" Kenapa kamu diam saja?? Kamu bahkan tak ada disaat aku diserang komentar jahat itu. Kau tau semua orang memandang ku buruk dan mengangkat nama Fayza sebagai korban. Disini aku korban nya! korban Melviano dan Fayza. Varo.. Please kita harus kembali ke Jerman... Aku ga mau mereka menarik kamu.. Jangan sampai Melviano menguasai mu lagi.. Apa kamu lupa bagaimana ia memperlakukan ku saat ia menguasai mu... Dia memberi suntikan palsu. Aku menderita saat dia menguasai kamu Varo.. Ku mohon .... "
Varo memejamkan matanya. Pusing menguasai kepala nya. Ia seperti berada di tengah pilihan sulit. Rasa bersalah menyusup apalagi saat Deasy memerlukan nya ia malah mencari keberadaan Fayza dan mehabiskan malam panjang dengan wanita itu. Hingga hukuman yang ia dapat adalah Deasy mengiris nadinya. Dan ini karena dia.
" Kita akan pulang. Okey.. "
" Benarkah.. " Manis indah Deasy melihat hangat pada Varo. Jemari Varo mehapus air mata yang membasahi pipi Deasy.
" Istirahat lah dulu. Aku akan menemani mu disini.. "
Deasy mengangguk patuh. Hatinya bermekaran seperti bunga. Varo memang mudah ia kendalikan. Pria itu sama bodoh nya seperti dulu. Saat ia mengantarkan diri sebagai makcomblang untuk dia dan Fayza. Ya walau tidak di pungkiri Deasy juga menyukai Vian saat itu. Dan kesempatan kedua datang saat di Jerman. Ia kembali dipertemukan dengan Melviano dalam situasi pelik. Ia baru di kejar kejar oleh penjaga customer nya yang harus ia layani malam itu. Tidak tau nya ia malah di tabrak oleh Melviano dan semua bermula dari sana. Melviano yang sudah berubah jadi Varo menyelamatkan nya dari Algojo-lagojo itu tapi naas. Ia kehilangan kemampuan berjalan juga dan selama itu ia menjerat rasa bersalah Varo pada Kaki nya.
Suatu kemudahan baginnya untuk memiliki Melviano lagi dalam bentuk Varo. Varo bak cangkang kosong yang mudah di manipulasi. Dengan membuat bumbu bumbu halus dengan memburukan nama Fayza itu mampu membuat Varo semakin membenci Fayza dan kepribadian Varo terus bersarang disana. Mantera Varo ada adalah dengan mengingatkan Varo tentang kebusukan Fayza dan janji nya untuk terus menebus rasa bersalahnya.
*
*
1 minggu berlalu. Varo tidak ada muncul ke rumah nya Fayza. Ia juga tak bisa kemana mana selain mengurung diri di kamar. Pemberitaan nya memang sudah tenggelam tapi ia sudah di kenal orang. Walau ada sisi positif nya. Toko Ibuk jadi sangat ramai oleh pencinta para wanita terluka, terzolimi. Penganut fans akut layar ikan terbang itu dan semua dari kalangan emak-emak.
Dan sekarang ia memutar mutar stempel Varo. Menatap bentuk stempel kecil yang sangat dicari Varo itu.
Benda kecil itu bisa membuat nya menjadi Bilioner dalam 1 detik. Ia bisa mengalihkan semua saham Varo atas nama nya dan mengendalikan Varo sesuai keinginan nya. Maupun membut Varo jadi misquen bahkan gembel sekalipun. Tapi ia masih ragu untuk melakukan nya. Hati nurani nya masih begejolak. Alias tidak tega.
Resepsi fix dibatalkan. Dari keluarga nya merongrong nya untuk pisah dengan Vian tapi ia salut keluarga Vian yang terus datang setiap hari menjenguk nya. Mami Lily dan dan Papi Andhika. Mereka sudah menceritakan tentang kondisi Vian yang memiliki kepridbadian lain. Saat ini jiwa Vian sedang sibuk mancing di kutub utara sana dan mengutus sodara jiwa nya Alvaro menguasai di inang nya. Dan itu salah satu pemicu kalau Varo lebih memilih wanita lain yang dianggap kekasih nya. Tapi Mami dan Papi juga tidak bisa terus memaksa kan kehendak mereka. Dan inti nya keputusan ada pada Fayza. Mami juga sudah memblok akut rekening bank atas nama Melviano tapi tetap saja Alvaro punya kerajaan sendiri tanpa bantuan keluarga andhika.
