Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 55 - Lima Puluh Lima

Chapter 55 - Lima Puluh Lima

Pov Varo.

Aku melepaskan tangan Deasy yang melingkar.

" Kamu tidak perpengaruh dengan perkataan Mami kamu kan Varo?? " Deasy kembali menarik jari ku.

Ia menatap ku dengan rasa was-was.

" Kamu jangan begini Varo aku mohon. Aku tidak punya siapa siapa yang aku percaya dan aku sayangi. Kita sudah bersama bertahun tahun. Kamu janji akan terus menemani ku kan.. "

Deasy terlihat kacau disini. Matanya berair lagi. Seperti hari itu disaat ia mengetaui kedua kaki nya lumpuh. Ia kehilangan arah.

Tangan ku kembali ditarik dan di tangkup ke pipi nya. Bibir mungil nya bergetar hebat.

'' Mami hanya mencintai Vian.. Bukan Varo. Apa kamu tadi tidak merasakan bagaimana Mami sangat ingin menjauhkan ku. Mereka tahu yang memahami Varo hanya aku. Aku Deasy.. Wanita yang sangat mencintai mu.... Kita sudah banyak mehabiskan bertahun tahun bersama!! "

Aku terdiam mendengar rentetan kata demi kata dari Deasy, biasanya aku akan membenarkan semua nya menganggap apapun yang Deasy ucapan adalah benar tapi kemaren Deasy baru saja membohongi ku tentang pemberitaan itu. Aku masih merasa kecewa atau ada faktor lain, dan sekilas aku malah melihat sosok lain yang menangis, bayangan ini baru tadi malam   pengakuan Fayza kalau dia sedikit menyukai ku sebagai Varo bukan Vian.

" Kenapa kamu malah tersenyum? Apakah aku sedang buat lelucon"

Aku tersentak melihat raut Deasy yang menatap ku dengan pandangan bertanya juga tersinggung.

Aku mendehem keras.

" Varo... " Seru nya menghempas kan tangan ku.

" Katakan apakah kamu sudah jatuh cinta dengan Fayza?? "

" Aku! Itu tidak mungkin.. "

" Kenapa kamu susah sekali di hubungi! Kau tau. Aku bersumpah kalau tadi kamu tidak datang aku akan bunuh diri lagi..!! "

Aku membungkuk dan menggenggam tangan Deasy.

Dia masih cemburut disana.

" Jangan seperti itu Deasy! Kalau kamu melakukannya aku menganggap kamu sengaja ingin menekan ku! "

Mata nya disana menajam dengan bibir mengantup rapat. " Aku tidak seperti itu" Ucap nya dengan suara kembali rendah.

" Jangan bertindak sesuatu yang tidak aku suka Deasy! Kau tau aku sudah selama ini menepati janji ku! Tapi tidak seharusnya kamu menggunakan nyawa mu lagi untuk menekan ku! Kau tau aku tidak suka di tekan! " Ucap ku dengan sedikit rasa kesal menyulut. Aku berdiri disana tapi tangan ku masih ditahan nya dan ia kembali menangis kali ini dengan sesegukan.

" Varo.. Kenapa kamu semarah ini. Kamu tau aku sudah membuat kesalahan. Aku sudah sangat ketakutan kehilangan mu... !, apa kamu berubah seperti ini karena Fayza mengandung anak mu! "

Ia menarik ku kesana dan membekap ku lagi

" Aku juga ingin mengandung anak mu Varo!! Tentu nya kita sama sama mencintai. Anak anak kita akan menjadi pelengkap hidup kita... " 

Ia lalu mengurai pelukan nya dan dengan manik mata nya yang hitam seperti mata anggur itu menggeriyang kearah ku. Yang terpikirkan oleh ku adalah kepantasan Deasy untuk mengandung anak ku! Aku adalah anak yang tak diharapkan. Jadi aku merasa perlu seorang wanita yang benar benar aku inginkan mengisi rahim nya dengan darah daging seorang Varo. Ya walau Fayza yang mengisi nya adalah Vian. Tapi aku merasa ada jiwa ku disana saat melihat usg itu.

" Kenapa kamu diam saja. Apakah karena aku lumpuh. Kamu ragu untuk aku memiliki anak kita?? "

" Bukan seperti itu Deasy! Aku rasa ada yang salah disini!! Aku tidak tau apa! Aku menyukai mu dan kita selalu sama sama. Hanya saja...

