Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 43 - Empat Puluh Tiga

Chapter 43 - Empat Puluh Tiga

" Kamu ingin aku menceraikan mu?? "

Aku menggangguk. Aku rasa itu pilihan nya. Aku sungguh menyerah dan aku mau hidup tenang.

" Ya.. Kita tidak akan pernah sejalan dan aku bukan wanita yang pandai merayu seseorang agar menyukai ku! Dan ini juga adalah kamu Varo. Bukan Vian. Kalau Vian dia tidak akan menceraikan ku kan. "

" Aku sudah bilang aku akan menghukum mu dengan ikatan ini"

Varo meletakkan piring itu dengan kasar di nakas

" Baiklah. Aku tidak akan serakah dengan surat cerai. Aku masih bisa hidup sesuai keinginan ku" Sahut ku enteng. Aku tersenyum tipis padanya.

" Jadi kamu ingin kembali dengan pacar mu?? " Tanya nya disana.

" Arland?? "

Varo diam saja. Ia melihat ku dengan tajam menohok.

" Aku dan dia sudah dijalan sendiri-sendiri!! Ini tak ada hubungan nya dengan Arland. Aku meminta nya karena aku juga tak mau mengganggu mu!!"

Varo nya diam saja.

" Atau kamu punya keinginan apa?? " Tanya ku hati-hati.

Varo mendelik kearah ku lagi.

" Bagaimana kalau kita berteman Varo!!! Kamu belum mengenal ku kan?? Anggap aku partner mu! Aku tidak akan mengganggu urusan pribadi mu dan aku juga akan tetap menjamin nutrisi anak ini!!! "Umbar ku memberikan kesepakatan yang lebih adil. Aku akan membebaskan Varo ini mirip dengan perkataan ku dengan Vian waktu itu dan pada akhirnya aku juga menyampaikan nya pada Varo juga. Mungkin dia lebih akan menerima.

" Kamu tau. Hati ku milik siapa. Dan hati mu milik siapa kan. Jadi kita sepakat. Okey!!! " Ucap ku. Aku hanya mengatakan asal hati ku milik siapa. Walau semula aku merasa hanya mencintai Arland. Sekarang sudah tidak terlalu besar. Aku hanya menggunakan istilah itu untuk mengangkat derajat ku karena dia juga punya seseorang yang spesial dihatinya. Si Bellaang itu.

Varo lama memandang ku hingga ia bangkit dari sana.

" Baiklah " Katanya membuat ku ingin teriak merdeka.

Jadi ini adalah keinginan ku pertama waktu itu. Varo akan mewujudkan nya. Pada akhirnya aku akan tetap memilih jalan ini.

*

*

Besok nya kurasa adalah awal baru dari titik titik pilihan kesepakatan yang kami buat kemaren. Kami akan jalan di pikiran masing-masing. Kami hanya terikat dengan anak ini tidak lebih. Dan itu artinya aku sudah bisa menjadi diri sendiri lagi.

Aku menjulurkan kepala kedalam kamar. Kulihat Varo disana baru selesai mandi. Walau rasanya mau menarik kepala tapi dia sudah melihat ku dari cermin lemari.

" Aku membuat sarapan. Kalau minat silahkan gabung" Kataku lalu segera pergi dari sana.

Padahal kamar itu ada walking closet tapi kenapa Varo suka sekali keluar langsung ke dalam kamar. Aku merasa was was dengan melihat nya Basah-basahan telanjang dada begitu. Walau badan nya tak sebagus Arland yang kaya akan abs nya. Tetap saja tubuh Varo itu mengingatkan ku dengan percintaan mengerikan kemaren. Bikin merinding juga bikin bayangan itu tak bisa ditepis, rasa takut membekas tapi juga rasa aneh seperti kagum. Aku jadi berpikir apa aku menyukai percintaan yang kasar? Oh tidak. Aku tidak ingin mengalami nya lagi. Bisa-bisa bukan lilin yang ditumpahkan Varo tapi minyak panas. Bulu kuduk ini langsung meremang kalau mengingat nya.

