Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 53 - Lima Puluh Tiga

Chapter 53 - Lima Puluh Tiga

Aku senyum senyum sendiri saat melihat para model ini kembali meliukan postur tubuh nya. Beruntung aku dan Justin sudah saling mengenal jadi dengan mudah ia mengizinkan ku masuk. Justin tidak jadi dipecat. Aku menggunakan kekuasaan ku sebagai pemegang saham disana untuk mempertahan kan nya, dan untungnya Varo tidak menuntut balik. Mungkin karena ia sudah dapat service balasan waktu itu.

" Apa kamu mau foto lagi seperti kemaren Nyonya Alvaro?? " Tanya Justin dengan gaya nya yang khas.

Aku menimbang. Walau pengen tapi rasanya takut juga kalau ketahuan Varo, tapi disayangkan juga kalau di lewatkan.

" Boleh. Tapi pakai ponsel aja ya. " Kata ku tak tahu malu. Baru saja sok suci menceramahi ibuk. Lha aku sendiri malah genit sama model pria-pria disini. Tapi sulit juga di jelaskan. Rasanya keinginan janin ini menutupi akal sehat.

Aku melepas tudung hodi motif macan yang aku pakai. Lalu Elysa memberikan  kacamata hitam besar ku. Yang aku pakai saat masuk kedalam V.E, walau aku tau mereka semua mengenali ku tapi aku acuh tak acuh saja. Toh aku di kenal dengan image baik juga kan.

" Biar kan saya nyonya yang ambil" Kata Elysa dengan antusias.

Aku memberikan ponsel ku. Lalu tak tahu malu serta rasa percaya diri yang tiba-tiba mencuat ini bergabung dengan Betrand dan model lainnya. Juga didampingi Justin.

" Permisi, maaf mengganggu kalian. Saya ingin foto dengan kalian boleh" Ucap ku sangat melupakan urat malu. Aku melihat dengan manis para barisan pria disana yang lagi memamerkan Abs nya di depan kamera. Dan otot-otot bertaburan disana. Kenapa mata ku baru terbuka kalau begitu banyak orang menawan diluar sana selain Arland dulu itu.

" Tentu. Kami akan sangat senang" Kata Betrand mengulas senyum. Lalu aku benar benar berada di tengah-tengah pria pria dengan porsi roti sobek mereka yang disana sini. Apalagi dengan toples begitu. Rasanya seperti berada di kuil kuil ala Eropa gitu. Dikelilingi patung-patung dengan pahatan manusia dewa yang berparas menawan dan jangan lupa abs mereka juga bikin mata ini semakin meleleh. Otak ku memang tertular mesumnya Melviano sepertinya.

Elysa mengambil bidikan beberapa kali disana.

" Terimakasih Hingga mata ku menangkap keberadaan Erwin dan Arland. Mereka di pojok sana. Aku semakin memajukan rambut ku kedepan walau aku yakin dengan sangat aku sudah ketahuan. Apalagi Arland yang bersedekap dengan rahang mengeras. Ia sepertinya siap menyalak.

" Okey. Cukup.. Terimakasih semua nya. selamat siang" Kata ku segera menarik Elysa dari sana.

" Waah keren sekali Nyonya. Nyonya seperti bidadari yang dikelilingi malaikat malaikat tampan" Seru Elysa sambil melihat hasil jepretan nya.

" Benarkah. Aku akan mencetak nya agar ngidam cabul ini tidak membuat ku ingin menemui mereka lagi" Kata ku sambil mengambil ponsel ku. Mata ku sedikit was was saat melihat dua lelaki itu mendekat. Aku membalikkan tubuh Elysa dan mengajak nya segera menuju belakang panggung. Elysa tampak kaget tapi ngikut saja.

" Jangan sampai Arland menemukan ku Elysa. Bantu aku" Kata ku berbisik lalu kami berada di ruang ganti.

