" Boss...! Itu Nyonya dia keluar dari toko "
Suara Hans membuat ku tersentak dan benar saja kulihat Fayza keluar dari Toko Ibuk Liana. 15 menit setelah ia menutup telepon.
Ia membawa sekantong plastik hitam. Mata ku terus mengawasi nya. Didepan ku ada tong sampah apakah ia keluar dengan alasan itu. Apakah ia mau menemui ku.
Spontan aku sangat gugup dan nervous karena aku mengaku menjadi Vian.
Vian itu bagaimana?? Yang kuingat hanya ia bisa berjalan lancar. Beda dengan ku yang entah kenapa malah susah berjalan lancar. Tapi aku bisa memanipulasi nya seperti waktu fitting baju penganten. Didepan Mami dan Mertua ku aku berjalan lancar.
"Dia kesini. Katakan Vian itu bagaimana?? " Tanya ku pada Hans dengan resah.
" Vian?? Vian siapa Tuan?? " Tanya Hans bingung. Aku lupa yang tau masalah ku hanya beberapa orang. Dan Leo yang lebih tau. Apa aku harus menghubungi Leo dulu.
Tidak!! Dia sudah aku blacklist. Hilang harga diri ku kalau sampai menghubungi Leo!!
Tak sempat lagi. Fayza membuang kantongan plastik ditangan nya ke Bak sampah di depan. Kemudian ia melirik kearah mobil ini. Aku segera menurunkan kaca mobil menjulurkan tangan. Ini gila kenapa aku sangat gugup ketahuan mertua ku. Mata ku sambil awas melihat kedalam toko.
" Kamu cepat keluar. Borong semua kue disana. Buat mertua ku sibuk" Perintah ku pada Hans.
Dengan buru-buru Hans segera keluar dari mobil. Kulihat Hans dan Fayza bersisihan. Hans seolah memberi kode bagus pinter kamu Hans bonus mu aku kembalikan 2 kali lipat kata ku.
Hans masuk dan ia seperti langsung membuat mertua ku sibuk dengan celotehan nya. Entah apa saja. Tapi tampak mertua ku mendengarkan dengan lama.
Dan kemudian Fayza menunduk kearah mobil yang kacanya aku buka. Mata cokelat nya seperti mengamati kedalam.
Apakah ia akan lari kalau mengetahui aku Varo. Aku jadi cemas sendiri.
" Hy.. Istri ku... " Kata ku dengan senyum lebar. Begini kah Vian bicara?
Mata Fayza seolah menilik. Kemudian ia menarik pintu dan masuk kedalam.
Rasanya ada balon yang ikut menyusut saat matanya kembali melihat kearah ku.
" Katakan apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak ada dirumah?? " Aku berlagak aku Vian dan seolah buta masalah.
" Kamu Vian? Sungguh Vian?? " Ia malah balik bertanya.
" Ya! Aku baru bangun. Dan bingung kenapa rumah sangat sepi. Lalu minta antar Hans kerumah mu katanya kamu ada di rumah disini! Apakah Varo membuat masalah?? "
Dengan implusit aku memegang kedua tangan nya dan menatap nya polos. Bahkan sentuhan ku sendiri ada aliran listrik nya. Rasanya ingin kutarik Fayza kedalam kukungan ku. Tubuh ku memang memerlukan dia.
" Vian? Masalah sangat besar! Tapi aku senang kamu kembali!! Aku ingin minta maaf. "
"... "
Kulihat manik Fayza basah dan berembun.
" Aku membuat mu dikendalikan Varo waktu itu. Aku pasti sangat mengecewakan mu kan. Aku memilih menemani Mama nya Arland. "
Aku hanya bisa diam mendengar bibir manis nya bergetar dengan tangisan nya.
" Aku sungguh dalam keadaan sulit Vian! Aku bukan mengabaikan mu. Aku tidak membuat kondisi Tante Rose tambah parah dan menyesal keesokan hari nya. Dan aku juga membawa Tasya menemani ku di rumah sakit. Sungguh aku minta maaf." Dia terlihat sangat menyesal dan dalam entah kenapa dia terlihat sangat manis.
Aku menarik nya kedalam tubuh ku rasanya hangat dan aroma rambut Fayza yang bau lemon serasa membuat ku terenyuh. Nyaman sekali.
" Aku memaafkan mu. Jangan menangis lagi.. " Kataku mengusap kepalanya.
Fayza lalu mengurai tubuh nya.