Varo Pov.
" Aku lelah.. Aku pulang dulu" Aku segera beranjak tapi Deasy kembali menarik tangan ku. Mata manik indah nya menatap ku sendu seperti mata rusa yang terluka.
" Kenapa pulang terus..., aku takut sendirian...! Dan kapan kita balik Varo. Ini sudah seminggu kamu mengulurnya.."
Aku berbalik lalu menunduk kedepan Deasy. Wajah nya masih terlihat pucat dan sangat lemah.
" Kamu ada Delisha disini!! Dan juga kamu tau status ku bagaimana kan.
Untuk ke Jerman masih belum bisa dalam waktu cepat ini. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan disini"
Mendengar itu bibir Deasy menyebik ke bawah. " Tapi janji Varo kita pulang kan!! "
Tenggorokan ku kembali kering setiap Deasy menuntut itu.
Tanpa sadar aku melepas tangan nya.
" Kita bicara kan nanti. Aku benar benar harus pulang Deasy!! "
Dengan cepat aku beranjak dari sana dan orang-orang ku juga membantu menahan Deasy disana.
Aku merasa memperlakukan Deasy buruk lagi tapi ini juga karena ia berbohong pada ku.
Sudah diketahui kalau yang membuat berita kami diketahui adalah Deasy! Tepat nya 3 hari yang lalu. Dan Deasy juga sudah mengakuinya aku sangat kecewa padanya tapi dia memohon maaf dan ampun dia bilang dia hanya tidak ingin kehilangan ku. Kami sempat bertengkar tapi lagi-lagi aku tak tega melihat nya menangis dan tak sadarkan diri bahkan menolak untuk makan .Baru kemaren kami kembali berbaikan. Ya walau aku masih merasa kecewa dengan nya. Dia menyeret nama Fayza untuk menjadi pelaku nya. Dan aku juga menuduh Fayza.
" Ke depan rumah Fayza" Pinta ku pada Hans yang mengemudikan mobil. Aku ingin melakukan nya kemaren malam tapi rasa gengsi ku masih tinggi. Hanya malam ini aku merasa ingin menemui nya. Parah nya aku merasa ada yang kurang setiap pulang kerumah menemukan seorang diri. Walau hubungan kami buruk. Kami sempat berinteraksi dan dia membuat kan ku sarapan. Hanya beberapa kali tapi itu seperti magnet yang membuat ku merasa hampa dirumah sendirian. Dan aku serasa gila mengingat Fayza yang tanpa busana. Menggeliat di bawah ku bahkan ia menyebut nama ku berulang kali. Suara nya seperti rollercoaster di ingatan ku saat ini. Percintaan terakhir kemaren adalah yang termanis. Dia dan aku seperti sudah mengenal sangat lama. Dengan tubuhnya yang terus mengundang candu dan aroma nya masih tersisa di otak ku. Seperti sekarang ada rasa yang aneh seakan akan ia adalah seseorang yang sangat lama aku rindukan. Mungkin aku perlu mengetahui nya setelah melihat nya.
Tapi apakah keluarga nya mengijinkan!!
Ada rasa frustasi yang baru aku rasakan. Tak ada yang bisa aku dapatkan selama aku menjadi Varo.
Hanya saja melihat sosok Papa Fayza waktu itu membuat benteng pembatas yang kokoh.
Bagaimana kalau Papa nya masih menolak ku??
Parahnya apa mungkin Papa nya sudah mencoret nama ku sebagai menantunya.
Aku terlalu banyak berspekulasi sampai mobil yang di kemudian Hans sampai di dekat rumah Fayza.
Aku ingat ini rumah ku dulu. Rumah pertama kali aku di sambut oleh Mami Lily dan sikecil Tasya hadir menjadi adik kecil ku.
Bentuk nya tak banyak berubah hanya saja ada Toko Roti di sisi rumah.
" Akhir-akhir ini Nyonya membantu jaga toko roti ini tuan! " Kata Hans menjelaskan. Aku memang masih memerintah seseorang untuk mengawasi Fayza.
Aku melihat kearah Toko Roti itu yang masih buka. Warna lampu kekuningan disana juga bisa kulihat aktivitas didalam Toko Roti itu. Dan banyak kendaraan parkir didepan sana. Rame dan banyak pembeli! Bahkan dua meja di depan Toko disana penuh dengan pembeli yang menikmati sajian kue dan minuman disana.
" Apa dia tidak cape berada disana. Apa dia tidak memikirkan kehamilan nya?? " Sungut ku merasa gelisah Fayza selalu tak memikirkan kehamilan nya sama seperti waktu itu. Ia sampai magh akut karena tidak teratur makan.
Aku mencoba mencari keberadaan Fayza dari Estelase toko. Mata ku langsung menangkap sosok Fayza di sana di belakang meja kasir ia menggulung rambut panjang nya keatas. Dan menyisakan sedikit disisi telinga menjuntai dengan manis, Wanita itu mengenakan Dress panjang dengan bahu terbuka walau ada celemek menggantung di leher nya tapi itu masih bisa memperlihatkan kulit nya disana.
" Kenapa dia berpakaian seperti itu" Aku sungguh tak suka melihat Fayza mempertontonkan kulit nya sambil melayani pembeli. Dan apa yang kulihat ia tersenyum disana saat seseorang pria selesai mengambil kembalian uang nya. Senyum nya manis sekali. Apa ia sengaja senyum semanis itu dengan orang tak dikenal. Apa dia sudah berpikir akan jadi janda muda. Jadi genit-genitan seperti itu???
Rasanya aku tak ingin ia senyum begitu didepan pria lain.
Lalu kemudian kulihat Papa Farid datang mendekati. Mereka tampak mengobrol hingga Fayza bangun dan melepas celemek brand roti disana. Meja kasir itu digantikan Papa Farid. Rasanya aku sangat senang. Fayza tak akan lagi senyum senyum dengan pembeli.
Tapi lengkungan senyum ku malah memudar saat kulihat Fayza menempati satu meja yang di tempati seseorang. Dan itu berjenis kelamin pria. Apa itu Arland?? Rasanya ada panci panas menempel di wajah ku.
" Itu siapa?? " Tanya ku pada Hans. Mata ku lurus memperhatikan pria tampan di seberang Fayza. Kenapa pria itu terlihat sempurna!! Sial. Dia punya garis rahang yang tegas, dari samping ia duduk tampak lengan nya sudah tertata otot yang bagus. Shit!! Kenapa aku merasa menjadi
Berbanding jauh dari pria itu. Wajah ku oke! Tapi badan. Vian sialan. Dia menghilangkan abs yang ku bangun bertahun tahun hanya dalam setahun. Apakah anak itu habis makan langsung mendengkur. Aku menatap perut buncit di bawah mata ku. Sumpah setelah ini aku akan gym mati-matian!!! Pria itu hanya menang di badan doang. Liat saja isi kantong nya tebalan siapa!!!
Mereka tampak luwes mengobrol dan jeretan gigi Fayza yang putih tampak terus terlihat saat ia tersenyum. Mata ku kembali fokus dengan pria disana. Aku mengingat nya itu pria sama yang ada di Cafe malam saat Fayza ingkar janji mau cek kandungan nya. Ya aku yakin dia!
" Dia Gavin, Tuan.. Pria yang sempat di jodohkan dengan Nyonya sebelum kalian menikah" Kata Hans menjelaskan.
" Hah.. Benarkah itu?? Dijodohkan!! " Kepala ku rasanya penuh dengan binatang kecil semacam rayap seolah menggerogoti Ada kilasan wajah pria yang sempat masuk. Wajah pria tampan dengan mata menatap Fayza penuh minat.
Aku mengendik. Apakah ini ingatan Vian. Jadi selain Arland ada pria lain. Dan dia tampak sangat menyukai Fayza!! Arland saja masih kekeuh ingin mendapatkan Fayza. Lalu pria itu tak tahu malu nya masih berani menemui Fayza dalam status istri orang. Apakah seindah itu Fayza disukai beberapa pria. Bagaimana dengan Vian??
Arland adalah pria yang Fayza cintai, pria itu juga tampak bukan sembarangan pria. Dia punya wajah yang bermartabat juga dewasa.
Masalah terbesar nya adalah kenapa Fayza selalu wellcome dengan pria luar. Apa dia masih tidak mengingat status nya dan ada anak ku di dalam perut nya!! Wanita itu tidak kapok melakukan hal menjijikan seperti yang sudah ia lakukan.
" Gavin, punya silsilah keluarga Cendana dan dia juga memiliki banyak anak perusahaan di berbagai Negara, Tuan! "
" Diam! Aku tak meminta mu menjabarkan pria tidak tau malu itu" Kesal ku pada Hans.
Hans langsung bungkam.
Tapi apa yang disampaikan Hans kembali menyusul kekesalan ku. Hebat sekali Fayza!! Ugh!!
Lalu kulihat Fayza dan pria itu berdiri. Pria itu beranjak dari sana dan melambaikan tangan pada Fayza. Fayza hanya tersenyum manis hingga ia kembali masuk kedalam toko.
" Wow.. Bisa bisa nya ia sebaik itu sama mantan pria yang pernah dijodohkan dengan nya!! " Runtuk ku kesal masih membumbung tinggi.
" Tuan. Maaf tuan. Boleh saya bicara lagi?? "
Kata Hans memotong macam spekulasi di kepala ku.
Aku menatap nya dari kaca spion. Dia terlanjur ngomong membuat ku penasaran saja.
" Ya bicara lah! " Sungut ku dongkol.
" Di sebelah kiri samping pohon besar itu ada mobil yang juga terus mengawasi toko ini seperti kita!! "
Aku mencari arah petunjuk Hans dan menemukan mobil hitam di samping pohon besar.
" Itu mobil Arland, Tuan. Dia memang terlihat ada disana sepanjang malam setiap hari setelah beberapa malam yang lalu"
" Beberapa malam? Kenapa kamu baru melaporkan nya!!! "
" Aah maaf Tuan. Saya lihat anda begitu kacau beberapa hari ini. Saya pikir anda hanya sibuk memikirkan kesehatan Nona Deasy!! "
Apa dia bilang??? Rasanya mau aku tendang bokong Hans. Ia sangat berbeda dengan Leo. Leo sangat akurat. Kalau Hans?? Kenapa dia memikirkan mood ku dulu?
Apakah Hans tidak tau aku kacau bukan hanya Deasy juga Fayza!!
" Bonus kamu aku potong!! "
" Iya tuan" Lirih Hans dengan sedih tapi aku tak peduli.
" Jelaskan apa yang terlewatkan. Malam yang lalu apa! Emang Arland melakukan apa?? "
" Dari laporan Andi! Kalau Arland sempat bertengkar dengan Nyonya. Nyonya tampak tak suka Arland terus datang lalu ia menarik narik Arland agar keluar dari rumah. Itu saja! "
"Ho hooo benarkah" aku berseru riang. Fayza melakukan nya?? Apakah mereka bertengkar??
Rasa senang menyelimuti ku dan mengagumi Fayza. Dia sadar diri mungkin! Saat pisah ranjang tidak mau menemui pria lain.
Tapi!! Tidak. Tadi saja ia cengar cengir dengan mantan pria yang dijodohkan dengan nya.
Kalau aku jadi Fayza. Aku lebih mengutamakan ke orang yang dicintai bukan orang lain. Dan ini kesempatan nya untuk menjalin hubungan lagi dengan Arland kan. Apakah mungkin sebenarnya ia juga tak menginginkan Arland?? Tapi kemaren dia saja mau di bawa ke apartemen Arland.
Ini memusingkan.
Rasa gelisah terus menyelimuti ku.
Lalu ku ambil ponsel ku. Aku masih bisa melihat aktivitas Fayza di dalam sana yang memang hanya di batasi kaca besar tembus pandang.
Kalau dipikir pikir aku tak pernah menghubungi Fayza. Dan nama kontak nya tak ada di ponsel ku. Shitt!!
Aku hanya selalu meminta Siska dan Leo untuk menghubungi nya. Menggunakan perantara untuk menyampaikan kemauan ku.
" Kamu punya nomor Fayza? " Tanya ku pada Hans.
Pria ini malah terkejut. Apa pertanyaan ku aneh??
" Tidak punya saya tuan! " Jawab nya bikin kecewa saja.
Minta sama Siska! Perintah ku dongkol. Dasar tak berguna!!
