" Maaf Pak, nama anda masuk blacklist, silahkan keluar" Kata seorang penjaga dengan tubuh terbalut kaos ketat hitam.
Varo tercengang! " Apa! Black list!!! Kamu bercanda!!! "
Didepan sana dua penjaga dengan badan gede gede dengan angkuh mengeraskan wajah nya tak mengubris bagaimana Varo didepan sana terlihat tak terima.
Ia ditolak Restourant didepan nya ini dengan keterangan di blacklist.
" Maaf pak. Ini pasti keliru. Kalian tau siapa boss saya ini?? " Kata Hans mencoba membantu.
Tapi kedua penjaga itu hanya melirik pedas dan terus bersedekap memunggungi dua daun pintu VVIP tempat Fayza dan Arland sedang makan siang.
" Hey kawan... " Hans menyolek salah satu mereka tau tau sensor mata marah langsung menghujam kearahnya. Seketika Hans seperti anak ayam yang dicabut bulu nya. "Duh kulitnya halus banged kawan. Ya ampuuun.. " Ringis Hans cepat balik badan.
Varo mencoba mengendalikan otak nya yang mendadak ngadat. Disini ia hanya punya Hans. Dan orang-orang nya sudah menarik diri karena Fayza memerintahkan mereka untuk beralih padanya dengan imbalan uang sangat banyak.
Di tangan nya hanya ada sisa uang cash untuk biaya hidup sebulan. Sisa nya sudah dibayarkan ke belanjan Deasy yang berkali-kali lipat untuk jatah sebulan nya. Tanpa uang dan kekuasaan rasanya sama seperti seekor kuda yang kehilangan ekor nya.
" Didalam itu istri ku! Kalian mau ku laporkan karena membiarkan seorang istri selingkuh? "Kecam Varo mencoba menerobos tapi gagal lagi. Varo tetap laki laki dengan bobot 65 kg dari tinggi 185 cm.
Kedua penjaga saling bertukar pandang. Mereka meluruskan badan. "Seperti nya aku berhasil menggretak mereka. Pintu ini akan segera dibuka dan lihat saja bagaimana aku mencyduk Fayza" Pikir Varo merasa yakin. Ia merasa darah nya semakin terbakar karena terlalu semangat. Tapi ada yang aneh kedua penjaga ini kemudian maju dan tiba-tiba kedua nya malah mengangkat Varo menyeret nya dari Restourant itu didepan orang-orang.
Bruk...
Pria dengan stelan mahal itu dilempar seperti sampah keluar, Bahkan dagu nya sampai terseret aspal yang tajam.
" Sekali lagi kalian masuk. Jasad kalian akan muncul dalam koper besok" Ancam salah satunya lalu suara pintu yang di tutup dengan kasar.
" Aah boss.. Boss. Anda tidak apa apa?? " Serbu Hans meringis lalu membantu Varo bangun dari sana.
" Sialan..!! " Teriak Varo gusar. Ia merasa ini sungguh penghinaan terbesar nya. Ditolak, diseret laku dilempar seperti kucing liar yang ketahuan mau nyolong ikan.
" Oke.. Aku masih jago dalam berkelahi. Kita lihat siapa yang akan berteriak malu saat ini.. " Runtuknya menepis tangan Hans. Dan dengan cepat melangkah maju lagi.
" Boss cukup Boss.. Anda bukan lawan sumo sumo itu... Badan anda bisa patah jadi dua!!! " Larang Hans dengan cepat menarik tangan Varo.
" Apa apaan sih kamu. Berani melarang ku. Gaji kamu-gaji kamu-" Varo meneguk saliva. Ia baru sadar bahkan sisa uang nya tak sanggup bayar gaji Hans.
" Pergi sana! Cari Fayza. Dia bisa menggaji mu banyak" Dorong Varo merasa sangat tertekan sekarang.
" Saya tetap setia sama Boss. Ga di gaji juga ga papa kok Boss. Asal makan saya 3 kali sehari tetap terjamin" Cicit Hans yang juga yakin seyakin nya Fayza pasti menolak nya mentah-mentah. Ia pernah memiting Fayza, menabok bahunya menoyor kepala nya bahkan membentaknya. Menatap Fayza saja ia serasa di kejar dosa itu terus. Bagaimana bisa ia mengemis ingin minta dikasihani.
Varo kembali menepis Hans
" Pergi. Aku mau sendiri"
" Lha ga jadi berkelahi Boss?? " Tanya Hans ikut mengekor.
