Ponsel Varo berdering. Ia menggopoh nya bibirnya mengerut dan tampak bimbang untuk mengangkat nya. Kemudian ia malah mematikan panggilan itu.
Siapa yang menghubungi? Aku ikut kepo. Lalu ponsel nya kembali bunyi. Lagi-lagi ia mematikan nya.
" 3 orang ke rumah Deasy" Perintah nya disana lalu ia beranjak duluan disana. Aku mengikuti tau tau bahu ku di tarik kebelakang.
" Yaaa mau kemana. Ga dengar tadi? " Itu si Hans. Suara nya seperti. Gajah memekikan telinga.
" 3 orang, cepat kesana" Perintah nya kembali mengambil kekuasaan Varo.
Aku mau tak mau mengikuti 2 orang lainnya. Benarkah aku kerumah rubah itu. Rasanya aku tak percaya akan menemui Deasy atau Bella.
*
*
Dan ternyata rumah nya berada dikawasan elite. Tak sembarang orang tinggal di kawasan ini. Apalagi letak nya didalm kawasan yang seolah punya dunia sendiri, jauh dari keramai kota, masuk nya saja berpuluh kilometer. Setelah setengah jam masuk sampai di sebuah rumah tinggi dengan cat putih bahkan di depan nya saja di jaga pengawal. Enak sekali Deasy hidup. Dia sudah menjadi seorang Puteri. Pantas Tasya sangat murka.
" Heh.. Kenapa bengong.. " Seru pria lain di depan ku. Aku segera mengikuti nya masuk kedalam. Rasanya nano-nano menginjak kediaman perempuan lain suami sendiri. Linglung dan juga ada rasa marah. Apakah aku akan menemukan jejak jejak cinta mereka disini!! Uggh rasanya sangat malas merekam jejak pecintaan mereka.
Aku sakit hati?
Benarkah sakit hati??
Logis nya saja Varo sudah berapa kali meniduri ku dan status nya adalah suami ku.
Kulihat wanita itu ada di atas kursi elektrik. Ia mengenakan dress putih dan tampak terburu buru dengan kedatangan kami.
Setelah melihat kami ia terlihat kecewa.
"Varo?? Dimana Varo? " Tanya nya bergantian kearah aku dan 2 pria lainnya.
" Dia sedang sibuk Nona! " Kata salah satu dari kami mewakili.
" Ku bohong.. ! Jimmy..... " Teriak Deasy lantang. Aku sampai mengepakkan bahu mendengar suara nya. Yang kuingat waktu itu suara halus selembut sutera sekarang kenapa ia mirip seekor anjing yang menyalak.
Dari pintu samping muncul pria gemulai yang pernah ku lihat di V.E. ia ikut tergopoh-gopoh menuju majikan nya.
" Apa dia mengangkat teleponmu?? "
" Dimatikan Nona!! Saya hubungi sekretaris nya dia lagi rapat! " Kata pria gemulai ini.
" Rapat?? " Aku mengedikan bahu. Tapi info Varo mematikan telepon dan Deasy sedikit aneh. Apakah yang nenghubungi Vari tadi itu dia?
Kulihat Deasy tampak kesal ia memukuk paha nya berulang kali.
" Cepat katakan padanya kalau tiket kejerman sudah aku pesan"
" Baik Nona" Sahut Jimmy memgambil ponsel nya lagi.
" Jerman? " Aku terdiam kaku dengan nama negara itu. Apakah mereka berdua akan balik ke Jerman??
Rasanya konsentrasi ku meredup.
'' Varo dan Deasy berencana pulang ke sana?? "
Aku butuh pasokan udara. Ajaib rasanya oksigen disini lenyap.
" Ga usah!! Biar aku ke V. E sekarang juga. Siapkan keperluan ku" Teriak Deasy lagi ia lalu memutar kursi itu dan masuk kedalam bak ratu kerajaan.
