Pov Fayza.
Aku menaikan dagu ku keatas dan balik menatap Varo dengan tajam. Apa dia pikir aku takut dengan nya?? Aku tidak akan memberontak kalau tidak terancam dan dia? Saat ini kalau melihat nya yang aku lihat bagaimana dia sangat manis dengan Deasy. Didepan mata ku. Itu sangat jelas menampar wajah ku kalau perasaan mereka tak main-main. Dan jangan lupa mereka berencana untuk balik ke Jerman!!Untuk apa aku berjuang dengan orang yang hati nya sudah milik orang lain. Kalau hanya memandang ikatan ini dan anak ini tak akan ada habis nya. Hatha diriku seolah jadi taruhannya. Aku juga titik ukur dimana harus aku berhenti.
Dan disini kenapa dia disini! Apa dia mau sok care dengan anak ini atau mau mendapatkan tubuh ku lagi.
Sering kali ku pikirkan Varo sosok yang kejam. Disini ia baik di deoan Deasy ia juga baik. Apa dia pikir hati manusia itu mudah di permainkan. Dan mungkin sudah kehendak Tuhan membawa ku bisa melihat apa yang harus aku sadari dari kemaren-kemaren.
" Pinggir! Kau tau. Aku sedang hamil. Jangan membuat ku stress" Ucap ku tanpa menghentikan sorotan pedas ku padanya. Aku tak takut kalau ia mau menyakiti ku. Aku akan bertindak ke jalur hukum kalau ia berani berani menggunakan kekerasan lagi.
Varo seperti menahan nafas disana. Kemudian bahunya tertarik kebelakang. Ia memberi ku jalan. Ia memang bisa dikendalikan dengan nama anak ini. Bagus lah! Mungkin asumsi ku waktu itu benar, Varo ada perubahan saat melihat janin ini. Tapi itu tidak menutup rasa lelah ku padanya.
Aku menuju ponsel ku dan menghubungi nomor ibuk.
" Buk.. Tolong bereskan Vian. Dia ada di kamar ku" Setelah itu aku mematikan telepon.
Aku segera menuju kamar mandi.
" Fayza.. Kamu beneran panggil Ibuk?? " Seru Varo disana. Aku tak memperdulikan nya dan segera mengunci pintu agar ia tak menyusul ku.
Aku menyalakan air kran agar suara diluar tak terdengar lalu duduk di closet. Aku termenung, air mata ku netes lagi. Hari ini hari yang luar biasa aku lelah dan masih terasa demam. Tapi hati ku masih sakit.
Kenapa begitu sesakit ini. Apakah aku sakit karena jalan hidup ku seperti ini? Harus nya di masa kehamilan ku aku bahagia! Nyata nya apa!
Atau aku sakit hati karena melihat Varo lebih memilih Deasy? Apa aku terlanjur menyerahkan hati ku padanya juga?? Tidak mungkin secepat ini kan. Bahkan dengan Arland aku perlu waktu lama untuk meyakini aku mencintainya.
Pintu ini sedikit bergoyang dan knop nya naik turun. Ada suara suara Varo diluar sana. Hanya saja suara air kran lebih nyaring. Jadi apa yang ia katakan percuma. Aku juga tidak mau dengar. Bahkan aku memasang headset ditelinga agar menenangkan pikiran ku.
20 menit kemudian aku melepas headset lalu mematikan kran setelah knop ini tak bergerak lagi.
Seperti nya Ibu sudah berhasil menyeret nya keluar. Secara Ibuk juga punya kunci cadangan kamar milik ku.
Aku membuka pintu pelan hingga lebar dan benar saja Varo sudah tidak ada di kamar ku lagi. Karena penasaran aku keluar.
Terdengar suara pukulan keras dan jeritan. Aku segera mendekati pagar pembatas.
Di bawah sana kulihat Ibuk sedang memukuli pantat Varo dengan pemukul kasur dari rotan.
" Ampun Buk.. Jangan pukul lagi" Teriak Varo disana yang melompat lompat menghindari serangan Ibuk.
" Keluar ga kamu Vian!!! " Kata Ibuk disana tanpa ampun terus mehajar Varo.
" Tapi saya harus bicara dengan Fayza Buk.. "
" Bicara pala mu!! Urus sana pacar mu itu. Jangan mainkan Fayza!! Ibuk sudah terlanjur kecewa sama kamu... "
" Saya bisa jelaskan Buk.. "
" Ga ada ! Pergi ga!! Atau ibuk teriak nih. Kamu tau disini sudah berdiri kompeni emak emak anti pria hidung belang"
Ancam Ibuk disana lebih sangar. Dan siap melayangkan rotan itu ke wajah Varo.