" Aku kasian dengan mereka yang akan mati karena malu..! Aku akan menunggu Fayza di ruangan nya. Dia tidak akan bisa mengelak" Sahut Varo sambil menyeret kaki nya menuju mobil nya.
Sesaat ia diam.
" Cepat jual beberapa mobil!!!, 10% untuk kamu"
Mendengar itu Hans sumringah dan langsung jingkrak-jingkrak.
" Pakaian Boss? Sepatu? Atau yang lainnya? Mau di cuci gudang juga ga?? " Tanya Hans yang merasa aliran dana yang ja kumpulkan akan membuat nya makmur lagi. Dan jiwa dagang nya meronta-ronta mengingat koleksi Varo dengan brand original bisa membuat nya cukup kaya untuk setahun.
''Ga! Miskin begini stlye ku harus tetap nomor satu! " Sahut Varo lalu segera masuk kedalam mobil.
" Iiihk.. Masih aja sombong.. Ya Tuhan semoga saja 1% saham Boss berkurang separuh. Biar dia tau bagaimana susah cari uang" Koar Hans sambil mengenadahkan tangan dan menatap langit.
*
*
" Kamu bercanda?? Kamu mau di pecat dari perusahaan? " Teriak Hans pada Elysa yang melarang Varo untuk masuk kedalam ruangan Fayza. Dan depan ruangan itu juga di jaga dua pria bodyguard pengkhianat Varo.
Elysa hanya bisa menunduk takut dengan Predir didepan nya itu walau seorang Presdir tapi dimata orang sekarang Varo tak lebih hanya sebagai karyawan biasa.
" Ini sudah perintah Tuan, maaf kan saya " Kata Elysa.
Varo menarik nafas" Oke-oke.. Aku akan menunggu Fayza disini" Kata nya malas untuk menaikan tensi darahnya lagi.
Ia lalu duduk seperti tamu biasa. Masih bisa menegakkan punggung dan menaikan dagunya
Dan itu berlangsung selama 1 jam. Makin kesini Varo makin resah juga kesal.
Ia bangkit dari sana lalu menuju meja Elysa lagi.
Membuat wanita itu menyiapkan diri dari semburan amarah dari Varo.
" Hubungi dia! Katakan aku menunggu nya. Dan ini menyangkut pekerjaan" Perintah Varo tak ingin dibantah.
Tapi si sekretaris Elysa hanya diam saja seperti patung.
" Nona.. Apa anda tidak dengam Boss besar kita sedang bicara??? " Tanya Hans dengan suara lelah.
" Maaf Pak, tapi Nyonya berpesan kalau saya tidak boleh menelepon nya saat ia sedang makan siang dengan Pak Arland" Jawab wanita ini juga kekeuh.
Mendengar itu wajah Varo mengeras lagi. Ia mau marah dengan wanita ini tapi juga lebih dominan dengan Fayza. Bahkan wanita itu mensakralkan makan siang nya dengan Arland sampai segitu nya.
" Sial" Teriak nya lalu menendang meja. Varo beranjak dari sana diikuti Hans yang tampak selalu was was dengan tingkah absurd boss nya itu.
Varo kembali ke ruangan nya. Sedang kan Elysa disana bisa bernafas lega. 1 jam terakhir nyawa nya seolah berada di ujung tanduk. Walau bagaimana pun ia masih segan dan takut dengan karakter Varo. Pria itu dulu bahkan tak bisa ditemui sembarang orang dan hanya orang-orang tertentu bisa melihat wajahnya lha tadi. Selama 60 menit lebih pria itu duduk seperti pasien rumah sakit yang menunggu antrian dokter.
Ia lalu mengirim pesan pada Fayza. Memberitahu kalau Varo sudah balik ke ruangan nya.
Didalam sana di ruang Fayza. Wanita itu ada di sana. Ia tak pergi kemana mana. Bahkan memerintahkan sebagian orang untuk memberikan kesan ia sedang keluar dengan Arland. Ya Fayza hanya mengundur pertemuan dengan Arland. Ia mau lihat bagaimana reaksi Varo yang ia bikin kehilangan kekuasaannya. Ia tau pria itu masih ingin menumpahkan kemarahan nya karena saham nya ia ambil dan semua akses pria itu juga ia kendalikan. Bahkan ia sudah dengar bagaimana pria itu membayar tagihan pengeluaran Deasy dengan sisa uang cash nya. Entah kenapa ia masih kesal Varo masih saja bisa mengatasi Deasy padahal keadaan keuangan nya sudah semakin menipis.