" Aku tak ingin di peluk oleh mu Vian! Kamu tau Varo selingkuh. Dia sangat mencintai Deasy! Dan keluarga ku sudah tau. Sekarang pernikahan kita kemungkinan tidak bisa diselamatkan. " Ucapnya disana menyiratkan situasi perasaan nya. Ia tampak marah dengan ku. Dengan Varo.
Aku diam dengan melihat nya nanar. Aku tau masalah yang timbul membuat pernikahan ini terancam. Tapi dari cara bicara nya Fayza tampak tertekan. Apakah ia juga tak ingin di tentang keluarga nya. Apa ia masih ingin bersama ku!!
Lalu wanita ini terisak. Makin lama makin menjadi.
Bahkan bahu nya sampai bergetar.
" Kenapa kamu baru muncul sekarang Vian. Aku tertekan sendirian. Kamu tau walau Varo jahat dengan ku tapi aku tak pernah membenci nya dan Aku sedikit menyukai nya. "
Apa yang dia bilang? Menyukai ku Varo??
" Kamu menyukai Varo? Kenapa? "
" Waktu ia menemani ku melihat anak ini di monitor. Ia melihat nya tanpa berkedip dan tersenyum diam-diam. Pandangan matanya seperti melihat keajaiban Tuhan disana dan aku tau bagaimana rasanya. Saat itu aku sadar Varo sebenarnya memiliki hati yang baik. Hanya saja ia berusaha melindungi diri nya dengan traumatis kejadian dulu. "
Kenapa apa yang dilontarkan Fayza seperti sihir. Yang ia sampaikan memang benar. Setelah melihat rahim Fayza di monitor pertama kali aku seperti ditampar keras. Bentuk nya belum sempurna hanya berupa bayangan hitam putih tapi itu sukses membuat ku seperti berada di atas pasir hisap yang menelan ku hidup-hidup. Ada rasa membenci ku pada aku sendiri yang melukai nya di malam sebelum nya. Dia yang ibu dari janin yang mengandung nya. Rasa aneh muncul kalau memikirkan janin ini ada dirahim seorang Fayza yang dulu aku benci tapi ada desiran aneh perasaan senang. Lalu yang kedua hal sama tetap terjadi. Saat menemani Fayza kontrol kondisi anakku. Perasaan itu kembali muncul. Bahkan setelah Dokter mengatakan kondisinya sudah baik. Itu seperti busur panah yang dilepaskan dengan cepat. Rasa bahagia yang sangat besar. Bahkan aku tak mengerti kenapa dengan berita sekecil itu membuat ku seperti memiliki kebahagian. Aku tak menyadari nya setelah Fayza bicara seperti ini. Dan dia menganggap ku memiliki hati yang baik??
Dan kenapa aku serasa semakin nyaman saat ia membuka pikiran ku seperti ini. Hingga timbul rasa gundah yang ingin kulepaskan. Aku ingin sekali menuangkan nya dalam bentuk ciuman.
Dan saat Fayza kembali terisak aku menarik kepala nya dan mencium nya. Rasanya sungguh luar biasa. Bisa kurasakan desiran panas naik kepipi ini. Membuat rasa menggelitik dan aku menyadari ini bukan nafsu yang melingkupi tapi sesuatu yang lain. Aku tak tau kenapa tapi jantung ku berdebar keras.
Fayza kembali menarik dirinya.
" Vian. Kenapa kamu suka sekali mencium ku dengan tiba-tiba" Maki nya memukul bahu ku
Apakah Vian juga selalu mencium nya tiba-tiba. Rasanya mulut ku mengering. Aneh aku merasa tidak suka.
" Aku hanya ingin bilang aku merindukan mu" Kata ku merayapi sorot matanya yang kaget. Dan ada semburat merah di sana.
Apakah dia merasa malu atau senang?
" Berapa persen kamu menyukai Varo? "
Ia mengendikan bahu. " Aku tak tahu. Tapi aku sudah sakit hati oleh nya. Dia juga membuat semua nya semakin ruyam. Kalau saja ia datang padaku sekedar menghargai anak ini. Semua ini tidak serumit sekarang Vian! Tapi sudah lah. Dia sangat mencintai Deasy! Dia juga tak salah!! "
Aku tak bisa bersuara lagi. Baru saja aku sedikit senang mendengar ia bilang mulai menyukai ku sekarang ia bilang sudah sakit hati. Ya waktu itu memang salah. Aku hanya mengingat bagaimana kondisi Deasy yang lebih di sakiti disana juga aku mengira pelaku nya adalah Fayza. Aku sama sekali merasa sangat buruk sekarang.