" Oke oke Buk. Ampun!! Emak emak 1 aja saya diserang brutal seperti ini apa lagi sekampung" Keluh Varo misuh-misuh disana.
" PERGIIII" Teriak Ibuk sangat nyaring.
Varo beringsut ia segera berlalu dengan cepat dan ada keanehan disini jalan nya lancar. Tidak pincang lagi. Apakah itu Vian??
Spontan aku lari kebawah. Tapi kemudian berhenti lagi. Di bawah sana Ibuk mehadang ku dengan pemukul kasur penuh dengan kecaman. Apalagi Ibuk benar benar mengerikan. Ia menggunakan rol rambut memenuhi kepala nya. Lalu daster besar dan seringaian gigi nya disana. "Mau kemana kamu??? "
*
*
Fix 5hari aku demam. Dan hanya berada dikamar berjibaku dengan buku-buku di dalam kamar. Aku mempelajari tentang Saham selama 5 hari ini. Juga aku menghubungi Dosen lain di kampus ku untuk menjelaskan tentang saham selama itu juga Leo membantu ku mengatur menghubungi para investor dari pusat yng di Jerman. Bahkan Leo juga mendiskripsikan semua karakter pemegang saham untuk persiapan ku di rapat nanti.
Dan akses dari mana Varo kemaren bisa masuk sudah aku blokade. Heran kenapa ada tempat jalan seperti itu dirumah ini. Dan Varo juga apakah ia dulu sering keluar masuk dari jalan itu. Mungkin saat ia pulang clubbing? Entah lah selama 3 hari ini aku mengalihkan pikiran ku hanya pada buku dan terus berkomunikasi dengan Leo. Kalau Varo? Aku tak tahu lagi kabar nya gimana. Aku memblok nomor nya dan yang aku tapi dia ada nekat kerumah dan tidak tau bagaimana ia mehadapi Ibuk juga Papa. Intinya aku tidak akan memunculkan wajah ku sebelum hari ini tiba. Leo banyak membantu ku. Dan dia juga siap menemani ku ke V.E untuk rapat hari ini.
Aku mematut diri ke cermin. Stelan jas semi formal berwarna abu rokok. Bagian depan kancing nya aku lepas. Perut ini sudah mulai sedikit besar. Tidak terasa sudah 3 bulan.
Ingat aku melakukan nya bukan untuk mengendalikan Varo tapi untuk memberinya pelajaran.
Ponsel ku berbunyi. Ada nama Leo disana.
Di bawah aku segera masuk kedalam mobil yang menjemput ku. Tentu itu Leo.
" Siap hari ini Nyonya? " Tanya Leo mengulas senyum. Kacamata hitam bertengger di hidung nya yang mancung.
Aku hanya membalas senyum nya dari spion dalam ini. Leo lalu mengangguk dan mobil ini bergerak meninggalkan rumah. Aku sudah menjelaskan dengan Papa dan Ibuk tujuan ku ke V.E
Walau Papa setengah menolak tapi aku tetap menuntut tentang hak ku yang sudah memilih tujuan sendiri. Ya untung nya Papa mengijinkan. Mungkin juga amarah nya sudah berkurang separuh.
45 menit kemudian. Mobil sampai di depan V.E
Seseorang membuka kan pintu untuk ku. Dengan tenang aku keluar dan disini aku juga punya bodyguard sendiri. Semua nya sudah di atur oleh Leo. Pagi ini pasti semua nya kaget dengan rapat mendadak yang sudah di atur. Dan benar saja. Dua detik berselang. Mobil Ferrari hitam berhenti didepan.
Leo melirik kearah ku kami tau umpan yang kami tebarkan sudah keluar dan disana dengan tergesa orang-orang Varo membuka kan pintu tuan nya.
Pria itu juga keluar dengan cepat, disana ia mengenakan pakaian terbaik nya sambil merapikan kancing jas dan disana semua tampak berbobot mahal. Hal yang unik adalah ia tumben keluar di depan sini bukan jalur khusus. Apakah ia juga sudah mengikuti ku dibelakang secara dia masih menempatkan orang-orang di dekat rumah ku. Mungkin saja tapi aku tak peduli!
Mata kami bertemu. Yang ku rasakan adalah sorotan nya yang ingin menarik ku kesuatu tempat lalu menyekap ku. Terlihat juga sorot kemarahan nya disana Mungkin ia sudah tau tentang semua saham nya sudah dibalikkan atas nama Fayza. Itu artinya ia tau kalau stempel itu ada ditangan ku.