" Pak Arland?? " Elysa menganga lebar. Aku tak tau apa yang ia pikirkan. Pikiran ku langsung menuju berbagai baju disana. Aku tidak mau ketemu Arland. Itu yang aku pikirkan. Hingga tangan ku menemukan 1 stel pakaian.

" Saya akan mengalihkan perhatian mereka Nyonya besar. serahkan semua nya pada Elysa" Kata gadis ini ambisius.

Aku mengangguk dan segera mengambil pakaian itu. Elysa lalu keluar dan aku pun segera masuk kedalam bilik ruang ganti.

Baju olahraga yang aku pakai aku tanggalkan berganti dengan baju stelan jas pria, lengkap dengan dasi merah yang sekarang menyempurnakan penyamaran ku plus sepatu pentopel, walau kekecilan tapi tak begitu buruk, toh aku hanya memakai sebentar.

Lalu aku keluar dan mengambil salah satu wig pendek warna hitam. Aku tak pernah memakai wig jadi bim salabim saja.

Dan hasil nya lumayan. Walau aneh rambut ini kenapa jadi mirip mangkok mie? Tak masalah tak ada waktu mencoba yang lain, tataan terakhir adalah kumis. Aku menemukan nya juga  dan menempelkan di atas bibir ku.

Taraaaa

Selesai sudah.. Kata ku melihat hasil nya di cermin. Konyol. Itu yang ku nilai. Kenapa wajah ku malah cocok jadi pria?.

Maafkan bunda mu sayang. Selama hamil kamu, bunda suka bikin aneh, cicit ku dalam hati. Sambil mengelus perut ku.

" Nyonya besar sudah keruangan nya Pak, lewat belakang gak ada disini " Kata Elysa membuat ku spot jantung.

Dan dibelakang ada Arland dengan Erwin. Matanya awas melihat kesekeliling lalu jatuh pada ku di dalam ruang ganti ini.

Refleks aku pura pura santai sambil melihat jam tangan ku lalu memplintir kumis ini.

Sesaat mata Arland beradu dengan mata ku semoga saja ia tidak mengenali ku!!

Kemudian dengan cepat pula ia beralih kelain. Bahkan ia masuk dan ikut mencari cari disana. Menyibak tirai-tirai disana yang sudah kosong. Mudah-mudahan saja ia tidak menemukan baju yang aku tanggalkan tadi. Ada di belakang pintu ruang ganti itu. Lengkap dengan tas yang tadi aku pakai serta sepatu.

" Tadi dia dengan kamu kan? " Tanya nya pada Elysa.

Ia sudah beralih oada Elysa. Aku sedikit lega.

" Benar Pak, tapi Nyonya duluan balik. " Kata Elysa dengan suara meyakinkan.

" Eh kamu... " Aku terperanjat saat Erwin mecolek ku.

Segera aku berbalik dengan gugup.

" Apa ada melihat wanita masuk kesini?? " Tanya nya sedikit mengintimidasi.

" Tidak ada Mas, saya sendiri dari tadi disini" Jawab ku dengan suara lelaki lakian. seolah sibuk dengan baju baju disana. Lalu kumis ini tau tau copot jatuh nempel di lantai.

"Ya sudah Erwin. Kita kembali. Aku akan cari dia sendiri" Kata Arland disana membuat ku sedikit lega lagi Karena secara kebetulan Arland ngomong begitu. Erwin jadinya tidak melihat kumis ini lepas.

Erwin melihat kearah ku sebentar lalu segera beranjak dari sana. Tapi aku sudah menempel kembali kumis ini.

" Hampir saja!!. Nyonya itu anda ya?? " Tanya Elysa menengok ke muka ku lalu ia menutup mulut nya saat melihat penyamaran ku.

" Menurut mu apakah aku pakai beginian ga bakal kebongkar ini aku? " Tanya ku.

Elysa mengulum senyum. " Nyonya jadi tampan. Bagus kok.. " Katanya disana menahan senyum. Aku tau hasil nya aneh sekali.

" Benarkah..! " Pikiran ku terbang kesuatu rencana.