Kesimpulan nya Varo masih ingin melindungi kekasihnya. Titik!! Itu yang Fayza nilai.
" Apa!! Dia sudah pulang???? " Teriak Varo kali ini ingin membalik meja Elysa.
Disana beberapa bodyguard langsung melihat Varo sebagai ancaman.
Semburat kemarahan Varo sangat tercetak jelas. Selama berjam jam ia menunggu kabar Fayza balik ke perusahaan, eh tidak tau nya ia malah diberitahi sekretaris nya itu kalau Fayza langsung pulang.
Elyaa hanya bisa tertunduk getir sementara orang yang mereka ributkan memang sudah pulang kali ini Fayza tidak pulang kerumah. Ia tau Varo akan datang kesana juga. Untuk sementara ia akan tinggal di sebuah Apartemen. Tempat aman yang hanya diketahui ia dan Leo serta keluarga nya. Fayza tak tinggal sendiri ia minta ditemani Tasya. Walau bagaimana pun ia tak mau ada isu miring kedepan nya. Tasya adalah perisai yang selalu tepat untuk melindungi nya.
" Katanya Varo marah-marah lagi dengan Elysa! " Kata Leo memberitahu.
" Benarkah! Dia pasti sangat ingin membunuh ku! Pantau dia terus Leo. Aku tak mau sampai ketemu dia" Pinta Fayza saat berada di dalam lift.
" Baik!! "
Ting..
" Ah iya!! Dia punya aset mobil kan! Tarik semua mobilnya. sembunyikan dulu! Katakan kalau semua sudah dijual dengan harga miring. Atur saja ! Kecuali Lamborghini kuning itu. Biarkan saja. " Pinta Fayza sebelum meninggalkan lift.
Leo mengangguk dan kemudian memencet pintu lift lagi. Ia memang berada di Apartemen yang sama hanya beda lantai.
Fayza melangkah lelah saat pintu akses masuk Apartemen itu terbuka.
Disana didalam sana suara bahasa Korea sudah terdengar. Dan gadis berambut hitam bob itu sedang menggulung dirinya dalam kubangan selimut.
" Kak Fayza... ! " Pekik Tasya segera bangun dengan wajah sumringah, ia segera menghentikan tontonan drama korea nya.
" Bagaimana? Bagaimana tadi? Apakah sukses?? Bang Varo gimana? Depresi kagak dia?? " Cecar gadis ini dengan sangat antusias. Riak wajah nya sangat berharap abang nya itu depresi.
" Ya semua nya sukses! Dia memang terlihat kacau. Tapi masih normal. Kamu bisa kunjungi dia kalau penasaran! " Sahut Fayza.
" Ihk ga mau aku mah.. Liat abang aja aku emosi masih kesal tau ga dia belom kirim cewek kura-kura itu ke mesir jadi salah satu bagian piramid..! " Sungut Tasya sambil menyandarkan punggung nya ke dinding.
Bibir Fayza menyembik, ia membenarkan perkataan Tasya.
Varo masih belum melepaskan wanita itu dan itu bikin ka nyesak.
" Ya sudah! Kakak pasti capek banged kan. Tadi Mami ada kirimin makanan kak.. Kita makan yook. Kesukaan kakak lho... " Ajak Tasya langsung merangkul Fayza dan menggiringnya ke dapur.
Wajah Fayza sedikit bercahaya melihat beberapa makanan favorit nya ada disana serasa makanan itu menjadi obat penghilang stress nya. Rawon masakan Mami yang tiada duanya. Lalu celotehan Tasya yang membuat nya sedikit rileks. Wanita itu bicara apa saja tanpa berhenti tapi Fayza senang suasana tempat baru nya menjadi lebih riang.
*
*
*
"Terimakasih Nyonya besar selalu rutin mengunjungi saya" Kata Betrand mengulas senyum. Wajah blasteran pria itu terlihat sangat menenangkan pikiran Fayza setiap kali pusing memikirkan pekerjaan. Ia akan datang ke studio itu sekedar melepas keinginan si janin. Dan itu terjadi hampir setiap hari. Ia akan nongol gangguin aktivitas di model blasteran dari Paris-Indo itu.
" Asal dari kalian tidak bosan. Maaf sekali aku terkesan genit dengan kalian. Ini semua karena ngidam aneh ku" Aku Fayza dengan pipi merah kedua sisi. Ia malu harus selalu menebalkan muka setiap hasrat ingin ketemu para model-model itu. Tapi juga gelisah kalau ngidam mesum nya tak dipenuhi.