Gigi nya tampak menggeretak disana. Tapi aku hanya mengulas senyum kemenangan. Dan dengan cepat ia menaiki tangga sepertinya siap menyerang ku. Aku diam saja di samping ku Leo pasti melindungi ku dari monster mesum itu.
Ia berdecih setelah melihat Leo dan barisan bodyguard lainnya melindungi ku dari depan. Dan matanya juga menohok ke arah Leo aku tau ia mengunpat banyak kata pada Leo.
" Selamat Pagi Tuan Alvaro!! " Sapa ku dengan senyum sinis.
" Hah.. Ternyata kalian sama sama busuk!!! Jadi kalian sudah puas sudah mencuri semua saham ku??? " Katanya disana dengan nada tinggi.
" Maaf tuan Alvaro. Anda bisa dipenjara dengan tuduhan yang anda sampaikan. Disini saya memiliki hak akurat atas saham yang saya miliki, ah.. Sebaiknya kita bertemu di atas okey. Aku rasa anda tidak mau nama anda kembali di sorot publik" Cecar ku dengan anggun. Lalu segera berbalik dari sana.
" Fayza... " Ia memanggil ku tapi aku terus melangkah masuk kedalam.
Author Pov
Atmosfer di ruangan ini terasa mencekam. Semua petinggi pemegang sama V.E dari pusat Negara Jerman sudah berkumpul. Bahkan Varo tampak kaget dengan orang-orang disana yang muncul. Ada yang sekutu ada juga yang rival. Ia tau semua yang datang nya di bantu oleh Leo. Pengkhianat yang sudah menikam nya dari belakang lalu ini. Dan Fayza! Varo merasa sangat meremehkan wanita itu. Ia sangat lancar berbahasa inggris bahkan pembahasan nya sangat luwes dan mempunyai jiwa pemimpin yang tinggi, mampu mengelak setiap tuntutan investor lain serta memberikan beberapa solusi dari perdebatan disana. Parahnya ia mampu melawan pembahas yang seolah tak sepemikiran dengan nya.
Tetap saja Varo masih merasa terhibur dengan Fayza di ruang rapat yang diisi oleh pemegang saham terbesar di V.E dari beberapa negara luar yang tentu punya background tidak main-main.
Ini Fayza!! Wanita yang hanya mengerti di dunia keuangan malah begitu pandai dalam mematahkan dan memutar balikkan orang yang menyanggah nya. Ia rasanya di lempar dengan kotoran basah. Bahkan dalam jiwa pemimpin nya ia masih merasa kalah dengan Fayza. Semua apa yang di lontarkan Fayza seolah mengandung sihir yang seolah harus menurut apa yang dihendaki wanita itu. Walau berita buruk nya
Saham atas nama nya hanya 1% disini. Atas nama dan stempel resmi ia menyerahkan semua nya ke istri nya Fayza. Itu artinya jabatan nya sebagai presdir hanya simbol semata. Bahkan kalau Fayza memang ingin menendang nya ia pasti sudah dilengserkan dari jabatan itu. Hanya saja yang aneh disini. Saat ia tau berita itu ia tak merasa sakit hati di serang Fayza. Malah ia merasa tertantang untuk membiarkan wanita itu berbuat semau nya. Ini berbanding terbalik dengan was was nya dulu yang menganggap Fayza sosok wanita munafik yang juga ingin mengincar saham dan kekuasaan nya. Dalam hati Varo ia bangga istri nya itu punya jiwa seperti itu. Walau tadi ia juga menyesal menyebut Fayza dan Leo manusia busuk. Itu hanya spontan mengucapkan karena malihat Leo bak jadi pelindung Fayza. Ingatkan Varo memasukan nama Leo dalam list yang patut di waspadai kepada istrinya tersebut.
Dan final nya. Hasil rapat disana masih mempertahan kan Varo sebagai CEO. Tapi semua nya atas kendali Fayza apapun keputusan Varo harus disetujui Fayza. Dan semua sudah menyetujui peraturan itu. Varo pun tak mengelak mengingat bagaimana Fayza membantai seorang investor dari Inggris yang menuntut untung lebih tinggi. Berakhir rasa malu investor tersebut karena kalah kata-kata dengan Fayza. Dan alasan lain kenapa ia tak mengelak. Image nya sudah hancur oleh Fayza yang seolah memberikan image kepada semua orang bahwa ia dikendalikan oleh seorang wanita yang hanya memberinya jatah 1%. Jumlah yang jatuh meroket dari kepemilikan nya yang 75%.