" Hanya saja apa?? " Cecar Deasy dengan nafas memburu.

Ponselku bergetar seolah menyelamatkan ku dari rentetan Deasy. Aku menggopoh saku Ada nama Siska disana.

" Aku ada telepon! Masuk lah kedalam!! " Kata ku lalu mengisyaratkan seseorang disana untuk mengantarkan nya kedalam.

Aku segera berbalik dan keluar dari sana dengan buru-buru seolah kabur dari situasi barusan.

Aku tidak boleh mengambil keputusan secepat ini!! Aku perlu memastikan nya dulu. Itu yang aku pikirkan.

" Ada apa? "

Terdengar suara suara dibelakang Siska.

" Sebentar Ely. Biar aku tanya! " Kata Siska disana. Ia lalu menarik nafas.

" Pak.. Maaf! Apakah Nyonya ada bersama anda? "

" Fayza? Apa dia ada menemui mu? " Tanya ku balik. Kali ini dadaku rasanya menyempit dan siap meledak. Bahkan saat Siska bertanya seperti itu membuat ku kelimpungan duluan. Berbeda saat Andi memberi tahu kalau Mami dan Tasya menyerang kerumah Deasy tadi sore. Aku masih bisa menandatangi beberapa dokumen sebelum berangkat ke sini.

Siska membuang nafas lalu berbisik lagi dengan orang bersama nya.

" Tidak ada! " Ia seperti bicara dengan orang lain.

" Waduh. Kemana dong! Gue bisa pengangguran niiih" Itu suara mirip sekretaris Fayza, suara nya khas sekali karena terlalu cempreng.

Aku melihat jam tangan. Ini sudah jam 7 malam. Apakah Fayza belum pulang juga. Bahkan aku tidak menerima laporan kalau Fayza sudah pulang.

" Pak maaf! Tadi sebenarnya Nyonya sempat menemui saya. Lalu Hans membawa nya ke rumah anda"

" Apa kamu bilang? Hans?? Dia tidak membawa Fayza pulang...." Kaget ku serasa bingung dan orang nya ada di ujung sana dekat taman lampu sedang merokok sambil ngobrol dengan seseorang bahkan tangan nya tampak seenak nya menoyor orang itu. Aku menggapai gapai tangan kearah nya. Hans tampak kaget dan segera mematikan rokok nya.

" Benarkah pak! Tadi dia memang berangkat dengan Hans tapi, Nyonya memakai pakaian pria. Jas hitam dan berkumis! "

" Hah. Apa kamu bilang. Bagaimana tadi. Memakai baju pria? Dia menyamar? Atau apa?? "

Siska tampak kelabakan disana.

" Elysa bilang kalau Nyonya menyamar karena tidak ingin ketemu dengan Pak Arland saat dikejar. "

Aku hanya bisa tergugu saja! Kulihat Hans mendekat dengan tampang gugup.

" Cepat diskripsikan bagaimana tadi Fayza menyamar?? " Pinta ku sembari menyalakan speaker ponsel.

" Rambut nya kayak rambut mangkok pak. Jas nya hitam. Pakai dasi merah. Dan. Daaaan pakai kumis tipis!! "

Mata ku terbuka membayangkan perawakan yang Siska jabarkan. Mengingat kan ku dengan pria yang siang tadi terus berdiri saat aku berenang.

Apakah itu dia?? Ooh No!!

Aku meringis lalu mematikan telepon. Pantas saja ia bau Parfume Fayza! Ternyata itu dia!!!

" Maaf pak. Ada apa ya pak? " Tanya Hans tanpak cengo disana.

Rasanya mau aku mencabut tulang nya dari tubuh nya ini. Bisa-bisa nya ia lalai dalam mengenali orang. Jelas-jelas ada anggota baru yang tidak dikenal malah bebas seliweran di dekat ku. Bagaimana jika itu adalah rival ku yang menyamar!

" Cepat cari Fayza! Cari pria yang tadi membawakan aku jeruk saat berenang" Perintah ku segera beranjak dari sana.

" Memang ada apa Tuan? Apakah dia menggoda gebetan saya Nona Siska??" Tanya Hans mengekori ku.

