senin pagi hari ini begitu cerah. sinar matahari seakan menyambut semua orang yang mulai menjalani rutinitas mereka. jalan raya dipadati oleh kendaraan umum dan pribadi. semua orang memiliki kesibukan mereka masing-masing. semua orang memiliki masalah mereka masing-masing.
tepat di depan gerbang Universitas Negeri Jakarta, sepasang manusia berdiri menatap mahasiswa dan dosen yang melewati mereka untuk masuk ke dalam wilayah kampus. pagi itu, berdiri seorang perempuan dengan keraguan di dalam hatinya akan masa depan yang ia hadapi.
Erin Wulandari, seorang perempuan yang dapat dibilang mungil, dengan kulit putih halusnya, memiliki rambut kecoklatan melebihi bahu dan tatapan penuh harapan. Erin berasal dari Lampung dan ia sudah berada di Jakarta sekitar dua minggu terakhir untuk beradaptasi dengan lingkungan yang keras ini. Erin sangat senang ketika dirinya diterima di FIP UNJ karena sejak kecil, cita-citanya adalah menjadi seorang guru.
namun saat ini Erin memiliki keraguan di dalam hatinya. apa benar ini yang ia inginkan? ibu selalu berkata bahwa tinggal di Jakarta sama saja seperti tinggal di neraka. Erin takut bahwa ia akan terjerumus ke dalam jalan yang salah di mana itu akan membawa Erin ke dalam begitu banyak masalah. Erin tidak mau semua itu terjadi pada dirinya.
beruntung bagi Erin, tepat di sampingnya berdiri seorang pria tinggi dengan kulit sawo matang dan rambut ikal hitamnya. lelaki itu bernama Kevin. sama seperti Erin, Kevin juga berasal dari Lampung. keduanya resmi berpacaran sejak kelas 2 SMA ketika masih bersekolah di Lampung. keduanya berjanji untuk masuk universitas yang sama dan kini mereka menepati janji mereka. yang membedakan hanyalah fakultasnya saja. jika Erin berada di FIP, Kevin diterima di FT.
"kau baik-baik saja?" tanya Kevin kepada Erin, melihat betapa gelisah kekasihnya tersebut. Erin sendiri sedang berusaha untuk mengatur nafasnya yang berantakan.
"aku tidak tahu, aku merasa belum siap" jawab Erin sedikit gemetar.
"belum siap? kuliah di UNJ adalah mimpi mu, kau tidak bisa melepaskan begitu saja apa yang sudah kau perjuangkan" ucap Kevin berusaha membangkitkan kembali semangat di dalam diri Erin.
"aku tahu..." balas Erin yang menghela nafasnya dalam-dalam.
"lalu apa yang membuat mu gelisah?" tanya Kevin kebingungan.
"Tiara..." jawab Erin. satu nama yang dapat membuat Kevin kehilangan senyumnya. Erin tahu nama yang baru saja ia ucapkan tersebut adalah nama yang sangat sensitif. "aku dengar Tiara juga diterima di UNJ" lanjutnya.
"lalu kenapa?" tanya Kevin berusaha untuk tidak memperdulikan apa yang sedang dibahas oleh kekasihnya.
"bagaimana jika aku bertemu dengannya? apa yang harus ku lakukan? apa yang harus ku katakan?" tanya Erin kepada Kevin, kebingungan memikirkan setiap kemungkinan yang akan terjadi.
"jika kau melihat Tiara, tidak ada yang perlu kau katakan, oke? pergilah sejauh mungkin darinya" balas Kevin berusaha membuat Erin sedikit lebih tenang.
"kau yakin itu yang harus ku lakukan?" tanya Erin sedikit ragu.
"iya" Kevin mengangguk.
"aku hanya ingin memperbaiki keadaan, kau pasti mengerti" balas Erin.
"tidak ada yang perlu kau perbaiki, semua yang terjadi bukanlah salah mu. oke?" balas Kevin berusaha sebaik mungkin menjadi seorang pacar yang penuh dengan dukungan.
"oke" jawab Erin tersenyum. Kevin membalas senyuman yang terukir di wajah Erin.
"kalau begitu kau siap?" tanya Kevin memastikan.
"siap" Erin mengangguk dengan begitu yakin.
Kevin memberikan tangannya untuk digenggam oleh Erin dan bersama, keduanya melangkah masuk ke wilayah Universitas Negeri Jakarta. bagi Erin, ini adalah awal yang baru untuk dirinya menemukan teman yang baru dan memulai segalanya dari nol. Erin percaya dengan keberadaan Kevin di sisinya selalu, semuanya akan berjalan baik-baik saja.