Kepala Varo sudah tumpanh tindih dengan apa yang Fayza lakukan! Apalagi diseberang nya ,ada Arland yang menghadiri rapat sejak Rapat berlangsung ia tak banyak komentar dan hanya menjadi pendukung Fayza, Varo yakin pria itu ingin mencari muka dengan Fayza walau harus ia akui Arland juga punya wawasan yang luas, mengingat ia juga mantan pemimpin perusahaan yang cukup besar di Negara ini. Jadi gaya bahasa nya juga patut di acungi jempol. Walau ia yakin tanpa bantuan Arland, Fayza masih bisa mengatasi kesulitan nya saat diserang beberapa investor yang notabeni adalah rival nya.
Kedua nya enggan melihat satu sama lain. Di sana Arland segera bangkit. Ia melihat Fayza masih di kursi itu setelah para penghuni rapat mulai pulang. Wanita itu masih sobuk menekuri laptop nya sesekali ia berbisik dengan asisten yang dulu menempel dengan Varo dan sekarang tampak sangat dekat dengan Fayza. Tapi buka itu yang Arland pikirkan ia mencium bau tak beres dari hubungan Fayza dan Varo. Ia tau Fayza sudah kembali kerumah nya dulu dan tidak tidak serumah dengan Varo. Bahkan ia juga tau Varo beberapa hari ini selalu datang kesana. Yang ia yakin hubungan mereka sudah semakin buruk. Siapa yang tak senang dengan kesempatan itu. Dengan cepat ia segera menuju ke arah Fayza. Wanita yang masih ia cintai di sana yanh tampak sangat mengesankan setiap memperlihatkan taring nya setiap membantai lawan nya dalam adu debat.
" Hmm.. Ibu Fayza. " Iamengetuk meja dan wanita itu menoleh nya sekilas lalu berbalik pada Leo sebentar.
" Tolong kirimkan semua arsip rapat hari ini ke meja ku" Ucap nya disana.
Leo mengangguk lalu meninggalkan Fayza disana. Ia melirik sekilas dengan mantan Boss nya di sana yang hanya mematung seperti kehilangan nyawa.
Fayza mendongak dan melihat Arland dengan dingin. Ia masih kesal dengan Arland tapi tadi pria itu sedikit banyak membantu nya saat ada hal yang membuat nya tak paham dengan apa yang investor sampaikan saat rapat berlangsung.
" Apa kamu mau makan siang dengan ku? " Tanya Arland mengulas senyum.
" Sorry! Aku rasa devisi mu belum ada menyerahlan laporan kalian. Bisa kah itu di kirim secepat nya?? "
Arland terdiam sesaat, ia tau di tolak lagi dan wanita ini memang pintar untuk memojokan seseorang.
" Siap. Aku akan kirim setelah kita makan siang bagaimana??
Fayza melihat Arland datar, pria itu sekarang memang selalu menghargai waktu. Ia merasa di sebelah sana Varo memperhatikan nya seperti camera cctv yang terus menyorot kesatu titik.
" Baiklah.. " Jawab nya disana sengaja didepan Varo. Anggap itu balasan dari beberapa balasan yang akan dia kerahkan untuk membuat pria itu merasa semakin tak berarti. Dan juga balasan pada Arland karena membantu nya saat rapat.
" Yess.. Akhirnya.. " Seru Arland mengerang keras.
" Kita ketemu di restourant" Kata Fayza disana lalu segera bangkit dan berbalik. Diikuti Elysa juga beberapa orang disisi nya.
" Tentu" Sahut Arland lalu segera keluar dari sana juga menyisakan Varo yang merasa
Kepala nya terisi lahar panas.
" Apa dia sengaja melakukan nya?? " Tanya nya gusar mengusap wajah. Wajah kaku nya segera meluntur saat Fayz maupun Arland sudah pergi.
" Mungkin nyonya ingin anda cemburu Tuan! " Bisik Hans disana.
" Menurut mu begitu?? Cemburu? Aku?? " Varo berdecih. Ia tak terima kalu Fayza ingin membuat nya cemburu. Ia tak cemburu tapi ia kesal wanita itu malah menerima ajakan Arland. Sang mantan kekasih.
" Dia mencoreng harga diri ku dengan menerima pria lain. Aku tidak cemburu" Koar nya lalu menendang meja di sana hingga terseret beberapa centi dari sana.
Hans sampai terperanjat disana.