Betrand mengendik dan tersenyum " Ngidam yang hot. Nyonya muda!! " Kekeh nya sembari menerima sodoran kopi dari Elysa yang membawakan minuman untuk Betrand dan Fayza. Wanita itu juga sangat terliham kalem kalau menemabi Fayza di tempat dimana banyak para cogan bertebaran.
Sementara itu didepan sana Arland mendekat. Ia kesal Fayza selalu saja nongol di studio kumpulan Model-model yang doyan memamerkan abs nya itu sedangkan ia saja selalu dihindari. Dan waktu Fayza tak pernah sama datang kesana. Sampai ia harus memantau tanda-tanda Fayza keluar dari istana ruangan nya. Fayza ini bak sekarang Bak seleb sangat susah di temani apalagi dia menggunakan jasa Bodyguard yang gak segan segan melempar orang yang tak dizinkan masuk.
" Nyonya. Ada Pak Arland" Bisik Elysa di samping.
Fayza melirik sekilas lalu tersenyum lagi dengan Betrand. Ia merasa kali ini kecolongan. Tapi ia juga kapok harus lari dari Arland lalu menyamar seperti kemaren.
" Baiklah terimakasih atas waktunya aku akan kembali nanti" Kata Fayza sembari bangkit.
Betrand mengangguk ia melihat kebelakang pria dengan tampang seolah mau mengajak nya adu jotos.
" Your wellcome, miss... " Betrand segera undur diri digantikan Arland yang mencegat langkah Fayza.
" Wah. Kamu hobi ketemuan dengan model Ini ya Fay! Mereka tak lebih buruk dari aku! Mending aku saja sekalian di tumbalin. Dari pada mereka yang nanti nya bakal kena getah nya Alvaro " Ucap Arland sarkas. Mengandung kecemburuan juga kepasrahan siap dibenci Varo seumur hidup.
Elysa melirik ia merasa di keadaan yang kikuk dengan sopan ia undur diri juga.
Fayza tersenyum kecil. " Kamu. Lucu sekali Arl. Sayang nya kamu ga masuk daftar keinginan anak ku? " Sahut Fayza sambil melangkah membawa susu mix cokelat nya.
" Anak? Maksudnya apa? " Tanya Arland ikut mengekori.
Fayza enggan juga di nilai buruk oleh orang lain oleh ngidam aneh nya itu. " Ngidam! Aku ngidam dekat mereka"
Seketika wajah Arland jadi horor" Kok bisa??? "
" Mungkin ganteng nya anak ini bakal setara dengan mereka" Sahut Fayza mengacuhkan kekagetan Arland.
Tapi selebihnya Arland lega juga kalau itu dibalik alasan Fayza selalu nongkrong diam diam di studio itu.Walau itu sedikit mengganggu pikiran nya. Kalau ia yang jadi suami nya Fayza pasti bakalan sangat cemburu.
" Aaah.. Kamu selalu jual nama ku! Jadi kapan kamu menepati janji buat makan bersama?? " Kata nya mengingat tujuan utama nya bicara dengan Fayza. Karena ia tau kemana mana Fayza menggunakan alasan nama nya untuk menghindari Varo.
" Kau tau aku masih sangat sibuk!!! " Sahut Fayza sekali lagi menyedot habis minuman nya.
" Oh sibuk. Kalau begitu aku akan kasih tau Varo tentang kamu menjual nama ku. Bagaimana? "
Fayza berbalik. Lalu membuang nafas berat" Disana Arland tersenyum penuh arti. Bernegosiasi dengan Fayza itu juga harus pakai otak kalau tidak mau tanda kemajuan tidak berhasil.
Baiklah. Nanti malam okey!! "
Arland tersenyum senang mendengar nya.
Sementta itu Varo. Terperanjat melihat siapa masuk kedalam ruangan nya. Tau tau ada tamu masuk kedalam ruangan nya. Padahal ia sedang santai dengan kedua kaki diatas meja.
Deasy datang dengan Jimmy.
Disana Deasy melihat bagaimana keadaan Varo yang kacau balau. Rambut urak-urakan dan baju nya saja sudah tidak tertata rapi. Jauh sekali dengan karakter Varo yang selalu menjaga penampilan nya.
" Kenapa kemari?? Kamu tidak melihat aku sibuk" Kata pria itu dingin seraya menurunkan kaki nya.