*

" Ini aku! Apakah tuan mu ada? " Bisik ku pada Siska yang semula mengabaikan ku. Matanya mendelik mencoba mengenali ku. Lalu kubuka sedikit kumis ku. Matanya langsung melebar dan sesaat aku juga memiringkan badan di seberang sana ada Arland yang baru melintas. Seperti nya dia benaran mau ke ruangan ku.

" Hmm.. Maaf Nyonya saya tidak mengenali" Kata Siska.

" Ya. Itu tanda nya bagus. Apakah Tuan mu ada didalam?? " Tanya ku lagi.

" Tuan belum datang"

Jawab siska membuat ku kecewa. Kemudian Siska terkesiap matanya menuju belakang. Aku segera menoleh kebelakang.

" Kenapa kamu ada disini! Cepat buruan pergi ! Pak Varo sudah menunggu dirumah" Seorang pria yang kulihat kemaren baru memborong kue dan roti di toko Ibuk. Dia juga supir yang ada di mobil Alvaro saat kejadian Leo.

Punggung ku lalu di geprek. " Kau tuli.. Mau ku potong gaji mu hah  " Bentak nya membuat kuping ku berdenging.

Aku meringis dan melihat Siska yang terbelalak serba salah.

" Buruan! Yang lain sudah menunggu" Kata pria ini lagi dengan nada arogan.

" Baik Pak" Jawab ku dengan suara ngebass, lalu bahu ku kembali di tabok " Bagus! Buruan pemalas" Ucap nya tiba-tiba memiting leher ku dan menyeret ku jauh dari sana.

" Jangan coba-coba dekatin wanita itu mengerti! Dia sudah jadi gebetan guaaa" Bisik pria itu alias mengancam ku.

Jangan lupakan aku dengan pria ini aku akan mengadukan nya dengan sepupu ku bernama Tasya! Tasya itu ratu pembalasan dendam.

" Ah iya pak. Saya tidak akan mengulangi nya" Kata ku segera lepas dari cekalan pemuda ini. Leher ku sedikit kebas karena jeratan nya. Mimpi apa aku semalam jadi ketemu dengan pria sok ini.

" Bagus!! Enak aja main tikung, gua udah 3 taon deketin tau" Dumel nya disana.

Aku hanya mengangguk misuh misuh. Karena di sisi kanan ada Arland lagi baru keluar dari ruangan ku. Ia berhenti didepan Elysa.

" Dia tidak ada! Kamu membohongi saya! " Kata Arland disana terdengar marah. Dengan cepat aku segera pindah ke sisi samping pria ini. Kami segera menuju lift disana. Suara kemarahan Arland masih menggena disana.

" Lagak nya seperti boss besar saja. Ck! Menang di muka doang.. " Gerutu pria ini menilai si Arland. Ia lalu memasukan kedua tangan nya kedalam saku dan aku berada di belakang nya.

Hampir 1 jam mobil yang aku kemudikan sampai di rumah Varo lagi.

" Siput banged sih! Boss bisa marah tau! Bonus ku nanti di sunat lagi" Gerutu nya lalu menjipak kepala ku.

Rasanya mau aku tabok muka bawahan Varo ini ! Sialan seenak kepala ia main pukul-pukul. Apa ini hukuman karena aku Genit-genitan dengan model-model tadi!!! Oh Tuhan.. Maafkan aku!!

" Maaf Boss! Jakarta macet" Cicit ku sambil meringisi kepala yang baru di tipuk.

" Aaah. Alesan" Ucap nya lalu keluar dari sana. Lalu berdecih denga gayanya yang benar benar bikin keki.

" Agggh awas awas.. Aku beneran melapor kan mu dengan Tasya" Seru ku sangat gregetan.

Kulihat ia menoleh dengan cepat aku segera turun sebelum nanti ia malah menedang bokong ku.