"Dia tidak boleh makan siang dengan Arland!! Siapkan bunga mawar banyak- banyak" Perintah nya membuat Hans senyum senyum menilai angkuh nya boss nya ini dengan tak mengakui cemburu tapi malah mau merayu istri nya itu dengan bunga.
" Apa yang kau senyum kan?? "
" Siap! Hans segera hormat dan diam seribu bahasa.
" Potong gaji separo! Sekali lagi kamu senyum-senyum. Bulan ini gaji mu ludes" Ancam Varo membuat Hans hanya terbengong.
Dengan gusar Varo bangkit dari sana. Rasa nya ia mau mengoyak kepala orang. Sekali lagi ini bukan karena kehilangan kekuasaan tapi kesal istri nya malah mau kencan dengan mantan pacar.
Setengah jam ia berkutat dengan semua dokumen yang masuk.
" Siska.. Masuk" Teriak nya dari interkom.
Wanita yang sudah menjadi sekretaris nya selama bertahun tahun itu masuk dengan cepat.
"Apa apaan ini... " Varo menggepak dokumen disana.
" Acara nya kenapa banyak di ganti! Ini semua acara sampah" Dengan keji ia mendorong semua dokumen di meja itu hingga berhamburan dilantai membuat Siska hanya bengong dan kaget.
Disana Varo tampak sangat kesal.
" Ini semua dari rekomendasi Nyonya Pak. Dia menilai semua nya dulu baru masuk kesini" Kata Siska menjelaskan kan.
" Fayza! Hah tau apa dia dengan dunia hiburan. Otak nya hanya berisi angka neraca saja kan. " Omel Varo mulai mengalami efek dari kekuasaan Fayza.
" Tapi tadi nyonya sangat pintar Pak"
" Ya aku tau- apa! Yaaa! Kamu mau berkomplotan dengan Fayza juga!! " Damprat Varo lalu melempar pulpen nya ke lantai. Ia melihat Siska dengan kesal.
" Tidak pak. Maaf saya hanya mengatakan yang sebenarnya!"
" Aku benci sebenarnya!! Dan kamu jangan menjawab!! " Cecar Varo membuat Siska hanya bisa mingkem.
" Aku akan bicara dengan nya" Kata Varo kemudian sambil merenggangkan dasi nya yang mencekik.
" Ah. Itu-
" Apa?
Siska tampak ragu. Dan diam lama.
" Apa kenapa?? "
" Saya boleh menjawab nya? " Tanya Siska dengan wajah polos.
Varo rasanya mau meledak. Ia kesal akhir akhir ini orang-orang nya jadi bodoh semua.
" Ya sekarang kamu mau bicara apa!! " Ucap nya dengan suara menahan amarah.
Siska mengulum senyum. Ia memang gemas dengan Boss nya ini. Kadang bikin kesal tapi kadang bikin gregetan.
" Nyonya sedang keluar Pak"
" Keluar??? " Varo melihat jam tangan masih jam 11. Apa mereka memajukan jam makan siang nya.
"Dengan si songong itu? Arland?? "
" Betul pak" Sahut Siska dengan antusias ia lalu kemudian menunduk lagi.
" Kok bisa? Hans mana Hans. Tadi aku suruh dia beli mawar yang banyak.. ! "
" Belum kembali pak"
Disana Varo rasanya mau mengutili Hans. Sudah 2 jam Hans pergi dan belum kembali.
" Cari tau kemana Fayza makan siang" Perintah nya disana sambil menarik rambut nya yang mulai memanjang.
" Baik pak" Sahut Siska lalu segera ijin undur diri.
Varo semakin menendang nendang dokumen dilantai dengan kesal.
Ponsel nya lalu berbunyi.
Ada nama Fendi disana.
" Ya ada apa?? " Tanya nya sedikit meredam amarah.
" Pak. Ini saya lagi menemani Nona belanja tapi semua kartu di tolak" Kata Fendi disana dengan berbisik.
Varo memejamkan mata. Ia tau penyebab nya. Semua saham sudah di alihkan jadi kartu nya yang berhubungan dengan perusahaan ini tentu juga sudah di blokir oleh Fayza.
" Nanti Hans akan kesana bayar Cash" Sahut Varo mengepal erat ponsel ku itu.
" Baik!! "
Varo kembali menghempaskan bokong nya berputar di kursi kebesaran nya sambil meredakan rasa campur aduk yang ia rasakan.
" Ha ha haaaaa" Ia malah tertawa dengan nyaring disana meluapkan semua kegilaan yang terjadi hari ini.
" Hebat sekali kamu Fayza!! Sebenarnya mau kamu apa!!!" Geram nya mengusap muka!