Aku tertawa kecil. " Mereka akan pergi. Ya.. Mereka akan kembali keasal nya. " Itu yang kurapalkan berkali-kali" Kenapa Varo jahat sekali... Dia mau membawa Vian!!
Aku tergugu sesaat karena dumelan ku membuat orang-orang disana memperhatikan ku terutama si kemayu ini. Aku lekas diam dan berdiri tegak layak nya bodyguard yang lain.
Tapi tiba-tiba kemudian pintu disana di dorong kuat. Semua pengawal tampak siaga kecuali aku yang bengong.
Mata ku nyaris meluruh ke kaki melihat siapa yang datang.
Seorang wanita yang masih cantik dengan beberapa kerutan nyaris tak terlihat di pelipis matanya. Ia mengenakan hijab besar dan gaya nya sangat mirip penyanyi kondang Evi sukaesih. Plus baju yang berat dengan banyak permata dan tak ketinggalan kipas bulu membahana disana.
Lalu disebelah nya seorang gadis mungil dengan baju ala barbie dengan rambut hitam pekat dan pendek. Tasya terlihat sangat unyu dengan pakaian dan stlye itu tapi raut nya tak ramah ia memicingkan mata disana.
Ya didepan ini Mami dan Tasya.
Apa yang mereka lakukan disini??
Aku segera menyingkir sebelum di terjang Mami.
" Panggil kan Rubah itu!! " Suara Mami menggelegar.
Wajah nya penuh dengan kemarahan. Mami dan Tasya juga bawa preman pasar di belakang. Seperti nya Mami ngumpulin preman pasar ikan yang banyak. Terlihat jelas perawakan mereka yang sangar. Bahkan kalau di tatap mereka mengeluarkan gigi nya seperti singa saja. Aku saja ikut mengedik ngeri.
Pintu putih di sebelah itu terbuka. Tampak Delisha dan Deasy muncul dengan wajah bak malaikat.
" Ah.. Ada tamu! Selamat datang Mami" Kata Deasy dengan manis.
" Jangan panggil aku Mami dengan mulut monyong mu" Ucap Mami menunjuk.
Sumpah. Apa yang dikatakan Mami spontan membuat ku tertawa. Harus nya mulut laknat kan tapi kenapa monyong???
Dan itu membuat mereka disana melihat lagi kearah yang tertawa sendirian. Aku segera menunduk.
Deasy tersenyum manis. Ia terlihat tenang disana berbeda dengan Delisha yang mengobarkan sorotan amarah nya terutama pada Tasya. Aku ingat Tasya lah yang membuat rambut indah Delisha jadi cepak begitu. Wajah Delisha tampak semakin bulat dan chabi. Sebelum nya yang kuingat ia menggerai rambut panjang nya kedepan untuk menutupi bentuk muka nya yang lebar kesamping.
" Kita bicara baik baik dulu ya Mami! Mami kan ada tekanan tinggi! " Kata Deasy disana seolah peduli dengan Mami.
" Diam! Ga ada istilah bicara baik baik! Tasya mana... " Mami mengenadahkan tangan dan Tasya segera memberikan buku kecil panjang.
Setelah Mami mengambil nya ia melempar buku kecil itu ke lantai. Dan itu ternyata buku cek yang sudah di bubuhi tanda tangan dan cap perusahaan.
" Tulis nominal yang kamu mau! Tinggalian Vian! " Kata Mami sangat arogan disana sampai bibir seksi nya naik naik keatas.
Deasy tampak menahan senyum.
" Anda salah menilai saya Mami. Saya tidak perlu uang Mami. Yang saya ingin kan restu Mami!" Ucap Deasy disana masih terlihat tenang. Ia juga mengulas senyum manis nya.
Aku baru tau bagaimana Deasy bersikapm ia manis seperti gula. Tapi saat berteriak tadi seolah karakter ini berbanding terbalik. Apakah seperti ini ia meracuni Varo.