" Dia tidak mencintai Deasy seperti itu. Tapi entahlah.. " Aku hanya bisa bersuara dari hati. Aku serasa berada di atas danau yang membeku. Air yang beku hanya sekian inci saja. Seperti Hubungan ku dengan Deasy ! Kami memang dekat karena dia selalu menyongkong ku dan membantu ku melupakan Fayza. Aku terbiasa dengan Deasy. Terbiasa memperhatikan nya yang lemah dan itu menjadi kebiasaan ku bertahun-tahun juga sebagai rasa bersalah ku karena membuat nya kehilangan mimpi nya. Aku hanya seorang anak yang tak diinginkan ibunya. Sedangkan diluar sana banyak seorang ibu memimpikan anak nya menjadi seseorang yang berguna. Tapi aku bukan di antara nya aku menjadikan mimpi Ibu ku seburuk kehidupan nya. Sejak kecil aku selalu disalahkan karena hadir di dunia ini dan menghancurkan cita-cita nya. Dia juga menyalahkan ku karena aku membuat pria yang ia cintai meninggal.
" Vian..
Aku tersentak dengan panggilan Fayza. Kulihat ia sudah tak menangis.
" Aku senang kamu kembali. " Katanya disana dengan senyuman yang tulus. Matanya memancarkan rasa lelah yang seakan ia lepaskan. Rasa tertekan yang seperti bersandar kokoh di bahunya.
" Aah aku harus kembali. Ini terlalu lama aku keluar. Papa bisa marah" Wanita ini lalu kelihatan panik. Di dalam sana juga Hans seperti nya sudah selesai mendapatkan borongan kue di toko Ibuk.
Kenapa secepat ini rasanya aku tak mau Fayza pergi.
" Apakah Papa Farid sudah memblack list ku? Tanya ku gusar.
Fayza mengangguk. " Ya.. Malahan Papa malah menyuruh ku untuk mencari Papa Sambung yang baru buat anak ini! "
Aku menganga lebar? Papa sambung?? Darah ku rasa nya mendesir.
" Aku tidak mau! "
" Terlambat! Kamu pikirkan sendiri bagaimana cara nya meluluhkan Papa. Bye.. Vian selamat tinggal"
Pipi ku lalu di kecup. Aku sampai bengong tapi hanya sekejap. Fayza sudah keluar dari mobil.
" Fayza... Fayzaaa" Panggil ku tak sadar keluar dari sana.
Fayza berbalik dan aku mempercepat langkah. Aku tak sadar aku sedang menjadi Vian. Aku lupa bagaimana beracting kaki ku tak pincang. Dan ini membuat Fayza terdiam disana. Sorot matanya seakan memaki ku. Ia sudah tau aku menipunya.
Dengan cepat ia berbalik dan kabur masuk kedalam.
Aaahggggghhgg
Aku berteriak kesal kenapa aku sungguh seperti bocah yang melakukan trik bodoh dan ini apa lagi dimana nyali yang aku banggakan selama ini! membunuh manusia saja aku tak segan segan. Sekarang mehadapi Papa Mertua malah sangat tak bernyali.
*
*
*
Pov Fayza!!
Kena!
Aku senyum senyum sendiri saat mengingat acting ku barusan. Aku berpura-pura percaya pria yang menunggu ku di mobil itu Vian. Pertama aku memang terkecoh dan senang yang menghubungi ku adalah nomor Vian. Beruntung ia bilang ada didepan.
Disana aku sudah tau itu Varo. Bukan Vian. Perbedaan identik dari Vian dan Varo adalah sorot mata. Apalagi tadi Varo kaku sekali menjadi Vian. Ya sekalian saja aku menyerang nya dengan jurus kata-kata. Walau apa yang aku ucapkan 80% benar. Sekaligus mengeluarkan uneg-uneg ku pada Varo. Biar dia tau bagaimana tertekan nya aku dengan kejadian kejadian yang datang. Lalu dia malah tak sadar membongkar sendiri dirinya. Jadi mau ketawa.
IQ Vian dan Varo memang masih takaran sama. Kalau Varo ternyata lebih parah.