" Kalau memang benar saya akan mencongkel mata nya lalu memasukan nya kedalam penggilingan daging Tuan!! "

Aku berhenti mendengar ocehan Hans.

" Sebelum kamu melakukan nya aku lebih dulu mencincang mu! Dia Fayza!! Dia sedang menyamar!! " Erang ku kesal.

Kulihat wajah kaget Hans yang langsung memucat disana. Seolah ada yang ia pikirkan bahkan menepuk jidat nya yang lebar seperti lapangan golf.

Tadi Siska bilang Hans membawanya dari V. E

Apa saja yang ia lakukan bersama Fayza di perjalanan???

Aku menarik kerah nya. " Katakan apa kamu melakukan sesuatu dengan istri ku?? "

Hans tampak tercekik disana tapi aku tak peduli. Aku akan mengutili nya kalau ia melakukan hal tak senonoh pada Fayza!

" Tidak ada Tuan..

" Jangan membohongi ku!! " Ancam ku lagi. Ia beringsut menatap ku takut.

" Aah saya cuman sekali menoyor kepala nya lalu menimpuk bahu nya. Ampuni saya Pak.. Saya pikir dia sama teman yang lain. Itu sering saya lakukan karena bercanda doang " Cicit Hans disana.

Kepala ku seperti diisi lava yang meletup letup. Membayangkan bagaimana Hans memukul bahunya dengan keras lalu menoyor kepala Fayza dengan kuat. Itu tidak ada di sejarah kata maaf untuk Hans.

" Aku akan menghukum mu nanti! Cepat sekarang cari dia" Bentak ku sangat kesal lalu mendorong Hans hingga terjatuh ke lantai. Ia segera bangun dan lari pontang panting.

" Ya ampun Fayza!!! Kamu ada dimana!! " Erang merasa tak tenang.

" Kenapa dengan Fayza. Apa yang terjadi?? "

Aku menoleh kebelakang. Deasy menunggu ku dengan raut cemas. Apa dia mendengar percakapan ku barusan?

" Dia belum pulang!"

" Belum pulang? Maksud nya? Ah.. Apakah dia bersama Arland?? "

Mata ku menyipit. " Arland?? "

Kulihat Deasy yang mengangguk " Tentu dia pasti bersama Arland. Kamu tidak usah khawatir. Arland pasti sedang-"

" Kamu cepat masuk kedalam udara nya sangat dingin. Aku akan mencari nya dulu" Kata ku memotong perkataan nya barusan. Membuat ku ingin mengamuk saja.

segera aku beranjak dari sana. Tapi pikiran ku terasa memburuk. Apakah ini firasat.

Bahkan aku mengabaikan panggilan Deasy di belakang sana.

" Kapan itu terjadi? " Kulihat Hans sedang menarik kerah seseorang. Di depan Gerbang utama. Aku bahkan baru keliling mencari cari sosok yang dijabarkan Siska. Menarik satu persatu pengawal ku yang menyerupai perawakan Fayza. Tapi tidak ada yang mirip pria itu. Nafas ku sampai lari-larian.

" Tadi sore Bos. Sebelum hujan.. saya melihatnya keluar dari pintu" Kata orang itu, segera aku mendekat lalu menarik nya juga.

" Benar apa yang kamu lihat. Apakah dia berkumis?? "

Wajah nya semakin pucat. " Iya tuan. Dia orang baru! Saya baru melihatnya ! "  Aku melepaskan nya.

Sebelum hujan! Itu 2 jam yang lalu. Sambung nya lagi membuat ku ingin melampiaskan kemarahan ku pada Hans.

" Siapkan mobil" Perintah ku pada Hans dengan berteriak.

Hans muncul dengan mobil Ferrari milik ku. Aku segera masuk kedalam.

" Ke apartemen Arland. Cepat!!!"

Hans segera melepas gas dan mobil itu meleset laju. Kepala ku isi nya berbagai macam spekulasi. Dan menyesal kenapa tadi aku tidak menggeledak Fayza saat menyamar. Harus nya aku menggeledah nya dan penyamaran terungkap.

" Kamu pasti kesana kan Fayza! Bersama kekasih mu!!aku akan menyeret mu pulang!  Lihat saja" Kata ku lalu memukul kursi depan dengan keras.