" Ck!! Ga perlu uang Mami. Tapi uang abang gua udah berapa digit loe buang buang hah!!!! " Koar Tasya.
" Astaga! Kamu jangan salah paham adik ipar. Aku juga punya uang sendiri! " Sergah Deasy disana membuat Tasya semakin merah wajah nya.
" Sekali lagi panggil aku adik ipar jangan salahkan air keras yang kubawa ini melayang kewajah kamu! " Ancam Tasya disana, sedikit banyak membuat Delisha maupun Deasy waspada dan bodyguard dibelakang nya maju.
Aku sampai takjub dengan ancaman Tasya, dia bilang lagi? apakah Tasya sudah pernah menyerang Deasy dengan air keras? Air keras sungguhan kah? Ya ampun! Tasya dia nekat sekali! Itu sesuatu yang kriminal.
" Kamu akan mehabiskan hidup kamu di penjara sayang! " Kata Deasy menyikapi ancaman Tasya.
" Aku ga peduli sayang. Yang penting kutu busuk seperti loe jauh jauh dari abang gue" Sahut Tasya memang harus aku acungi jempol. Keberaniannya sungguh besar. Dan Mami disana juga menyunggingkan senyum angkuh, mendukung tindakan puteri nya. Padahal pasangan ini kalau lagi nonton drama korea atau India bisa nangis bombai, ternyata mereka punya hal yang tak terduga.
" Apa Mami kesini karena kecewa putera angkat anda lebih memilih saya? Ah.. Apa anda tau kami akan kembali ke Jerman secepat nya. Jadi tolong jangan buang energi kalian.. " Ucap Deasy ringan tapi ia seperti tertawa disana.
" Apa ke jerman! Mimpi loe. Abang gue ga mungkin gitu! Dia punya istri dan anak tau ga. Loe benar benar ya mau... " Tasya lepas kendali. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. Seketika itu suasana jadi ricuh. Pengawal disana segera melindungi Deasy dan Delisha mereka juga berhasil masuk kembali ke dalam pintu disana.
" Kyaaa dasar mak lampir As*!! " Teriak Tasya di bentengi orang orang yang mencekal nya. Tapi preman yang di bawa Mami juga segera membantu Tasya dari cekalan mereka.
" Kalian sebaiknya pergi! Kalian bisa di tuntut karena melakukan penyerangan disini" Kata Jimmy disana mengancam. Mendadak suara gemulai malah jadi laki lagi.
" Hey cowok setengah jadi. Loe berani ngancam kami hah.. " Tasya naik pitam dan tiba tiba ia memanjat di tubuh pengawal yang memegangi nya. Aku sampai tak bisa bernafas melihat atraksi Tasya, ia dengan mudah naik ke tubuh pria itu seperti kucing. Lalu ia meluruskan kaki nya dan sekali tendang berhasil menedang rahang Jimmy dengan sangat keras.
Gubraaaak
Jimmy roboh seketika. Tasya melompat seperti katak turun ke lantai lalu menepis kedua tangan nya sambil menyunggingkan senyum. Membuat bodyguard sekeliling tambah siaga.
" Makanya jangan coba-cob-...
Suara lain di belakang mengalihkan perhatian disana.
Aku juga ikut kaget dengan kedatangan Varo.
" Aah abaaaang" Teriak Tasya langsung bangkit dan berlarian kearah Varo.
" Bang.. Mereka jahat bang orang orang disini sentuh sentuh Tasya dengan genit. Bang.. Kalau Tasya hamil gimana" Seketika Tasya yang tadi menyerupai tupai lincah sekarang malah menjadi korban. Dan Mami juga mengangguk angguk mengiyakan.
" Apa! Benar kah itu?? "
Seketika ia melihat kearah semua nya yang masih bengong dengan penuturan Tasya, termasuk aku yang dari tadi hanya menjadi penonton.
" Tidak benar Tuan.. Itu tidak benar. Mereka ingin melukai Nona lagi" Kali ini Jimmy bangun dengan tertatih, mengusap rahang nya yang tampak miring bahka ada cap sepatu Tasya.