Aku mengekori nya seperti anak semut. Dan beberapa pria dengan stelan jas hitam sama seperti ku juga ada disana. Aku menundukan kepala rasa cemas ketahuan menguasai ku. Semoga saja tak ada angin badai yang menerbangkan wig atau kumis ini.

Aku masuk kedalam rumah sendiri dengan kaku. Tapi ada yang aneh terlihat beberapa kardus ada di sana. Dan sebagian di angkut keluar.

" Bantu keluarkan sampah sampah ini" Perintah laki-laki ini kepada ku.

What!!

Aku bengong sekian detik.

" Jangan malas! Sebelum Boss mengamuk melihat rumah nya berantakan" Itu kata pria yang lain memperingati ku.

" Baik baik " Aku lalu menuju kardus-kardus bekas dan beberapa karung. Apa yang baru di beli Varo?? Dan kulihat ada ganbar alat olahraga di sana.

Apakah dia membeli semua ini??

" Jangan malas, buruan" Hardik mereka dengan ku.

" Ya ya.. " Aku segera melipat lipat kardus dan mengumpulkan bekas tali-tali lalu menyeret nya hingga suara aneh keluar. Serasa aku menjadi sorotan orang-orang disana. Mereka semua mengangkat sampah-sampah ke atas bahu sedangkan aku?

" Ya siapa itu berisik!! " Teriak pria yang tadi sok bossy.

Ia lalu menatap ku tajam.

" Aah naaf Boss" Kata ku dengan sekuat tenaga mengangkat kardus itu. Walau tak terlalu berat tapi susah juga membawa nya.

" Sini! Lamban sekali kau" Lalu ada yang membantu ku.

" Terimakasih " Kata ku sambil tersenyum dan kembali mengumpul kan sisa sampah ringan disana.

"Hans.. Hans.. "

Aku terperanjat saat mendengar suara parau Varo berteriak. Dan kulihat pria sok Bossy itu dengan buru-buru mencari asal suara. Oh jadi nama nya Hans. Seperti nya dia pengganti Leo. Tapi songong nya sangat keterlaluan. Leo jauh lebih profesional.

Aku yang penasaran lalu mengintip diam-diam mengikuti asal suara Varo,

Kulihat Varo ada didalam ruangan yang penuh dengan alat fitnes nya. Dan dia terlihat basah kuyub seperti baru selesai kehujanan tapi aku tau itu hasil ia olahraga. Keringat nya membanjir. Jadi dia tidak kerja hanya untuk gym?

" Katakan apakah perut buncit ini sudah mengempis?? " Tanya nya disana dengan memperlihatkan perut nya yang maju kedepan.

Hans berseru seolah kaget " Wohooo ya ampun. Hebat banged Boss.. Perut nya kenapa sebagus ini!! Sixpack! "Katanya disana lalu mengelus perut Varo seperti mengelus perut ibu hamil 3 bulan.

Mendengar itu rasanya aku ingin tertawa saja apa Hans ini mau menjilat Varo. Perut buncit begitu dia bilang bagus. Rasanya mulut ku langsung kering membandingkan perut Varo sekarang dengan perut model yang baru berfoto dengan ku barusan atau perut Arland. Jelas berbeda lekungan nya, Mau terbahak tapi tak bisa  jadi nya aku merikuk menahan tawa.

" Jangan membual. Aku baru latihan 5 jam. Mana mungkin langsung kempes!! Jangan membodohi ku" Kata Varo lalu memukul kepala Hans dengan kesal

" Tapi saya bicara jujur Tuan. Ini perut terseksi! "

" Kau mengolok ku?? " Ancam Varo mau menabok kepala Hans lagi.

" Tidak tuan. Ampun... "

Aku sendiri hanya kagok dengan interaksi mereka berdua yang bukan nya gugup ketahuan tapi malah geli mau ketawa.

" Aku mau berenang siapkan handuk dan jeruk! Pinta nya disana lalu melepas pakaian nya dan melempar ke wajah Hans.

Ia lalu menuju pintu penghubung menuju belakang yang memang ada kolom renang nya.