Bahkan enggan melihat kearah Deasy ia saja selama 5 hari ini tidak pulang-pulang kerumah. Tidur mandi di kantor. Beruntung di kantor tempat istirahat tidak di ambil Fayza seperti koleksi mobil nya. Tapi ia tak masalah. Dirumah maupun di kantor juga tak ada bedanya. Ia sendirian!!
" Jims.. Tinggalkan kami" Pinta Deasy.
Setelah Jimmy keluar, Deasy mendekati. Ke meja itu. Ia lalu mengangkat tubuhnya perlahan dengan susah payah. Sekuat tenaga Deasy mencoba keluar dari kursi roda itu. Nafas nya ikut tersengal sengal karena ketidakberdayaan yang ia rasakan.
" Apa yang kamu lakukan... " Melihat itu Varo segera bangkit dan mendekati Deasy, membantu nya kembali duduk tapi ia malah ditangkis oleh Deasy.
" Aku bisa berdiri.. Lepaskan..
Varo melepas tangan nya dan membiarkan wanita ini dengan keras kepala nya, disana Deasy tampak masih mencoba. Ia terlihat berusaha menyeimbangkan diri saat kedua kaki nya menginjak lantai. Tapi dalam detik ketiga ia merosot kebawah.
" Aku bilang juga apa! Kenapa kamu mempersulit sendiri hidup mu" Sungut Varo membantu Deasy bangkit dari sana mengangkat tubuh Deasy dengan tangannya. Yang terdengar malah suara tangisan Deasy.
" Aku juga bisa tanpa kamu Varo jangan membuat ku tergantung padamu... "
" Kamu bicara apa. Berhenti menangis..
Deasy lalu memeluk Varo dengan erat " Aku benci dengan mu Varo. Aku benci selalu berharap kamu ada bersama ku, tapi aku tak mau kamu terus menghindari ku. "
" Dengar Deasy! Aku memberikan semua saham ku atas nama Fayza! "
Deasy mengangkat kepala nya, matanya kemudian bergetar. Seolah yang ia dengar seperti angin lewat.
" Saham? "
" Ya. Semua nya aku memberikan hanya untuk Fayza! " Kata Varo menekan nama Fayza.
Tangan Deasy terlepas. Ia tampak linglung disana Varo memperhatikan dengan detail reaksi Deasy.
" Aku tak punya apa-apa! Bahkan semua kartu yang kamu gunakan sudah di blokir. Aset ku semua di ambil alih Fayza"
Deasy meneguk liur nya susah payah. Ia memang ada mendengar desas desus itu karena itu ia langsung ke V.E rasanya tidak mungkin Varo bangkrut sementara masih menjabat sebagai Presdir di V.E
" Apa yang dilakukan Varo? Apakah ia memanipulasi data? Kamu tidak mungkin kan memberikan cuma-cuma dengan Fayza. Hanya karena dia mengandung anak mu?? "
" Tidak! Aku memberikan nya agar dia puas! " Jawab Varo.
Deasy menatap Varo dengan tergugu. Ia tak mengerti apa maksud pria ini. Tapi disana Varo terlihat rileks. " Membiarkan nya merasa puas apapun kemauan nya" Ulang nya lagi sambil melihat keudara seolah senang membiarkan Fayza membuat nya miskin.
" Varo.. Maksud mu apa? Kenapa sampai bisa Fayza memiliki nya. Apa dia mengancam mu dengan membunuh anak kalian?? "
" Tidak" Sahut Varo lalu tersenyum singkat.
Deasy mengerutkan kening menatap Varo yang seolah tak waras didepan nya.
" Dia sangat kuat, bahkan saat kehujanan dan kedinginan serta sakit anak kami sehat. Dia hebat bukan"
" Varo!! Apa maksud mu!! Lalu apa yang dilakukan perempuan busuk itu! Ini bukan kamu. Kamu ga mungkin menyerahkan cuma-cuma saham itu pada nya!! Kamu membenci nya. Benar kan!!! Dia wanita yang sudah tidak sudi dengan mu dari dulu. " Ucap Deasy merasa kepala nya seperti tertanam palu berat.
Varo menarik dasi nya yang awut-awutan menjadi rapi kembali. Kemudian menyisir rambut nya yang kebelakang menjadi dua bagian" Ya ini memang bukan aku yang dulu.. Aku ini Melviano Andhika Alvaro. Vian dan Varo.." Jawab Varo disana membuat mata Deasy melebar.
" hey apa kabar Deasy???"
" Vian????! "