Varo terlihat frustasi disana, hingga kemudian pintu tadi kembali terbuka. Deasy muncul dengan rona ketakutan.
" Akhirnya kamu datang Varo. Aku sangat takut. Adik mu mengancam akan menyiram lagi air keras ke wajah ku. Aku bukan hanya kehilangan berjalan tapi kehidupan ku kalau muka ku rusak" Koar wanita itu sungguh sangat Berakting luar biasa dan air mata nya terlihat asli.
" Itu benar. Mereka juga menganggap kami ini pengemis lihat itu buku cek dari ibu mu!! " Tambah Delisha lagi.
Mami dan Tasya tampak sangat murka disana.
" Ya itu benar Vian. Mami memang memberi nya uang seberapa pun ia mau asal tidak menempel dengan mu lagi" Kata Mami kali ini tegas.
Terdengar suara tangis Deasy yang sesegukan.
" Aah.. Dia pelaku yang membeberkan berita itu juga! Bang. Buka mata abang. Dia ini siluman rubah. Dia yang menyebarkan berita dia juga yang muncul seolah korban!! Bahkan produser itu memfitnah kakak Fay pelaku nya. Disini jelas bagaimana perempuan ini berbisa Bang.. " Jerit Tasya disana membuat ku kaget.
Jadi pelakunya memang Deasy!! Aku menggeram kearah Deasy. Tapi reaksi Varo tidak sekaget aku. Apa dia sebenarnya sudah tau.
" Plak! "
Semua kaget apa yang dilakukan Tasya. Dia menampar Varo dengan keras. Membuat semua mata disana dibikin syok.
" Ini tamparan buat kebegoan abang! Maki Tasya disana ia lalu melayangkan tangan nya lagi tapi kali ini di tahan Varo.
" Cukup! " Varo berteriak marah. Tangan Tasya ia hempas dengan kasar dan nyaris terjungkal.
"Vian kamu apa apaan. Dia ini adik kamu" Mami segera melindungi Tasya.
" Sebaiknya kalian pulang! " Kata Varo disana dengan erangan yang tidak sekeras tadi.
" Udah Mami. Kita balik aja! Kita do'a kan semoga dia dapat ajab. Kita doa banyak-banyak juga buat kak Fay bisa clbk sama Bang Arland. Dia pernah bikin salah sama Kak Fay tapi udah tobat. Lha abang malah lebih jahat sama kakak Fayza. malah mau maunya di begoiin wanita ular ini" Kata Tasya lalu menarik Mami disana.
Mami tampak ragu, " Ingat Vian!! Sebelum Papi bertindak dan Farid belum ketuk palu kamu harus pikirkan Fayza. Ada anak kamu disana! " Kata Mami disana seolah memperingatkan.
Aku juga ikut merasakan bagaimana perjuangam Tasya dan Mami sangat keras membela ku. Kalau saha tak ada mereka mungkin ceritanya akan sangat berbeda.
Ku lihat Varo diam saja. Ia tampak masih sangat keras kepala. Tidak menyela sama sekali ucapan Tasya atau Mami.
Kemudian Tasya dan Mami mundur membawa kembali pasukan nya. Rasanya aku juga ingin mengikuti. Tapi aku juga penasaran dengan kehidupan dirumah ini.
" Varo.. Varo... " Deasy mendekat dengan tangis nya yang tersisa.
" Apa kamu masih kecewa dengan ku?? Sungguh aku sudah hilang akal Varo.. Tolong jangan abaikan aku lagi" Kata perempuan ini lalu menarik kedua tangan Varo, nafas Varo masih bergemuruh hebat dan setelah melihat Deasy sorot kemarahan nya seolah sirna.
Ketegangan yang tadi aku rasakan berganti rasa perih. Aku bisa melihat bagaimana reaksi mata Varo disana yang seakan luluh dengan sekali melihat Deasy.