Aku diam sesaat. Tadi aku langsung lari kedalam rumah. dan aku kembali sendirian di kamar ini. Ya! Beberapa hari ini aku sering di Toko Ibuk mengisi waktu membosankan. Secara aku bosanan kalau tak mengerjakan sesuatu. Ingin pergi ke V. E masih belum dapat izin dari Papa.
Kadang ngidam ku mau ketemu model model pria di V. E kambuh. Aku ingin sekali ke V.E sekedar melihat mereka. Anak anak manusia yang bertampang tamvan dan punya tubuh proesional.
Ya hujat saja ibu hamil ini punya suami tapi mata nya jelalatan. Aku juga tak tau kenapa. Salahkan saja arti kata ngidam! !
Jangan kan ke V. E
Pergi ke Minimarket dekat saja dilarang.
Sekarang Papa sangat membenci Vian. Walau Mami sudah menceritakan kronologis nya. Papa tetap tak membenarkan KDRT yang Varo lakukan.
Lalu? Kenapa tadi Varo menemui ku? Dia juga mencium ku. Apakah dia hanya ingin tubuh ku lagi?? Hanya saja ciuman nya serasa tertinggal disini.
Aku melongos menutupi muka ku dengan selimut.
" Sadarlah Fayza. Dia bahkan bersama Deasy akhir akhir ini" Sungut ku seakan menampar diri lagi. Aku sudah dengar Deasy bunuh diri. Aku tau itu dari Leo. Entah dari mana Leo dapat berita itu karena ku yakin ia sudah di anggap pengkhianat oleh Varo.
Besok nya. Aku kembali uring-uringan. Kenapa ngidam ini sangat menyiksa.
" Buk.. Papa mana? " Tanya ku pada sambil mencomot bawang goreng yang Ibuk bikin.
" Papa ke Bogor. Ada proyek dadakan disana. Papa sama Andhika berangkatnya" Kata Ibuk sambil terus mengerahkan tenaga nya untuk mengadon kue.
" Kapan pulang? " Tanya ku entah seperti ada sesuatu yang nyelip di otak ku.
" Dua hari lagi? Kenapa kamu nanya? " Tanya Ibuk dengan mata menyipit.
" Fayza boleh pergi ya? Keluar? Sumpek buk di rumah. Mau jalan-jalan! " Kata ku memelas.
Ibuk melihat ku sambil mengadon lagi. " Papa akan marah kalau tau kamu keluar. ibuk ga mau disalahkan" Kata Ibuk.
" Yaaach.. Ibuk... Masa Fayza di kurung begini. Kayak anak abg aja sih Buk. Fayza kan perlu hiburan juga. Gimana kalau Fayza depresi. Apalagi lagi hamil muda begini" Rengek ku sungguh-sungguh. Aku tak mungkin bilang kalau aku ingin menemui model-model itu hanya untuk mengurangi ngidam aneh ini.
Ibuk kembali menilik ku dengan mata penuh selidik.
" Kamu kenapa jadi cerewet begini sih Fay. Kenapa kamu berubah secepat ini?? "
"Aku juga tidak tau. Semua nya terjadi semasa hamil ini.'' sahut ku memang apa adanya.
Ibuk menghela nafas panjang.
" Ibuk juga ga mau kamu terkurung seperti ini Fay. Papa kamu keras kepala. Tapi Ibuk juga ga bisa berbuat apa-apa!! Diluar sana kamu sudah di kenal orang kan. Bagaimana Vian nemuin kamu?? Apalagi dia dalam kondisi seperti itu. Bisa saja ia melukai kamu lagi!!"
" Buk. Vian itu bukan untuk dihindari tapi di sembuhkan. Dia tidak sejahat yang ibuk dengar... Apa Ibuk ga kasian Vian punya traumatis sehebat itu sampai ia punya kepribadian lain! Dan asal ibuk tau. Vian sudah minta maaf juga kan. "
Ibuk seperti nya menerima perkataan ku" Tapi ibuk tidak terima dia selingkuh Fayza ingat itu!! Berbagi suami dengan perempuan lain itu sangat merusak batin ga ada obat nya!!!"ucap Ibuk sambil mengepal tangan nya yang penuh dengan adonan yang menempel keudara.hidung nya berkerut tajam.
" Itu bukan Vian buk. Itu Varo!! Mereka beda kepribadian jadi mereka punya cerita sendiri!! Vian menyukai Fayza. Varo menyukai Deasy. "
" Terus kamu mau saja suami kamu sama perempuan lain. Bagaimana kalau dia punya kepribadian 10. Cewek nya 10 juga. Kamu mau??? " Sanggah Ibuk semakin berkobar kali ini dengan kekuatan emak emak yang kulihat. Susah juga kalau berdebat dengan Ibuk.
