Chapter 16
.
.
.
.
Menjelang tengah malam di Kantor Hokage.
Tsunade menekan pelipisnya sendiri saat dia mendengarkan Jiraiya yang baru jujur tentang suatu rahasia.
Jiraiya berkata, "Naruko bisa melakukannya karena kekuatan Dewa, maaf kalau aku pura-pura tidak tau apapun sebelumnya."
Tsunade menghela nafa dan menjawab, "ya, ya, aku bisa mengerti kau pasti tidak ingin Kakashi tau rahasia Naruko. Tapi, aneh juga kalau karena kekuatan Dewa dia bisa mengunakan Sharingan padahal bukan bermata hitam."
"Hmm, mungkin karena Dewa bisa melakukan apapun."
Setelah semua pekerjaan selesai, pada malam hari Tsunade pergi ke tempat kedai sake. Jiraiya menemaninya meskipun pemimpi desa dilarang untuk minum sake.
Sake yang panas dan pahit menyebar ke seluruh tubuh, menyenangkan bagi mereka berdua. Jiraiya menuangkan air sake ke gelas Tsunade. Tsunade melihat sake dan berkata, "aku sebenarnya malas menjadi Hokage."
"Hahaha, untungnya aku bukan Hokage, itu pasti merepotkan."
Tangan kanan memegang gelas dan tangan kiri menopang dagu, Tsunade menatap Jiraiya dengan hati-hati dia tersenyum dan bertanya, "apa rencanamu kali ini?"
"Rencanaku ... Menyelidiki Akatsuki, aku yakin hanya aku yang bisa jika ada masalah dalam menyelidikinya."
"Hoo, kau mau nekad lagi?"
"Tidak, aku punya rencana untuk nekad, yang pasti kali ini tidak membahayakan diriku."
Jiraiya menggendong tubuh Tsunade untuk mengantar Tsunade pulang. Jiraiya terlihat berbeda dari biasanya dan sekilas ingatan masa lalunya kembali saat Jiraiya, Tsunade dan Orochimaru masih dalam satu tim dalam sebuah misi. Mengingat lagi ketika Jiraiya masih seorang bocah yang tidak berbakat yang berusaha keras sampai bisa menjadi kuat seperti sekarang, ia membutuhkan banyak perjuangan, pada dasarnya ia ingin membuat semua orang terkesan termasuk Tsunade. Sesuatu yang lembut menekan di punggung Jiraiya, dia hanya tersipu dan melanjutkan perjalanannya sampai kediaman Tsunade.
Shizune tampak panik dan dengan cepat mendekati Jiraiya dan Tsunade. Shizune adalah murid Tsunade, sekaligus keponakan Kato Dan, yang selalu ada di hati Tsunade.
"Akhirnya aku menemukannya, aku sangat khawatir, Nona Tsunade selalu kabur dari kantor kalau bosan."
"Hahaha, ini semua sebenarnya salahku."
Semuanya diserahkan pada Shizune, Jiraiya memutuskan untuk langsung pulang. Dengan desahan berat, jujur saja, Jiraiya sangat cemburu pada Dan. Sampai akhir hayatnya Dan masih ada di hati Tsunade. Jiraiya tersenyum kecut setiap kali harus pasrah pada kehidupan cintanya.
Jiraiya bergumam, "paling tidak aku akan mengajaknya kencan setelah aku menyelesaikan misiku nanti, semoga saja dia tidak menolak lagi."
Pagi selanjutnya.
Tsunade merasa pusing saat membaca laporan tebal di atas meja, angka dan huruf semakin membuatnya kesal. Gejala minum terlalu banyak tadi malam sangat membuat stres sehingga ia tidak ingin melakukan semua pekerjaan.
{ Tok...tok..tok... }
"Masuklah!"
"Oh, pagi-pagi sudah emosi."
"Ternyata kau."
{ Dak! Dak! Dak! }
Suara ketukan itu sangat keras sehingga sepertinya dia memukul meja berkali-kali sehingga Jiraiya ngeri mendengarnya.
"Apa kau tidak bisa santai untuk menyetempel?"
"Aku tidak bisa santai kalau perkerjaan sebanyak ini!"
Shizune yang baru masuk membawa tumpukan laporan dokumen lagi. Jiraiya hanya tersenyum garing melihat tumpukan dokumen. Tsunade semakin mempercepat kinerjanya ia ingin semuanya cepat selesai. Jiraiya memutuskan untuk menunggu ia duduk dengan santai di tempat duduk yang sudah tersedia. Jiraiya mengamati semua yang Tsunade lakukan.
"Ada keperluan apa lagi kau datang kesini?!"
"Aku hanya mampir untuk melihatmu, kau kelihatan stres belakangan ini."