" hey kamu! Dengar tadi! Cepat siapkan" Aku terperanjat saat Hans meneriaki ku. Jadi dia dari tadi tau aku ada disana.

" Baik Bos" Kata ku segera melaksanakan nya.

Aku membawakan handuk bersih dan juga es jeruk. Kulihat disana Varo sedang berenang. Sesekali kepala nya muncul kepermukaan, Selalu saja kulit nya yang putih seperti batu pualam itu bersinar terang di bawah matahari yang panas. Heran kenapa ia berenang di tengah matahari lagi nyengat-nyengat nya. Varo memang aneh tapi Vian juga kadang aneh. Kali ini mereka tampak sama.

Varo menepi. Ia mengedikan kepala nya yang basah sehingga air nya kesana kemari. Lalu mengusap nya.

" Ponsel ku. Bawa kesini" Pinta nya asal. Dan disana hanya ada aku.

" Baik" Jawab ku lalu segera masuk kedalam.

Aku mencari ke dalam tempat fitness nya tapi tak ada.

Kemana aku mencari nya?? Apa didalam kamar??? Aku segera masuk kedalam kamar.

Kamar itu berantakan. Apakah Varo juga tidur disini kalau malam? Dia tidak menemani Deasy??

Kepala ku rasanya berdenyut kalau membayangkan Varo ada bersama Deasy.

" Ini Pak" Aku menyerahkan ponsel itu pada Varo yang sedang menjulurkan kaki nya ke kursi santai. Ia tampak menikmati es jeruk bikinan ku. Kalau tau begini aku tadi membawa obat sakit perut biar dia tau rasa.

Kulihat menekuri ponsel nya. Kemudian ia menoleh kearah ku.

Aku segera berpaling ke arah kolam.

" Apa kamu pakai Parfume istri ku? "

Hah..

Varo memicingkan mata.

" Tadi kamu ngambil hp ku. Ga sambil nyemprot parfume istri ku kan!! " Tuduh nya disana.

Aa dia pikir aku melakukan itu?

" Tidak tuan. Tidak.. " Elak ku gugup. Apakah Varo mengenali bau Parfume ku. Padahal aku tidak memakai Parfume. Apa di tau aroma badan ku.

Varo melihat ku dengan penuh selidik.

" Awas kalau kurang sedikit saja Parfume nya. Mata mu jadi makanan ayam" Katanya disana. spontan aku menutup mata ku dan menggeleng.

Varo kembali mehadap lurus. Ia lalu menarik nafas lagi dan menggeleng. Matanya kembali menuju ponsel.

" Aaakh.. " Jerit nya membuat ku ikut kaget lagi. Ada apa lagi?

" Sialan. Aku baru buka hp. " Ucap nya disana tampak kesal sendiri. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Deasy! Wajah nya bukan hanya kesal tapi juga panik.

Varo lalu memencet nomor disana dan meletakkannya di telinga.

" Sudah berapa lama dia keluar?? Dengan siapa? Kemana saja??Apa!! Laporkan kalau dia sudah kembali!! "

Seperti nya Deasy sedang keluar rumah. Dia protektif juga. Cuman pergi keluar saja panik nya seperti itu. Mungkin dia takut kekasih nya itu jadi incaran emak emak yang dendam dengan  namanya pelakor, sungut ku menebak nebak.

" Telepon ku ga di angkat!! " Gerutu nya disana lagi-lagi mengumpat.

Hoohoo kasian sekali!! Olok ku dalam hati senyum senyum.

Ia lalu kembali menekan kontak seseorang.

" Apa dia bersama mu?? Apa! Jadi kemana dia?? "

Aku serasa mau ketawa terus melihat tingkah absurd Varo yang sibuk menghubungi kesana kemari. Ia kebakaran jenggot hanya kehilangan Deasy.

" Cari dia atau kamu aku pecat!! "

Setelah menggunakan ancaman andalan nya pria ini mematikan telepon. Ia menegangkan punggung nya. Lalu melirik sekilas kearah ku.