" Pokok nya ibuk ga mau kamu di permainkan begitu!! "
" Tapi Fayza! Boleh keluar kan Buk. Kataku sekali lagi. Aku meringis lalu segera menghampiri Ibuk. Ini sangat jarang aku lakukan sebagai puteri seorang Liana. Dulu aku lebih pasif berinteraksi sama Ibuk. Apalagi memohon seperti ini,walau keras kepala nya tetap sama.
" Sama siapa kamu?? " Tanya Ibuk dengan mata kembali memicing seperti mata ikan hiu.
" Fayza sama Elysa buk. Dia teman Fayza di kantor dulu! " Kata ku sedikit benar sedikit bohong.
" Kantor dulu? Ah ngomong-ngomong kantor yang dulu itu yang atasannya pacar kamu itukan?? Seru Ibuk malah berubah mood. Sekarang jadi semangat 45 dengan mata menggeriyang.
" Kamu tau. Arland kemaren ada hubungi Ibuk. Dia menyarankan Ibuk untuk buka cabang ke Malaysia. Dia akan bantu Ibuk untuk semua nya. Ibuk hanya tau beres aja. Gimana menurut kamu Fayza. Ibuk jadi bermimpi kalau nama toko roti kita sampai ke mancanegara sana. Aaaah.. Rasanya bangga sekali Ibuk Fayza!!! Bisnis Ibuk dari kecil sampai segede itu.. "
Kulihat Ibuk melihat lelangitan dengan wajah ceria. Seolah mau menari nari indah disana.
Ini Arland malah nambahin masalah. Aku masih marah dengan Arland. Dia lah pelaku mengutus Om Ardi buat memberikan Bukti-bukti itu kepada Papa. Dan beberapa hari yang lalu aku bertengkar dengan nya. Lalu ini dia apa maksud nya?? Mau mendekati keluarga ku setelah membuat image Vian buruk??
" Buk!! Kalau masalah itu Vian juga bisa bantu lho Buk. Dia punya koneksi banyak diluar. Bukan hanya Malaysia. Sampai ke Bulan juga bisa buk" Kata ku memencet pangkal hidung ku karena terlalu pusing.
" Vian? Aah ibuk ga mau. Sekaya apapun Vian. Mending memilih membuka di pinggiran jalan begini ketimbang harus di dana-in Vian" Sergah Ibuk ogah-ogahan.
" Apa bedanya sama Arland buk. Jangan nerima bantuan dari orang lain deh buk. Ibuk juga udah tau Arland itu mantan Fayza. Fayza ini masih istri Vian buk. Jangan sampai ada orang yang menggunakan kedekatan ibu sama Arland untuk memfitnah Fayza!!Ucap ku lugas. Membuat Ibuk agak kaget dan bengong.
" Astaghfirullah.. Iya ya Fayza aduuh maafkan Ibuk Fayza.. Ibuk ga berpikir sampai kesana"seketika Ibuk merasa bersalah. Aku mengangguk. Aku pun sadar apa yang aku ucapkan juga harus nya aku sadari juga. Aku kemaren kemaren malah ada di apartemen nya.
" Emmm Ibuk ijinin kamu keluar. Tapi jangan sampai Papa Tau ya Fayza. Jangan sampai malam, nanti kalau Papa minta Video Call ibuk susah cari alasan" Seketika aku langsung sumringah dan langsung memeluk Ibuk dengan rasa terimakasih ku.
*
*
Setengah jam kemudian. Aku sudah siap dengan stelan pakaian ala olahraga. Jaket hody motif macan dan sepatu kets wedgas. Jangan kupa kacamata besar nya, aku masih menerapkan Fayza yang masih era zaman know. Kali ini sudah tidak kudet lagi riasan nya. Aku sudah menguasai teknik make up dengan sempurna. Kelamaan dirumah bikin aku jago mengoles make up.
Dan disini Elysa menjemput ku. Aku tetap harus memberi kepercayaan Ibuk dengan siapa aku pergi.
Aku akan ke V. E untuk mengurus urusan ngidam ini. Semoga saja aku tak ketahuan lagi oleh Varo. Pergi kesana cuman untuk bertemu dengan model-model itu!!