Deasy memeluk Varo disana dan sesegukan " Varo aku takut mereka akan datang lagi.. Adik mu sangat menyeramkan... "
" Ya! Kamu akan pindah setelah ini" Kata Varo disana dengan suara rendah. Ia mengusap kepala Deasy pelan.
Cukup! Fine! Well.. Stop! Aku ga mau melihat kelanjutan nya lagi. Bener kata Ibuk. Masalah beginian ga bisa di toleransi dan ga ada obat nya!! Disini ia sangat baik dengan wanita ini. Sedangkan dengan ku. Bicara lembut saja sudah keajaiban dunia ke-8. Malahan tersenyum kalau aku kesakitan. Aku salah terus bolak balik bertahan dan berharap banyak.
Perlahan aku mengendap keluar dari sana pintu keluar memang sangat dekat. Dan sekarang aku sudah berada di depan gerbang. Mereka semua masih sibuk dengan keributan yang baru di munculkan Mami dan Tasya. Sehingga tak memperhatikan aku.
Aku sudah jauh dari rumah itu. Melepas kumis juga wig itu dengan kesal.
" Sebaiknya aku pulang, aku lelah" Aku lalu menggopoh saku jas ini. Tapi tak menemukan ponsel. Kening ku berkerut setelah mencari cari lagi!!
Astagaaaaa
Aku ingat ponsel ku ada di saku celana ku sebelum ganti pakaian ini. Terus bagaimana aku pulang??
Mami dan Tasya pasti sudah lama pergi. Ya ampun berapa jauh jalan ini menemukan jalan raya. Seingat ku tadi kawasan ini bak kota sendiri di tengah kota Jakarta yang padat. Perlu setengah jam dengan mobil jadi kalau jalan kaki??? Aku menghela nafas panjang,akses keluar nya cukup jauh.
Aku juga tak membawa uang. Semua tertinggal di ruang ganti studio itu.
Sial sekali nasib ku hari ini niat ingin menyalurkan ngidam malah berakhir dengan fakta yang membuka mata ku sebenarnya. Lalu berakhir seperti ini??
Kulihat awan disana agak mendung. Kalau sampai hujan selamat sudah. Aku akan benar-benar sial.
1 kilometer berjalan dengan sepatu pentopel pria yang agak sesak ini membuat ku lelah berkepanjangan. Parah nya ga ada mobil yang mau berhenti. Apa mereka tidak melihat aku perlu bantuan.. Apa aku terlihat seperti hantu. Tak terlihat!
Rasanya ingin menangis saja.
Lalu aku berhenti. Serasa kepala ku basah. Ada hujan turun. Aku segera lagi ke arah pohon yang tak terlalu rimbun. Hingga hujan deras mengguyur lengkap dengan angin nya yang kencang.
Tempat ini rumah nya tak padat malahan banyak tanah kosong dan pohon pohon. Sebenar nya takut dan cemas sendirian di tempat asing begini tak ada uang dan dalam keadaan hamil lagi, serasa ngenas sekali hidup ku. Mata ku serasa panas. Dan malah menangis sendirian beradu dengan suara hujan. Aku meraung seperti anak kecil! Dada ini rasa sesak sekali. Di pukul berkali kali pun masih terasa sesak.
Lama aku duduk disana. Air mata pun sudah kering menyisakan lingkaran bola mata sudah terasa tebal. Sudah 1 jam aku jongkok di bawah pohon ini ditengah hujan masih mengguyur. sedikit banyak air hujan merembes dari atas pohon. Aku hanya bisa merikuk kedinginan. Jas ini tebal tapi lama kelamaan malah semakin masuk kedalam. Dan bra ku juga terasa berair. Bahkan basah sampai ke bagian celana dalam.
Kulihat awan agak mulai menggelap sudah jam 6 sore, Mungkin Ibuk kebingungan menunggu ku pulang. Semoga saja Papa tidak ada menghubungi Ibuk.
