Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 47 - Empat Puluh Tujuh

Chapter 47 - Empat Puluh Tujuh

Aku membaca pesan dari Tasya yang mengatakan kalau ia sudah disidang Mami dan Papi nya. Tasya akhirnya buka suara tentang masalah Vian.

Aku sendiri sekarang berada di tempat yang tak asing. Aku tak tau bagaimana bisa di tempat ini lagi. Seingat ku tadi aku ingin menghubungi seseorang. Pandangan ku kabur dan aku tak begitu melihat siapa yang aku hubungi. Aku pikir itu Leo , Siska atau Elysa. Aku meminta di jemput di parkiran bawah, tetapi setelah sampai disini aku lah yang salah. Aku malah menghubungi Arland. Dan aku tak ingat apa apa lagi. Tau tau sudah di dalam kamar Apartemen yang begitu banyak meninggalkan kenangan ini. Kulihat jam di layar ponsel. Ini siang hari. Apa aku pingsan selama itu.

Kulihat di sebelah nakas ada obat dokter. Jadi Arland sempat memanggil dokter juga. Dan lengan kiri ku agak bengkak. Apa ku juga diberi suntikan. Kepala ku sudah tak terlalu berat sekarang. Mungkin obat nya sudah bereaksi. Dan menyisakan rasa ngantuk.

Pintu disana terbuka. Kulihat Arland masuk sambil tersenyum. Ia sedang membawa semangkuk yang tampak panas. Entah kenapa melihat nya begini hati ku tercetus, apalagi hal yang baru aku alami.

" Sudah sadar" Katanya disana mengulas senyum. Wajah nya semakin dekat dan ia berhenti didepan ku lalu meletakkan apa yang ia bawa.

" Aku buat kan kamu bubur. Kata Dokter kamu ada magh. Dan seperti nya kamu terlalu stress " Kata Arland lalu duduk di tepi ranjang itu. Lalu kurasakan tangan nya mengusap anak rambut di tepi kepala ku. Aku sempat mengedik dan melihat nya dalam. Ingin memarahinya tapi saat ini hati ku masih terlalu kacau. Aku bingung bagaimana mengatakan nya dengan keluarga ku. Aku tidak ingin menyakiti mereka. Tentu saja dengan sakit nya Vian dan hubungan nya dengan Deasy. Orang tua mana yang tidak sakit dengan hal itu.

" Jangan pikirkan masalah di luar. Kamu tetap harus makan Fayza. Ada anak mu yang juga perlu nutrisi kan.. "

Arland benar. Aku harus mengenyampingkan masalah diluar sana. Aku yakin ada Tasya yang akan membantu ku mengatasi masalah ini.

" Aku tidak bisa bikin bubur. Tadi cuman liat youtube. Rasa nya sih lumayan. Tak seenak buatan mu.. Kalau kamu ga suka kamu muntah kan saja" Kata Arland disana sambil mengaduk aduk bubur nasi itu. Ia lalu tersenyum lagi. Senyum nya malah bikin adem.

Arland itu tidak bisa masak. Masak air saja gosong. Bikin mie sampai mie nya bengkak. Jadi apakah ia melakukan ini untuk ku?

" Aku akan memakan nya. Terimakasih " Kata ku.

" Terimakasih juga-"

Kulihat kearah nya dengan bingung.

" Kamu menghubungi ku barusan. Ada untung nya kan aku masuk ke V.E!! "

Aku diam saja. Walau aku menghubungi nya karena kontak asal tapi tidak enak juga mengecewakan Arland.

Aku menerima suapan nya.

Bubur nya rada asin tapi masih bisa di makan. Dan dia terus menyuapi ku seperti bayi.

"Varo!! Kita kan sudah sepakat dalam jalani pemilik hati kita masing-masing. Apakah bisa aku berhubungan dengan pria ini lagi?? Sama seperti kamu dengan Deasy" Kata ku dalam hati sambil terus menilik kearah mata Arland.

" Kali ini bukan aku pelaku nya Fayza! " Kata Arland disana tanpa ditanya. Ia pikir aku melihat nya karena menuduhnya.

Ia membuang nafas berat.

" Aku bisa saja membocorkan nya kemedia. Tapi ini bukan cara ku Fayza!!! Ini akan membuat privasi mu terganggu. Media akan mengejar mu apalagi undangan kalian malah tersebar tadi pagi kan!! Alvaro tidak pernah menampakkan wajah nya di media tentu ini akan membuat dunia Hiburan heboh, apalagi malam ini penyelenggaraan tahunan Award kan! "

Aku ikut membuang nafas berat. Yang dikatakan Arland benar. Alvaro jatidiri nya tidak pernah di ketahui publik. Lalu hari ini ia sudah di ketahui dengan skandal hubungan nya dengan Deasy ditambah ada drama ia akan melangsungkan resepsi dengan wanita berbeda dua minggu lagi. Pasti ini akan jadi konsumsi publik.

" Di minum obat nya juga Fay.. Lalu istirahat! " Arland memberikan obat disana.

Aku menerima nya dan segera minum obat itu.