*

Aku menata meja dengan sandwich ikan, sarapan nasi dengan ikan goreng, ayam bakar dan tempe medoan.

Aku menatap kearah jenis masakan ku sendiri. Karena mual nya hari ini lebih pagi aku jadi ga ada kerjaan jadi membuat sarapan adalah jawaban yang tepat. Hanya saja jenis di meja ini semua nya adalah makanan kesukaan Arland.

Aku bahkan baru sadar, apa karena aku terbiasa membuatkan nya sarapan sampai-sampai saat membuat sarapan ingat nya jenis beginian.

Arland kira-kira dia sarapan nya bagaimana ya? Dia cowok yang malas sarapan. Dan hanya suka kopi saja. Kadang bisa kambuh sakit lambung nya. waktu kuliah sering banged. Ah kenapa aku malah memikirkan Arland. Mungkin saja saat ini dia masih sibuk mengurusi Tante Rose.

Aku mendengus mengingat Tante Rose. Bagaimana keadaan beliau ya. Arland dan Vania ga ada mengabari apakah artinya aku sudah lepas dari tante Rose? Seperti nya itu lebih baik. Aku sudah melepaskan Arland. Dan sekarang Vian. Aku hanya hidup untuk menjadi seorang ibu saat ini.

Aku tersentak kaget saat kursi di sebelah ku ditarik. Nyaris saja perut ku menabrak buku meja.

Di sana ada Varo dengan jas hitam nya. Dia terlihat sangat rapi dan jiwa pengusaha nya tampak kental. Plus wajah dingin nya sudah absen duluan, membuat kesan Varo menjadi eksekutif muda yang berpengaruh.

Kulihat ia melihat semua yang ada di meja. Aku pun ikut duduk di seberang nya. Ini fase aku sudah berdamai dengan Varo. Sedikit banyak aku ingin mengenal nya juga. Walau rasanya casing nya Varo ini Vian. Aku tetap gugup.

" Ada roti! Dan makanan berat, atau kamu mau kopi?? Aku bisa buat kan" Kata ku disana mencoba menawarkannya. Kalau Vian kurang suka Kopi. Vian suka nya sarapan nasi. Dan yang kutau dia sangat suka makan nasi kuning. Apakah Varo juga begitu??

Dia mengambil piring dan menaruh beberapa centong nasi putih disana. Matanya beralih dari ikan dan ayam. Berpindah-pindah sampai akhirnya ia hanya mengambil tempe medoan dan sayur. Aku ikut mengambil bagian ku sambil mengawasinya juga. Aku ini tipe wanita pasif kalau masalah basa basi tapi dengan Varo rasanya mulut ku terasa gatal ingin bicara.

" Kamu teh atau arput? "

Ia melihat ku dengan bingung.

" Air putih??! " Aku menjelaskan. Dan dia hanya mengangkat alis. " Air putih! "

Aku segera mengambil teko air di samping dan menuangkan air digelas nya. Setelah itu yang terdengar hanya dentangan sendok dan garfu. Walau mulut ini gatal mau bicara tapi aku bingung topik apa.

" Kamu suka tempe nya? " Tanya ku melihat ia lebih doyan tempe dari tadi.

" Lumayan" Sahut nya buka suara juga. Entah kenapa rasanya bikin senyum mendengarnya. Apakah mungkin begini ya reaksi orang-orang kalau sejenis aku yang kemaren irit bicara sekali buka bisa bikin orang senang.

" Itu tempe medoan, bumbu dapur turun menurun dari Ibuk. Juga kesukaan Arland! Kalau bikinan Ibuk lebih enak" Kata ku saking senang nya sambil bercerita. Kulihat ia berhenti mengunyah disana.

Ia lalu mengambil minum nya.

Aku pun lanjut memakan sarapan ku dengan tenang.

" Aku akan masuk ke V.E besok. Apa Leo ada cerita?? " Kata ku lagi.

" Hmm" Sahut nya hanya segitu saja. Tak ada komentar. Jadi mungkin dia sudah tau.

" Aku sudah meminta Siska untuk menutupi siapa aku! Tapi kalau kamu tidak menginzinkan. Aku bisa kerja di lain!! " Kataku memberi pilihan.

" Vian sudah memberi mu saham milik ku 30 %=atas nama kamu! Jadi kamu ada hak untuk V. E" Katanya disana membuat ku bengong.

" Vi vian? Saham apa? Aku tidak tau itu!! "

Varo menatap ku datar " Silambat itu mengambil saham ku dan ada saham kamu 30% disana!! "Ia menjelaskan seolah kesal. Aku mencerna kalimatnya. Kenapa Vian begitu. Kapan ia melakukan nya? Dan yang aku tau dari laporan Siska. Sahan Varo disana 75%. Berarti dia hanya memiliki 45 %.

" Ah! Benarkah. Aku sungguh tak tertarik memiliki saham. Aku hanya ingin kerja agar tak jenuh dirumah. Kalau kamu mau ambil lagi silahkan. Toh itu kamu juga kan! " Kata ku tak enak dengan reaksi Varo yang seakan memandang ku sebagai penjahatnya.

Varo mengerutkan alisnya. " Kami memang satu tubuh. Tapi pemikiran beda. Dia sudah mengganti stempel milik ku. Dan mempaten kan nya. Dia curang! Stempel nya ia sembunyikan! "

Duar...

Sungguh aku merasa ada kembang api diatas kepala ku. Jadi Varo terancam?

Ck! Aneh ya ia terancam oleh dirinya sendiri.

" Benarkah. Lalu bagaimana? " Tanya ku penasaran apa yang akan ia lakukan. Ia melihat ku lagi dengan mata menyipit.

" Apakah kamu sungguh tidak tahu menahu tentang stempel itu?? "

Senyum ku memudar. Apakah ia mencurigai ku. Aku bahkan baru mendengar nya tadi dan dari dia.

" Aku tidak tau! Mungkin Leo Tau!! "

Varo mengalihkan matanya. Tiba-tiba ia berdiri dari sana dan merapikan dasi nya.

" Masuk lah besok. Bekerja sesuai keinginan mu" Katanya lalu beranjak.

" Tentu!! " Sahut ku masih di antara kaget dengan apa yang Vian lakukan kulihat siluet Varo keluar dari dapur.

" Vian mau melindungi ku dari Varo dengan saham itu" Itu yang bisa aku petik.

Aku membuang nafas panjang. Mungkin itu juga alasan kenapa ia tak sekasar waktu pertama. Apakah ia juga takut kalau aku menyerang balik. Oh Vian.. Apakah kamu tau aku sudah mengibarkan bendera putih. Tapi ada bagus nya juga sih. Itu artinya aku punya pegangan agar dia tidak kasar dengan ku.

*

*

Hari ini adalah hari yang aku tunggu. Saat menginjakkan kaki ke V.E serasa menjadi pusat perhatian orang-orang. Atau hanya perasaan ku saja. Apakah karena pakaian yang aku kenakan atau cara berdandan ku yang aneh. Maklum aku hanya belajar otodidak dari Youtube Hmmmp. Mendadak ada rasa tak percaya diri dengan riasan ku tapi pakaian kerja yang diisi Tasya semua nya serba minim ini aku sedikit terbantu dengan pakaian ini, tadi pagi dia terus VC buat memastikan aku memakai yang mana.

Karena ini V.E. semua yang disini sangt jauh lebih fashionable dan seksi. Tentu saja ini dunia entertainment yang isi nya dipenuhi gaya hidup yang tinggi. Dan aku menjadi lebih percaya diri dengan pakaian ku saat ini. Semoga saja dandanan ku tidak terlalu aneh.

Aku mengikuti seseorang yang tadi menyambut ku di parkiran. " Pak Arya" Seorang pria yang mungkin yang punya kharisma kental dan dia masih muda. Gaya pakaian nya pun bernilai tinggi. Dia bersama beberapa orangnya. Aku menolak Siska untuk mengantar ku, posisi dia sebagai sekretaris Varo pasti akn membuat orang curiga dengan ku.

Waktu itu aku masuk lewat jalan khusus sekarang aku masuk lewat jalan umum dan sepanjang aku berjalan. Terhampar kemewahan yang begitu kental di V.E semua desain nya terlihat sangat megah dan juga berkelas. Apalagi saat melihat dari 4 lantai begini. Dibawah sana tampak hilir mudik orang-orang dibawah sana. Dengan berbagai jenis gaya pakaian, bahkan kalau seperti ini sangat terlihat bagaimana pengaruh seorang Varo disini. Ini tentu bukan perusahan sepele yang bisa ia kuasai dengan mudah. Padahal kalau Vian dia jauh dari sisi pembisnis. Entah dari mana Varo mempunyai otak mengelola bisnis ini.

Aku memang tak begitu mengikuti bisnis yang Varo geluti yang jelas ini pasti sangat fantasis. Ditambah sekarang aku juga pemegang saham tempat ini dengan nilai tak main-main.

" Mba Fayza. Sebelah sini" Kata Pak Arya Yang dia mengenalkan diri sebagai Kepala HRD disana. Aku segera mengikuti nya.Masuk kedalam lorong kiri disana tampak beberapa wanita wanita cantik dengan tubuh tentu sangat profesional mereka semua cantik-cantik. Apa mereka salah satu model model disini Melihat itu rasanya aku seperti belum ada apa apa nya dengan perubahan aku ini.

Sudah lah. Membandingkan diri sendiri tak akan ada habis nya.

" Pagi Pak Arya" Sapa mereka lalu ikut memberi ku ku ulasan senyum.

Aku hanya tersenyum tipis. Terdengar bisikan dari belakang, tapi aku tak begitu memperdulikan nya.

" Sebelah sini! Ini bagian manajemen V. E" Kata Pak Arya mengarahkan ku pada gerbang pintu besar yang megah aku sudah pernah melihat dalam nya dari persentase Siska waktu itu.

Dan disini lah aku berada di salah satu bagian departemen disini aku akan mehabiskan waktu membagi kebosanan dirumah.

Seperti yang aku lihat di lacar LCD persentase Sisca tempat ini lebih bagus dan tentu juga tak lepas dari kata mewah.

Kubikel-kubikel pekerja nya banding 10-9 dari perusahaan Arland. Padahal perusahaan Arland juga termasuk besar. Tapi disini Varo lebih unggul. Belum tahu dari segi penghasilan.

" Perhatian.. "

Aku berhenti disebelah Arya.

Seruan nya membuat suasana sibuk tempat itu mendadak sepi dan mereka berlomba-lomba menjulurkan kepala dan mulai berdiri. Seperti nya Pak Arya punya kewibawaan dimata karyawan ini.

" Perkenalkan dia Mba Fayza. Bagian Accounting yang baru" Ucap pria ini memberi ku waktu untuk memperkenalkan diri.

Aku sekilas menatap mereka. Seperti biasa wajah penuh haus rasa ingin tahu langsung terlihat. Aku menarik nafas lalu mengulas senyum tipis. Lalu memperkenalkan diri ku dengan sewajarnya.

" Dia hanya lulusan local, kok bisa jadi kepala keuangan?? Sepertinya di bawaan Pak Arya! Simpanan nya mungkin"

Aku sempat mendengar bisikan itu dari sisi sisi kubikel.

" Baik, Mba Fayza. Silahkan ke ruangan anda" Kata Pak Arya seperti nya juga tak enak dengan bisikan-bisikan yang menyangkut nama nya. Aku mengangguk dan segera balik haluan.

" Dia biasa saja. Apa yang Pak Arya lihat, bla bla bla. "

Aku mendengus dengan suara suara tak kasat mata itu. Ini memang makanan ku hari-hari saat diperusahaan Arland. Dan mungkin sudah menjadi konsumsi setiap perusahaan. Hanya saja kalau membawa ijazah local dan luar itu terlalu berlebihan. Next aku akan memperlihatkan kemampuan ku disini. Ya semoga saja aku bisa menyesuaikan diri dengan jalan keuangan disini yang jauh dari biasa aku tangani.