" Apa yang kamu ketawakan! " Hardik nya lagi. Mata ku melebar deng gugup menguasai.

" Ga ad tuan. Ga ada" Cicit ku serasa jantung ku copot karena kaget.

Ia kembali mendengus lalu beranjak dari sana dan masuk kedalam.

Aku menghela nafas lega. Ini sangat penuh adrenalin.

*

10 menit kemudian aku berkibar semangat saat pria pria yang kerjaan nya mematung di setiap sudut pintu rumah ini bergerak cepat. Mereka mau kemana? Aah. Kulihat Varo disana sudah berpakaian formal. Ala Varo yang Sok Bossy dan angkuh nya selangit. Beda jauh dengan Vian yang menebarkan ketentraman. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Tapi aku mengikuti mereka yang berjalan cepat dan beberapa ada mobil berhenti disana. Salah satunya mobil yang sering di pakai Varo.

" Kamu ikut aku" Bahu ku ditepuk, aku menoleh ternyata Hans. Aku segera mengangguk dan mengekori pria kurus itu lagi.

Aku membukakan pintu buat Varo. Lalu kulihat Hans duduk di kursi kemudi. Lalu aku?

Lantas karena bingung aku masuk ke pintu belakang disebelah Varo. Baru saja pantat ini nyentuh kursi. Atmosfer disana sudah berubah. Varo dan Hans mematung menyipitka mata kearah ku.

" Aah maaf tuan.. " Kata ku sadar dengan kesalahan ku. Aku ingat tidak ada yang pengawal yang duduk bersebelahan dengan tuan nya. Aku meruntuki diri ku sendiri karena terbiasa duduk disana, dengan cepat aku pindah ke depan. Sebelah Hans.

" Aiiissss apa kamu hari ini lupa minum obat?? " Gerutu Hans mengolok ku. Aku hanya tersenyum masam.

' tentu saja! Aku pengawal gadungan" Koar ku dalam hati.

45 menit kemudian mobil ini kembali ke V.E

Aku segera membuka kan pintu untuk Varo. Dan mengekor barisan dengan yang lain. Lihat saja disana gaya Varo sungguh angkuh dan arogan. Dia belagak kaisar zaman old kali ya. Di kelilingi pengawal. Benar kata Leo dia haus akan kekuasaan dan hormat orang-orang.

Kali ini Varo tidak menggunakan lorong khusus ia masuk lewat pintu depan. Disana rasanya kedatangan kami eh dia menjadi pusat perhatian lobby besar sebuah V. E tapi tetap saja lagak nya Varo sangat Bossy. Ia mengacuhkan semua orang yang menatap dan menyapanya. Berbeda jauh dengan Vian yang malah selalu melambaikan tangan nya saat di kantor ku dulu.

Aku terus mengikuti langkah rombongan ini yang menurut ku tak asing.

Ia menuju studio pemotretan yang sebelum nya aku kunjungi. Dan benar saja  tujuan nya memang kesana.

Seketika aktivitas disana terhenti semua mata tertuju pada nya. Apa yang mau dia lakukan. Apakah mau bikin ulah lagi dengan obat ngidam ku???

Kulihat Hans disana maju lalu berbicara dengan salah satu fotografer disana. Aku tak bisa mendengarnya. Mereka cukup jauh. Kemudian Hans kembali dan berbisik pada Varo. Raut Varo tampak kaku. Ia melirik ke salah satu Model pria yang lagi bergaya di depan sana. Itu Betrand. Di pasti sudah mengenali Betrand. Jangan sampai ia melakukan sesuatu pada Betrand. Dia pria yang ramah dan baik.

" Dan apakah dia mengetahui aku tadi kesini?? Apa yang dia cemaskan tadi itu bukan Deasy tapi Aku?? " Tebak ku merasa ada sesuatu menyelusup masuk di sela sela jantung ini. Boleh kah aku Geer sedikit??