Baru saja  mendumel tau tau tubuh nya menjorok kedalam dengan cepat. Mobil ini tiba-tiba direm mendadak! Apa apaan Hans ini. Apa dia benar benar ingin berakhir di kandang singa!!

" Kamu mau mati!!! " Gusar ku ingin sekali menarik batang leher nya dari belakang.

" Maaf Tuan. Didepan.. Ada wanita! " Kata Hans disana menatap lurus kedepan dengan tubuh menegang.

Aku melihat lurus kedepan.

Benar kata Hans. Mobil ku nyaris saja berlumuran darah. Wanita gila mana yang menghadang mobil ditengah jalan seperti ini.

Tunggu!!. Aku menyipitkan mata menelaah rambut cokelat madu disana yang berantakan juga basah. Wajah nya tertutup sebagian rambutnya tapi ia tampak sangat pucat seperti mayat. Semua baju nya basah kuyub. Lalu stelan itu? Jas hitam dan dasi merah. Meski kemeja nya sudah awut awutan tapi dasi merah seolah menjadi patokan ku. Lalu wanita ini melorot kebawah.

Segera aku tarik pintu dan keluar untuk meyakinkan. Semoga saja salah. Ini bukan Fayza. Dia tidak akan hujan hujanan di tengah angin deras seperti ini. Rasanya dada ini kembali terhimpit beban berat merasakan perih kalau itu terjadi. Dan pasokan udara ku seolah menghilang entah kemana setelah melihat wanita ini yang mengigil kedinginan.

" Izin kan kan aku menumpang sampai depan.. " Ucap nya disana lalu menoleh. Angin kembali memainkan rambut nya yang basah. Dengan dibawah lampu jalan yang berwarna orange membuat garis mata wanita ini tebal dan ranum bibir itu seperti membiru.

Mata ku merosot sempurna dengan deguman hebat di sela jantung ini. Dia memang Fayza. Menggigil dengan bibir pucat dan kulihat kaki nya telanjang di atas aspal yang penuh kerikil ini. Bahkan mata ku tak lepas melihat bercak bercak merah di sana. Apa dia terluka. Apa yang terjadi dengan nya!!!

" Fayza! Kamu!! "

Fayza ikut terkejut disana. Ia segera berdiri lagi dan Bahu nya mundur kebelakang.

" Varo..

" Kenapa kamu disini! Kenapa baju mu basah dan kaki mu?? "

Cecar ku merasa Phenumia mendadak.

Fayza melihat kearah kaki nya lalu ia mengangkat kepalanya dan dagunya bergetar hebat.

Sorotan nya seolah mengingat sesuatu. Alisnya lalu bertautan memandang ku seperti sesuatu yang menjijikan.

" Cepat lah masuk. Kamu bisa masuk angin kalau begini" Aku segera menarik pinggang nya. Tapi badan nya mengeras.

" Aku sehat!!. Kamu bisa pinjamkan ponsel mu saja. " Katanya disana lalu menepis kasar tangan ku. Rasanya aku terpukul diperlakukan seperti itu. Walau Fayza sering menolak ku dan memberontak tapi sekarang suasana nya berbeda.

" Kamu bercanda! Pulang sekarang! Kamu bisa sakit! " Aku mencoba nya lagi dan ia kali ini menghindar seolah aku ini virus yang menjangkit ke kulit nya. Lalu dengan cepat ia malah lari dari depan ku.

Aku sampai kagok. Apa yang di lakukan? Lari?

" Fayza.. Ya. Hey Fayza" Teriak ku lalu mengejar nya. Badan nya tampak lemah  aku jelas lebih unggul menyusul nya.

" Kami puaskan sekarang! Kamu mau ketawa. Ketawa saja melihat ku begini" Katanya disana malah mengomel. Matanya enggan melihat ku bahkan selalu menghindar saat aku mau menyentuh nya.

" Kamu bicara apa!! "

" Jangan menyusul ku. Lebih baik kamu temani kekasih mu pindah rumah! Dia sangat kasihan terus mendapatkan perlakuan buruk oleh keluarga mu!

Apakah dia ada di saat Mami dan Tasya menyerang rumah Deasy? Apa saja yang ia lihat dan dengar?