Kami naik 3 tingkat lift lagi. Saat lift berbunyi. Lantai yang serasa familiar menyambut ku. Bukan nya ini lantai dimana ruangan Varo berada.

Ya ini memang lantai tempat ruangam Varo aku ingat dengan lukisan besar di dinding itu.

Ada beberapa orang disana. Aku hanya melihat sekilas dan terus mengikuti arahan pak Arya.

Tiba-tiba perhatian orang disini terarah pada satu titik. Aku ikut menoleh. Tak jauh dari sana tampak seorang perempuan cantik baru di seret pria dengan stelan yang seperti penjaga Varo kemaren.

" Aku akan melaporkan kalian...! " Teriak wanita yang seperti seorang model juga. Dia cantik dan tentu body nya juga mencerminkan ia seorang model.

" Anda yang akan dilaporkan!! Berhenti mencari tuan. Kalau tidak mau karir anda berakhir' kata salah satu penjaga itu lalu mendorong wanita tadi hingga tersungkur. Ia berdecih dengan raut sangat kesal.

" Cepat pergi! Kalau tidak mau diseret sampai bawah" Ancam mereka lagi.

Wanita itu bangun dengan tertatih  dan wajah nya masih sangat murka. Ia melihat kearah kami dan tampak malu. Dengan tersungut wanita itu segera beranjak dari sana.

Aku mendelik saat Pak Arya memanggil nama ku.

" Sebelah sini Mbak Fayza"

. " Ah iya...

Aku kembali mengikutinya.

" Maaf! Wanita wanita itu nanti akan menjadi pandangan biasa bagi karyawan disini" Kata Pak Arya dengan mengembangkan senyum seolah mengartikan sesuatu dari perkataan nya. Apakah sudah biasa ada wanita yang seperti tadi mencari Varo? Apa hubungan mereka?? Apakah Varo juga bermain main dengan Model-model disini. Lalu Deasy bagaimana? Bahkan sewaktu aku menjelekan Deasy. Urat marah nya mencuat.

Sesaat aku ingat dengan percakapan Vian sewaktu di rumah Ibuk itu lagi. Ya mungkin maksud nya ini. Cewek-cewek Varo.

Ck!! Aku menggertakan gigi kesal. Apa bedanya dia dengan Arland! Dan aku merasa pilihan ku tepat meminta nya jalan di hidup masing-masing meski masih berstatus suami istri. Jika saja dia bukan sepupu ku. Aku akan memilih kabur.

Oke fine! Tidak usah pusing Fayza. Ingat anak diperut mu! Aku tidak boleh stress. Hati kecil ku bicara.

*

*

*

Dan ini sudah 1 minggu aku bekerja disini. Aku di bantu Ellysa selaku asisten dan sekretaris yang membantu ku untuk menyesuaikan sistem keuangan di dunia hiburan ini. Tentu  cara sistem yang berbeda jauh dari pekerjaan ku sebelum nya tapi sejauh ini aku sudah mulai menguasai nya. 1 kata yang aku sematkan "rumit" Tapi ini cukup menyenangkan dan memberi tantangan. Aku sangat suka mengembangkan diri dalam ilmu apalagi dalam keuangan. Sekalian untuk bahan mengajar. Alhasil yang aku lakukan seminggu ini selain menyesuaikan pekerjaan. Berkubang di ruangan nyaman yang disediakan untuk ku itu. Ruangan besar full Ac yang mewah. Lengkap dengan tempat istirahat nya. Dan itu cukup membantu ku semakin mengurung diruangan itu. Makan pun memakai jasa catering disana. Tapi terkadang aku melihat keluar jendela yang terdiri estalase besar disana bisa melihat para model model sedang latihan. Ada juga artis yang hilir mudik. Rasanya semakin nyaman diruangan itu. Bisa cuci mata sekalian. Siapa tau anak ku ketularan rupawan seperti mereka.