Tsunade meminta untuk menemaninya minum malam ini tetapi Jiraiya menolak karena dia tidak ingin merepotkan Shizune lagi. Shizune sangat bersyukur Jiraiya membuat keputusan yang bijak.
Jiraiya menyarankan agar Tsunade menerima tawaran kencannya, tetapi Tsunade dengan ringan menolak. Shizune terkekeh karena lagi-lagi Jiraiya gagal untuk mengajak Tsunade pergi kencan.
Sementara itu dengan tim tujuh.
Tim tujuh melanjutkan perjalanan mereka untuk menemukan Sasuke terlebih dahulu. Naruto tetap bertahan dengan sikapnya yang penuh gairah sementara Naruko hanya memperhatikan tingkah laku Naruto yang terlihat lucu. Sakura sekarang lebih memilih untuk lebih dekat dengan Sai, Sai berbisik ke telinga Sakura, untuk menanyakan apa yang terjadi pada Sakura dan Naruto. Sakura berkata semuanya baik-baik saja, tidak ada hubungannya dengan Naruto. Sai tahu betul bahwa Naruto dan Sakura selalu dekat dan selalu bersemangat dengan perjalanan misi mereka, tapi kali ini sangat tenang.
Sai mulai berpikir mungkin ini semua terjadi karena Naruko, Naruko dan Naruto memiliki hubungan yang bisa dikatakan sangat dekat dan intim pikir Sai.
Sai pernah membaca buku tentang hubungan orang dewasa, Sai berbisik kepada Kakashi yang menjawab dengan anggukan, kemungkinan bahwa Naruto dan Naruko telah melakukan itu.
Sai memandang Naruto dengan tatapan mata yang tajam karena dia penasaran karena Naruto sudah bisa mencapai level pria dewasa.
Sakura penasaran dengan apa yang Sai berbisik kepada Kakashi, Sakura bertanya dan Sai mengatakan semuanya, Sakura spontan terkejut karena Kakashi berkata kemungkinannya sangat tinggi karena Naruto dan Naruko tinggal bersama.
Kakashi, Sai dan Sakura penasaran karena ketiganya berinisiatif untuk bertanya pada kedua belah pihak.
Sai dan Sakura mengajak Naruko untuk berbicara, Kakashi mengajak Naruto untuk berbicara. Naruko kaget karena Sakura dan Sai menanyakan sesuatu yang tidak seharusnya karena yang ditanyakan adalah sesuatu yang bersifat pribadi.
"Mana mungkin aku berani melakukan itu pada Naruko!!"
Suara nyaring Naruto membuat burung-burung yang hinggap di batang pohon terbang menjauh. Naruko tersipu karena dia tahu apa yang Kakashi tanyakan pada Naruto.
Mereka bertiga mendesak Naruto dan Naruko untuk berbicara jujur, mereka berdua tentu saja menyangkal bahwa karena belum sejauh itu, Sakura penasaran ingin menarik Naruko untuk diperiksa.
"Tidak, jangan!! Naruto tolong aku!!"
"Naruko!"
Kakashi dan Sai menahan Naruto untuk membantu Naruko. Mereka menunggu sampai ada semacam pemeriksaan untuk memastikan Naruto dan Naruko tidak melakukan itu.
"Aaah~..."
"..."
"..."
"..."
Naruto, Kakashi dan Sai tidak tahu apa yang Sakura lakukan untuk memastikannya, suara yang begitu menggelitik hingga membuat pikiran Naruto dan Kakashi melantur, mereka mulai tegang karena desahan suara yang semakin keras. Setelah pemeriksaan selesai Sakura menjelaskan semuanya yang dikatakan Naruto dan Naruko benar adanya. Naruto yang terlihat cemas mendekati Naruko namun Naruko kabur sambil teriak, "Naruto, kita tidak mungkin bisa menikah lagi!"
"Hah!!"
"..."
"..."
Naruto tercengang tak mengerti maksud dari ucapannya Naruko, yang lari sekuat tenaga dan menjauh dari Naruto. Sai bertanya dengan Sakura bagaimana ia memeriksa Naruko? Sakura hanya menjawab dengan kata rahasia. Ketika Naruto menghampiri Naruko yang duduk meringku di dekat pohon Naruko meminta maaf kepada Naruto.
"Hikss...maafkan aku, Naruto!! Kita tidak mungkin menikah!!"
"Apa?! Kenapa bisa begitu!!"
Naruto berusaha bertanya apa yang terjadi namun Naruko tidak mau menjelaskannya. Naruto mencoba menenangkan Naruko agar tenang dan melupakan semuanya.
Kakashi berpikir sepertinya Sakura terlalu berlebihan sampai Naruko menangis seperti itu. Sakura, Sai dan Kakashi meminta maaf namun Naruko hanya menangis tidak mendengarkan permintaan maaf mereka.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Author note - jangan tanya author gimana caranya!! Cuma Sakura yang tau caranya!!