" Ikut aku dulu!! " Kata ku enggan banyak bicara. Tubuh nya disana sudah sebasah itu. Aku menarik bahu Fayza lalu mengangkatnya nya menggendong nya kedalam tangan ku. Ala bridal style.

" Jangan berontak. Kalau jatuh nyawa anak kita dalam bahaya" Peringat ku susah payah menenangkan nya. Akhirnya ia diam walau masih berdecih mendumel pelan, katanya aku sok peduli dengan anak!!! Aku menahan rasa tersinggung dan membiarkan ia masuk kedalam mobil dulu. Kesehatan Fayza lebih penting!

" Matikan AC. Lalu keluar" Suruh ku pada Hans.

Hans melongo disana.

" Kamu tuli? Keluar"

" Baik tuan"

Kemudian Hans keluar. Aku segera berlari memutar dan mengemudikan mobil menepi. Kemudian keluar lagi untuk masuk ke belakang.

'' lepaskan baju mu  kamu bisa sakit! " Kataku seraya menarik jas hitam pria yang ia pakai. Jas itu dingin sekali dan juga pasti berat terkena air. Tubuh nya yang ringkih begitu apakah bisa tahan dengan berat baju yang ia pakai.

" Aku tidak mau!! "

" Menurut lah. Lepaskan baju mu semua nya..

" Plak!! "

Tamparan keras kembali kurasakan. Tadi dari Tasya sekarang Fayza. Aku melihat nya frustasi. Tamparan Tasya saja masih membekas di tambah Fayza!

" Pikiran mu hanya s*ks?? Menyuruh ku telanjang lagi?? "

" Walau kamu sangat menggoda tapi aku tidak mau bercinta dengan tubuh wanita yang lemah! " Kata ku lalu menarik kerah jas dan melepaskan nya dengan paksa.

Aku segera melepaskan jas ku dan kemeja yang aku pakai. Hingga tersisa kulit. Aku juga melepas celana ku menyisakan kolor pendek bergaris hitam putih.

" Lepas dan ganti baju mu dengan ini!! , pakai celana nya juga kalau perlu. Kamu bisa masuk angin!!Perintah ku dan meletakkan nya disamping  duduk wanita ini. Lantas aku keluar untuk memberi nya kenyamanan. Tubuh ku langsung disambut angin malam yang kencang. Rasanya dingin nya sampai ketulang. Tak membayangkan bagaimana tadi Fayza bisa bertahan.

Tak jauh dari ku Hans masih disana. Ia tampak bengong melihat ku keluar dengan tanpa baju dan hanya celana kolor pendek. Lalu kaus kaki sepak bola lengkap sepatu pentopel mahal ku.

" Lihat apa! " Hardik ku serasa ia mau menahan tawa melihat ku seperti ini. Ia langsung langsung diam seribu bahasa.

Demi apa aku melakukan  ini...??? Tanya ku dalam hati.

Tapi tiba-tiba kemudian  suara mobil menyala. Dalam beberapa detik  mobil ku malah pergi dari sana. Aku kaget. Fayza kabur dengan meninggalkan ku dengan keadaan seperti ini??

Aku mengejar nya tapi jelas menang mesin.

" Sial . Fayza... Awas kamu" Teriak ku dengan nafas memburu, Tapi setidak nya ia berada di tempat yang hangat dan aman sekarang. Beruntung ini bukan pinggir jalan yang ramai. Kalau tidak aku akan menanggung malu seumur hidup. Ini baru pertama kali seorang Alvaro seperti ini.

*

*

*

Aku tidak ingat bagaimana cara nya aku bisa menemukan jalan pintas menuju kamar ku dulu. Apakah ini ingatan Vian. Kenapa akhir akhir ini aku merasakan ingatan Vian terus muncul. Jangan bilang aku dan dia malah menjadi satu! Itu tidak mungkin aku dan Vian beda karakter.

Aku sudah berada di ujung lorong lantai 2 rumah Fayza. Aku memanjat dari pagar dibelakang rumah. Lalu mengarah pada genteng. Dan aku melakukan nya seperti sudah sangat lihai. Ada genteng khusus yang bisa di buka tutup. Setelah masuk akan ada cahaya lampu. Dan disana adalah tempat penghubung lain di salah satu sudut rumah.

Mungkin Vian sering melakukan nya saat pulang kemalaman. Dan ternyata ini masih bisa aku lakukan. Sangat bahaya rumah ini  bagaimana jika da maling atau perampok masuk dengan jalur yang sama!!

Aku menuju kamar Fayza. Sesaat aku terhenti. Jantung ini seperti mau copot. Pintu didepat ku bergerak. Lalu muncul bocah kecil yang asing. Siapa itu?? Aku segera menunduk dan menutupi kepala ku dengan hodi jaket yang aku pakai. Aku sudah berpakaian ya bukan koloran seperti tadi!

Oh. Farrel. Eh.. , aku diam sesaat.

Aku tidak ingat bagaimana mengetahui nama bocah itu. Tapi bagaimana bisa aku menyebut nama nya. Ini sungguh tidak mungkin aku dan Vian berbaur jadi satu kan!!!

Aku membungkuk dan melihat bocah itu turun. Dengan cepat aku segera lari menuju pintu kamar ku dulu. Kamar Fayza!

" Clek.. Clek.. Clek.. "  Knop nya aku tarik dan aku gedor. Percuma mengetok. Kamar ku itu kedap suara.

Hingga kurasakan ada kunci berputar dilubang kunci dan pintu ini di tarik. Pemilik kamar nampak syok melihat ku. Aku segera membungkam mulut nya yang nyaris menjerit lalu menyusup masuk dan mengunci kamar itu. Untuk jaga-jaga kunci nya aku sembunyikan.

" Muka mu girang sekali melihat ku swetty.. " Lontar ku spontan dengan senyum manis yang aku patrikan.

Tunggu. Ini bukan  kata-kata ku!!

Fayza juga ikut diam, tapi kemudian mata nya menyipit lagi.

" Varo! Bagaimana bisa kamu masuk? Tanya nya disana dengan sensor mata membunuh.

" Tidak usah cari tau! Bagaimana keadaan mu? Kamu sudah mandi? Minum obat? " Tanya ku melihat keadaan nya yang lebih terlihat ada darah nya ketimbang tadi sangat pucat. Rambut nya juga sudah kering. Melihat itu aku sangat lega.

Fayza menepis tangan ku ia lalu menuju pintu. " Kamu mengambil kunci nya?? "

" Ya! Percuma mengusir ku pulang  kunci nya aku sita dan kamu tidak bisa teriak juga kan! Oh iya  papa sedang ke Bogor! Aku mengatur pekerjaan mendadak untuk nya" Kata ku dengan bangga.

" Kamu-

" Ya dong. Aku Melviano Andhika Alvaro apa yang- apa yang" Aku kehilangan kata kata.

Aku kenapa ! Aku merasa ini bukan cara ku bicara.

Lantas aku  menaiki kasur itu dan melompat menuju cermin besar disana melihat wajah ku dipantulan itu. Ini aku. Masih Alvaro tapi aku merasa sedang menjadi orang lain.

" Sebaiknya kamu pulang! Aku tidak mau berdebat dengan mu! Aku bisa menghubungi Ibuk di bawah kalau kamu masih disini"

Aku berbalik kearah nya. Ia melipat tangan nya di dada menatap ku dengan sangat tak bersahabat. Datar dan tampak dingin. Bahkan dari sorot nya ia sangat tak ingin melihat ku, ada rasa enggan yang aku rasakan. Atmosfer nya sama seperti sebelumnya saat ia menyuruh ku kembali pada Deasy! Apakah kemarahan nya ada hubungan nya saat masih menyamar jadi bodyguard?

" Bagaimana kaki mu? Tadi kulihat lecet! Itu pasti sangat perih.. " Aku menuju kesana dan menunduk. Fayza malah mundur menepi di pintu itu. Kulihat lecet dikaki nya tampak menghiasi kaki nya

" Tidak usah sok care.. ! Aku bisa mengurus diri sendiri. " Tolak nya lagi. Dua kali aku merasa terpukul dengan penolakannya.

" Aku akan mengobati nya!! Jangan membantah!! " Kata ku sedikit memaksa.

" Aku bilang jangan sok care! Kamu tuli!! " Bentak Fayza membungkam ku. Dia membentak ku???

Aku berdiri lalu mehadap lurus kearah nya menatap nya tajam.

Tapi ia malah balik menatap ku tajam. Apa dia sungguh menantang ku??