan dan sangat tidak pantas.
Namun sebelum mereka bisa mengkritik tingkah Senja, Kapten Hua sudah mengangkat tangannya untuk menghentikan mereka.
"Kau bisa pergi sekarang," katanya tegas.
Dengan enggan, mereka menangkupkan tangannya dengan hormat dan dengan tatapan terakhir mereka melihat ke arah Senja sebelum pergi.
Senja bisa merasakan ketidakpuasan mereka dan berpikir mengenai apa yang salah ketika dia menyadari bagaimana dia memanggil Kapten Hua tadi.
Senja menghela nafas, banyak hal yang harus dia pelajari agar dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang- orang di sekitarnya jika dia ingin bertahan hidup.
"Kau harus belajar bagaimana berperilaku. Kalau tidak, suatu saat kau akan kehilangan kepalamu dengan sikap seperti itu," ucap Kapten Hua dengan nada menegur.
Senja menundukkan kepalanya.
"Aku tidak akan membahas masalah ini, karena kontribusimu di masa lalu"
"Terima kasih," ucap Senja lirih.
Kapten Hua melihat penyesalan di wajah gadis itu dan tidak memperpanjang masalah yang ada. Ia mengetahui dari Letnan Utara jika ada kemungkinan gadis ini adalah cucu tetua Dam yang hilang.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Dia bertanya dengan nada lebih lembut.
���Aku merasa sangat membosankan, itulah mengapa aku pergi keluar. Oh, Kapten Hua, apakah Kau ingat bawahanmu yang bernama Yoda? apakah dia masih hidup?"
Kapten Hua terdiam beberapa saat sambil berpikir siapa Yoda?
"Mmh, aku tidak ingat nama mereka tapi, ada banyak orang yang selamat pada malam itu."
"Dimana mereka?"
"Tentara yang terluka akan berada di tenda perawatan. Sementara yang lainnya berada di pos pemeriksaan."
"Di mana tenda perawatan?"
Kapten Hua mengangkat alisnya dengan rasa ingin tahu. "Kau ingin bertemu dengannya?"
Senja mengangguk. "Dia terluka pada malam itu karena melindungiku, aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku."
"Sebenarnya, kau tidak perlu melakukan itu, jika dia melindungimu, dia hanya mengikuti apa yang diperintahkan."
"Meskipun itu alasannya, tetap tidak mengubah fakta bahwa dia terluka karena aku. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih."