Chapter 22
.
.
.
.
Malam yang dipenuhi bintang, sepasang remaja berbeda gender kini berjalan bersama menikmati indahnya jalan utama desa. Pemuda bernama Uzumaki Naruto hanya bisa melihat gadis yang dicintainya sedang terlihat bahagia, dia meminta kencan seorang gadis untuk pertama kalinya dia memutuskan bahwa dia tidak akan ragu untuk memilih siapa yang paling dia cintai.
"Dia kelihatan bahagia sekali," gumam Naruto.
Di desa kecil tidak banyak tempat untuk pacaran. Naruto melangkah lebih cepat agar bisa berada di samping Naruko. Semakin Naruto melihat ekspresi senang Naruko, Naruto mulai bertanya pada dirinya sendiri apakah ia harus benar-benar melupakan Sakura. Dia melihat ke arah dengan matanya bertekad bahwa dia tidak bisa meragukan apa yang dia percayai sekarang. Naruto terkejut karena dia baru menyadari bahwa Naruko sedang menatapnya dari jarak yang cukup dekat.
"Apakah kamu sedang memikirkan sesuatu?"
"Tidak. Aku hanya melihatmu, Naruko."
"Hah, benarkah?"
Mereka terus menjelajahi desa untuk melihat apa yang paling menarik dari desa tersebut. Naruko menunjuk ke sebuah toko yang menjual ubi rebus. Naruko tampaknya mendapatkan jackpot karena dia sangat menyukai ubi ungu. Naruto yang belum pernah mencobanya, ia hanya menonton dan ketika Naruto hendak bertanya, tiba-tiba Naruko memberinya ubi ungu, dengan wajah malu, Naruko menawarkan untuk membiarkan Naruto mencicipinya. Penjual itu hanya tersenyum karena yang dilihatnya sekarang adalah pasangan muda yang mulai bertingkah romantis. Naruto ragu-ragu untuk membuka mulutnya karena dia malu dengan cara dia di suapi, benar-benar menjadi pengalaman baru untuknya.
"Bukankah itu enak? Manis bukan?"
"Mmm, enak dan manis," jawab Naruto.
Naruko memesan lima ubi ungu untuk dia bawa ketika Naruto ingin membayar dicegah oleh Naruko karena dia ingin membayar dengan uangnya sendiri. Perdebatan kecil terjadi karena hal-hal sepele. Naruto harus menyerah saat Naruko memasang ekspresi cemberut.
Saat mereka melanjutkan kencan mereka, Naruko yang hendak menyuapi Naruto lagi, tiba-tiba Naruto mengambil ubi ungu yang dipegang Naruko.
"Giliranku menyuapimu, Naru," kata Naruto.
"Yah ... Aaa ... Mmhh ... Manisnya," gumam Naruko.
Mereka tidak tahu harus berbuat apa lagi. Keduanya berkencan untuk pertama kalinya. Naruto melihat tanda yang bertuliskan bahwa sebuah kuil berada tidak jauh dari tempat mereka sekarang. Naruko membawa Naruko ke sana, tetapi Naruto sepertinya enggan karena sudah terlambat untuk pergi ke kuil, karena sudah malam hari. Naruko tersenyum dan menebak bahwa Naruto takut pergi ke kuil di malam hari, Naruto dengan gugup menjawab dia tidak takut itu hanya buruk di malam hari ke kuil. Naruko membisikkan sesuatu bahwa tempat kencan romantis itu ada di kuil pada malam hari karena dia telah mendengarnya dari obrolan teman sekelas.
Dengan berat hati Naruto mengikuti keinginan Naruko, yang terlihat begitu bersemangat untuk pergi kesana ketika mereka berdua sampai di tangga menuju kuil, Naruto langsung berkeringat dingin.
Naruko langsung bisa menebak bahwa Naruto takut pada hantu ketika Naruko berbisik dengan suara yang membuatnya ngeri. Naruto segera menoleh dengan ekspresi wajah yang lucu hingga Naruko tertawa terbahak-bahak.
Naruko mencegah Naruto pergi, dan Naruko menyarankan untuk duduk di tangga. Naruto, yang terlihat ketakutan pada awalnya, menjadi tenang saat Naruko tersenyum padanya. Keheningan malam dan suara cangkir yang hanya bisa mereka dengar. Naruko hanya menyisakan satu ubi. Dia makan terlalu banyak karena ubi ungu adalah kesukaannya.
"Hanya tersisa satu ..."
"Hehe, kamu makan banyak juga ya, Nar-."
Belum selesai berbicara ia langsung mendapat tatapan mengerikan dari Naruko, Naruto menelan ludah dengan paksa ia yakin ia pasti salah bicara.
Pada akhirnya Naruko menghabiskan ubi yang terakhir meskipun ia ingin menghabiskannya sambil mengobrol dengan Naruto namun ia tidak menyadari bahwa ia terlalu menikmatinya dan lupa akan tujuan yang ada di benaknya saat membeli ubi.
Suasana menjadi sunyi.
Naruko terdiam dengan ekspresi masam, kesal karena Naruto mungkin mengira bahwa dia adalah tipe gadis yang rakus. Naruko kaget karena ia digiring menghadap Naruto, mereka saling pandang dan tiba-tiba Naruto mengusap sudut bibir kiri Naruko dengan ibu jarinya.
Naruko menutup matanya karena tahu apa yang akan Naruto lakukan selanjutnya. Naruto yang merasa telah diberi izin, tidak segan-segan melakukan apa yang ia pikirkan. "Naruto?!" Naruto dan Naruko kaget mendengar suara yang familiar saat mereka berdua menoleh untuk melihat, Haruno Sakura tidak jauh dari tempat mereka berdua berada.
"Sa-Sakura!"
"..."
"Maaf mengganggu kalian berdua, aku disuruh mencarimu."
Untuk kedua kalinya mereka gagal melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih. Naruko yang terdiam sambil tersipu membayangkan jika Sakura tidak datang mungkin dia akan benar-benar melakukannya. Dalam perjalanan kembali ke penginapan, Sakura berada di tengah mereka berdua seperti penghalang. Naruko merasakan sesuatu yang aneh saat Naruto berbicara dengan Sakura, pemuda pirang itu terlalu banyak tersenyum dan sepertinya sikap konyol baru saja muncul.
Naruko merasa seperti dia adalah orang ketiga dalam hubungan orang lain, dia berhenti berjalan dan menatap lurus ke depan berpikir bahwa jika dia tidak pernah berada dalam kehidupan Naruto, mungkin apa yang dia lihat sekarang akan terjadi setiap hari. Naruto baru menyadari bahwa dia telah kehilangan sesuatu yang berharga baginya ketika dia melihat kembali hanya jalan sepi yang bisa dia lihat dengan matanya.
Naruto yang hendak mencari Naruko, Naruto tertahan oleh pertanyaan Sakura. "Naruto, apakah kamu masih mencintaiku?" Naruto yang terkejut dengan pertanyaan itu tiba-tiba ia menatap dengan tegas dan menjawab, "aku tidak tahu, Sakura ... Aku ingin mencari Naruko dulu. Kamu kembali dulu, aku akan pergi mencari Naruko!"
Naruto kembali menyusuri jalan yang telah ia lewati sebelumnya setelah berbelok dari dua gang ia melihat seorang gadis remaja berambut pirang yang benar-benar ia kenal hanya berdiri diam di tengah jalan sambil menundukkan kepalanya. "Naruko!" Naruko tetap menunduk meskipun Naruto berada di depannya, dia tidak ingin melihat Naruto yang butuh waktu lama untuk kembali padanya, dia cukup berpikir bahwa Naruto akan lebih bahagia di sekitar Sakura.
"Kenapa kamu mencariku sekarang, kamu terlambat untuk menyadari bahwa aku tidak ada di sana ..."
"Maaf, Naruko. Aku terbawa suasana saat mengobrol dengan Sakura sampai aku lupa hehe ..."
"Um ... Kenapa kamu tidak kembali saja dengan Sakura, dan biarkan aku berdiri di sini sampai pagi ..."
"..."
"Aku sudah mencoba yang terbaik untuk memberitahumu bahwa aku benar-benar mencintaimu ... Aku hanya ingin kamu lebih sensitif ..."
"Maaf aku membuat kesalahan lagi, Naruko ... Maaf sekali lagi, jujur saja aku hanya mencintaimu."
Naruko tiba-tiba menatap Naruto meski dia masih menangis. "Jika kamu mencintaiku jangan abaikan aku! Kamu terlambat menyadari bahwa aku tidak ada di dekatmu! Aku benci kamu, Naruto! Kamu pembohong!"
.
.
.
.
BERSAMBUNG