Lalu Varo? Ya kami memang sudah berada di zona aman. Aku dan dia bertemu hanya pagi hari saat sarapan dan pulang kerja. Terkadang dia pulang telat. Kami masih 1 ranjang tapi aku senang dia tidak mengusik ku. Lalu apakah ada percakapan antara kami? Ada! Dan hanya percakapan umum. Varo sendiri masih dingin dan susah diajak berbaur. Aku pun kebanyakan tidur kalau malam menjelang. Begitu seterusnya.

Siang ini selesai makan siang aku merenggangkan sedikit persendian pinggang. Aku menghadap ke estalase dibelakang kursi ku seperti biasa disana bisa melihat aktivitas-aktivitas para model yang bernaung di perusahaan besar ini. Sering nya melihat mereka aku sampai ikut hapal wajah mereka. Apalagi model model pria. Semua nya memang memiliki wajah rupawan. Tak tau kenapa aku malah menjadi suka melihat pata model pria ini latihan. Apa karena aku wanita atau lagi hamil. Dan jangan jangan aku mengidam wajah wajah ganteng disana. Ya ampun. Aku menertawakan kekonyolan ku sendiri, tapi tak di pungkiri aku memang terpesona dengan wajah-wajah menawan mereka.

" Apakah ada yang menarik disana? "

Brak..

Aku sampai menabrak kaca karena kaget. Nyaris saja  aku jatuh juga dari meja tempat aku lagi memperhatikan model pria disana.

Aku segera berbalik dan melihat Leo juga Varo.

Kapan mereka masuk. Apakah tadi aku terlalu asik cuci mata sampai tak sadar ada orang lain masuk..

Aku mengulas senyum lebar sambil merapikan rok ku yang naik beberapa centi karena keasikan duduk diatas meja.

" Sorry! Aku tak tau kalian masuk! " Kata ku sedikit menilik pada Leo. Pria itu hanya melihat kebawah saja seperti biasa. Mata ku lalu kearah Varo. Pria ini seperti biasa tatapan nya tajam dan memberi kan aura mencekam.

" Jadi! Kamu betah disini karena sambil curi pandang ke mereka"

Aku langsung memerah. Apakah tadi aku ketahuan sedang senyam senyum sendiri. " Mereka mengasikan! Aku berdoa semoga anak ku kalau cowok ganteng nya seperti mereka" Jawab ku apa adanya.

" Ah.. Ada apa? Tidak biasa nya kamu mengunjungi ku? "

Varo mengangkat tangan dan Leo memberikan sesuatu ketangan nya lalu Varo melempar benda persegi itu ke meja ku.  Disana ada sejenia undangan.

" 3 hari lagi! Ada Event penting! Pesta  awards 2 tahun sekali. Itu undangan kalau kamu mau hadir"

Aku mengambil undangan itu dan itu mengingatkan ku dengan acara yang Tasya umbar saat mau mengerjai Delisha.

" Oh. Oke! Terimakasih" Kata ku lalu meletakkan undangan itu kedalam meja. Aku melihat l

Kearah Varo lagi. Apa ada yang mau ia sampaikan lagi. Ah bahkan kalau undangan ini harus boss besar yang menyerahkan tentu ada sesuatu.

" Ada apa lagi?? "

" Bukan kah dokter kandungan kemaren menjadwalkan waktu pemeriksaan mu nanti malam?"

Aku bengong sesaat. Aku bahkan lupa. " Ah ya. Malam ini. Aku akan menghubungi untuk mendaftar, biasanya jam 5 sore sudah buka. Nanti setelah magrib aku kesana" Sahut ku.

" Aku sudah mendaftarkan nya. Nanti sore jam 5 kita sudah bisa kesana" Kata Varo membuat ku sedikit terkejut. Pertama dia mendaftarkan kan kedua kita? Aku sampai lupa dia ini ayah anak ini.

Hanya saja ini aneh sih. Apakah Varo sungguh peduli dengan anak ini? Bukan nya dia mau menggugurkan anak ini sewaktu mabuk.