Hans segera mengambil ponsel nya.
Kulihat Hans menghubungi Siska. Agak lama dan lama sekali.
" Maaf tuan. Tidak diangkat! Mungkin Nona Siska lagi sibuk!! "
Rasanya sungguh ingin menguyel uyel Hans. Kenapa dengan nya aku selalu sial.
Ku ambil ponsel ku. Dan menghubungi Siska sendiri. Tapi benar kata Hans telepon ku juga tak diangkat. Wanita itu berani mengabaikan panggilan ku dan ini sedang darurat.
aku mengusap wajah ku dengan kasar. Bahkan tak memiliki nomor Fayza membuat ku semarah ini. Leo tentu ada nomor Fayza. Tapi mau dikemanakan harga diriku.!!Sesuatu terbesit. Kenapa aku setolol ini.
Aku masih punya sim card si bego Vian.
Dengan cepat ku lepas sim card milik ku dan memasang kembali kartu telepon Vian.
Setelah terpasang. Aku mencari nama Fayza di kontak nya. Tapi tak ada sama sekali. Dengan kesal dan mata lelah aku menerka nerka nama yang Vian buat untuk wanita itu. Sekian detik sekian menit terbuang hanya mencari nama Fayza. Hingga kutemukan nama aneh bin alay.
"Love lovee loveeeeeeeeeeee"
Aku membaca nama perulangan kata itu dengan geli.
Wadepak...!!
Rasanya ada bom molotov di kepala ku.
Ah sudah lah. Aku pusing menerima kenyataan tentang jati diri ku satu nya itu.
Aku segera menghubungi nomor Fayza di sana.
Dalam deringan ketiga telepon ku diangkat.
" Vian.. Ini kamu?? " Suara Fayza seolah gelembung udara yang meletus diudara. Kenapa dengan suara nya saja membuat ku terenyuh dan tersenyum. Tunggu dia panggil aku Vian? Apa dia pikir aku Vian? Ah. Mungkin kah karena aku memakai nomor Vian. Bagaimana ini. Kalau aku mengaku Varo mungkin dia akan menutupnya.
Aku tergugu sesaat
" Vian? Ini Vian atau?? "
" Fayza. Ini aku Vian"
Aku sudah mengeluarkan kebohongan. Begini kah Vian bicara? Aku sama sekali tak tau bagaimana logat Vian bicara. Yang jelas dia tidak kasar seperti ku. Aku sedikit menurunkan intonasi suara ku. Aku pernah menyamar Vian sewaktu dirumah sakit kemaren.
" Benarkah?? Vian.. Kamu sungguh Vian?? "
Ia kembali bertanya dan suara nya sedikit sumbang. Apakah ia menangis? Aku menilik ke dalam toko roti hanya ada punggung nya disana dengan ponsel masih menempel.
" Ya ini aku Vian! Melviano.. Suami mu.. ! " Kataku meyakinkan. Kenapa rasanya aneh menyebutkan nama Vian sebagai suami nya. Suami nya itu aku. Varo!!
" Sebentar jangan ditutup! " Katanya berbisik. Kulihat disana ada Papa Farid menuju kearah nya. Wajah Papa Farid seperti menyelidik begitu.
" Kamu bicara sama siapa? " Aku bisa mendengar jelas pertanyaan Mertua ku. Suaranya tinggi.
" Mahasiswa ku Pa! Dia nanya tugas! " Jawab Fayza berbohong.
" Papa tadi agak dengar kamu menyebut Vian. Apa itu dia? "
" Bukan! Bukan kok. Ini mahasiswa nya Fayza. " Jawab Fayza lagi dengan nasa cemas.
" Fayza jangan bohong ya?! "
" Ga kok. Pah!!
Kemudian kulihat Papa Farid kembali kemeja kasir dengar wajah sangar mengawasi Fayza.
" Aku ada di depan. Aku ingin menemui mu Fayza!! " Kata ku setelah suara nya muncul lagi.
Tuuuuutt
Tuuuuutt
Telepon ku malah di putus oleh nya.
Rasa kecewa dan pedih muncul bersamaan. Apakah ia takut dengan Papa nya.
Aaaaaagggggh kenapa aku malah frustasi begini!!! Bahkan kami suami istri malah di tentang oleh orang tua sendiri.