Aku membuang nafas kesekian kali. Kalau menunggu lagi mungkin malam akan menyambut tapi hujan masih turun. Cuman berasa lama disini membuat ku takut lagi sebaiknya aku jalan siapa tau ada mobil dan hanya 2 kemungkinan aku bisa mati kedinginan atau mati kelelahan.
Langkah ku semakin terasa berat, angin nya kenapa dingin sekali dan kepala ini ikut-ikutan berat, ku pegang tekuk ku agak hangat. Aah apa Aku demam!! Ku lihat langit terus meredup. Apa aku jalan saja sambil terus. Tapi kaki ku pegal sekali. Hingga aku berjalan terseok seok semakin di bawa melangkah semakin perih seperti nya ada lecet karena pentopel ini dan benar saja setelah ku keluarkan kaki ku sebelah kanan. Kaki ini mengerut seperti marshmelow yang di bakar, mungkin karena dingin lalu ada merah merah di jempol dan belakang kaki. Rasanya perih sekali. Komplit sudah. Kaki ku lecet-lecet.
Semakin berjalan hujan sudah mulai menipis. Dan sekarang malam menyambut. Lingkungan ini semakin menyeramkan meski ada beberapa tiang lampu tapi tetap saja ada suasana horor nya. Rumput rumput tinggi ilalang yang bergoyang oleh angin menimbulkan suara yang mendesir dan muncul bayang bayang hitam yang bergoyang-goyang memberikan rasa kengerian. Bulu kuduk ku sampai meremang. Bahkan seolah ada yang memperhatikan dan lama kelamaan mengikuti. Saat aku lihat ke belakang. Kosong hanya suara angin dan jalanan yang sepi!
aku terus berjalan kaki tanpa alas kaki. Sepatu itu tidak bisa di pakai. Semakin membuat parah kaki ku saja. Tapi tetap sama. Luka lecet nya juga sakit terinjak kerikil disana.
Aku berhenti sebentar untuk mengisi tenaga dan menggosok-gosok kedua tangan ku untuk mendapatkan panas. Bahkan nafas ku terasa membentuk kabut asap.
Untuk mengusir rasa takut dan dingin aku menyanyikan lagu lagu shalawat berulang kali dengan nyaring.
Sasstttttttttt
Desiran angin kencang kembali membuat ku menggigil. Tapi aku lanjut bergerak namun lutut ku bergetar hebat aku sangat lelah! Hingga kurasakan ada cahaya di belakang. Apakah ada mobil lagi. Dan benar dari ujung jalan ini bisa aku lihat dua titik cahaya berwarna kuning terang. Fan itu sukses membuat ku sedikit bersemangat.
Aku berdiri menunggu mobil itu melintas kali ini aku akan berdiri ditengah. Semoga saja dia melihat ku bukan menabrak ku. Hanya ini satu-satu nya jalan ketimbang aku terjebak di lingkungan ini sendiri dan menunggu lelah ini memggerogotiku.
Aku segera ketengah jalan menunggu mobil itu dengan merentangkan tangan. Kulihat mobil itu melaju dari arah depan, sangat cepat, Rasa gugup menguasai ku.
Aku mohon...
Ciiiiiiiiiiiiitt
Suara deru rem dan aspal bergesekan membuat suara buruk yang nyaring. Nafas ini ikut kehilangan pasokan karena tegang dan takut yang luar biasa.
mobil yang aku tunggu berhenti hanya beberapa mili saja dari lutut ku.
Aku sampai melorot karena syok. Bisa ku dengar jelas detak jantung ini beradu nyaring dengan nafas ku.
Syok dan rasa lega bersamaan muncul.
Kurasakan suara pintu disana dibuka dan langkah seseorang turun dari sana.
" Izin kan kan aku menumpang sampai depan.. " Lirih ku lalu menoleh ke samping sana. Aku tergugu dengan orang yang turun itu.