" Istirahat okey! Aku ada diluar" Arland mengulas senyum ia lalu berlalu dari sana membiarkan aku menempati tempat tidur nya dan melupakan masalah diluar sana. Bagaimana dengan nanti malam? Apa yang akan Varo lakukan. Apakah ini ia yang lakukan juga? Dia ingin memberitahu dunia kalau ia memiliki kekasih sendiri. Apakah begitu? Bertepatan dengan penyelenggaran dari nama perusahaan nya. Ini juga pasti akan membuat nama perusahaan nya naik.

Aku memejamkan mata kembali menyingkirkan pikiran kacau itu. Aroma ruangan ini membuat ku merasa rileks. Aroma ruangan yang khas parfume Arland.

*

*

Pov Alvaro!

" Semua nya sudah ditarik, pengacara juga sudah melakukan tuntutan terhadap tv swasta yang melakukan penyiaran tanpa izin tersebut, produser nya mengaku kalau..."

Aku melihat kearah Leo yang terputus.

" Dia bilang kalau ini suruhan Nyonya Fayza! - tapi ini masih ditelusuri Tuan"

" Fayza! "

Rasanya gertakan gigi ini tidak bisa menumpahkan kemarahan ku. Apa yang dilakukan Fayza! Apa maksud nya membuat berita itu. Apa ini caranya untuk lepas dari status ini!!

Rasanya ingin kutarik orang nya dan ia harus membayar apa yang ia perbuat!

" Cari Fayza!! Bawa dia kesini" Perintah ku dan mata ku membaca nama Deasy di layar ponsel. Aku segera mengambil nya.

" Varo" Suara Deasy disana terdengar cemas. Ia mungkin sudah mengetahui berita sialan itu.

" Di luar banyak Wartawan. Aku harus bagaimana"

Speaker itu aku tutup sementara.

" Cepat kirim orang untuk menjaga kediaman Deasy! Pindahkan dia ke Apartement mu untuk sementara" 

" Baik" Sahut Leo.

Aku kembali menyalakan speaker. Tapi disana terdengar suara ribut-ribut. Kecemasan ku mengumpul.

" Deasy.. Ada apa. Hallo.. Hallo.. "

Masih suara gemuruh dan suara ribut yang memekakan telinga.

" Cepat pergi! Ada yang terjadi disana" Teriak ku gusar pada Leo.

Leo lalu segera beranjak dari sana dengan berlari.

Aku merasa sangat tidak tenang. Telepon ini masih menempel di telinga ku km menunggu dan berharap Deasy akan menyahut nya kembali. Tak berselang lama telepon terputus.

Aku segera mengambil kunci mobil dan berjalan cepat. Rasanya amarah ini semakin menumpuk dengan kaki yang seperti ini. Membuat ku menjadi lambat berlari.

" Pak.. Anda mau kemana.. diluar banyak wartawan" Siska memperingati ku. Tapi aku mengabaikan nya. Dengan menggunakan jalur khusus aku bisa turun ke lantai dasar tapi apa yang di sampaikan Siska memang benar. Di luar gerbang banyak wartawan mereka seperti datang dari seluruh penjuru kota. Memenuhi V. E disetiap titik.

Aku segera mundur saat salah satunya mengenali nama plat ku.

Tapi beruntung anak buah ku cepat tanggap dan menghalau mereka.

Mobil ini kembali naik ke lantai atas aku tidak bisa keluar dari tempat ini tapi di samping ada Lambo kuning milik Melviano. Plat nya tak mengedifikasi nama ku.

" Cepat bawa kunci Lamborghini Vian ke depan! " Perintah ku dengan interkom kepada Siska..

Sambil menunggu aku mencoba menghubungi Deasy lagi. Telepon ku diangkat.

" Varo..!! Kamu dimana? " Tanya Deasy masih cemas.

" Apa yang terjadi? Tadi suara apa?? " Cecar ku gelisah.

Terdengar suara desahan Deasy yang lelah.

" Adik mu.. Adik mu tiba tiba datang dengan mobil besar. Mobil untuk offord!! Dia menghancurkan dinding samping" Kata Deasy disana tentu membuat ku kaget.

Tasya!!

" Sekarang keamanan lagi mengatasinya. Cepat lah kemari Varo ku takut dia menyerang ku"

" Okey. Leo sudah kesana. Aku lagi terjebak disini. Tenang saja dia tidak akan berani menyakitimu.. Aku akan jamin"

Kemudian terdengar suara ribut-ribut lagi, suara Deasy menghilang hingga ada suara teriakan perempuan lantang. Itu suara Tasya.

" Pelakor oplas!! Lu akan menyesal sudah buat idup kakak gue kaya gini!! Gue akan buat lu apa namanya makan tokek kuda! Anj*ng"

Aku mendengar semua apa yang Tasya teriakan. Gadis lugu yang dulu sering bermanja dengan ku itu kenapa dia bisa berubah seperti itu. Aku sedikit syok tapi tentu apa yang dilakukan Tasya disana pasti lebih parah.

Kulihat Siska datang dengan buru-buru.

" Ikut aku! " Perintah ku perlu jasa Siska untuk menjinakkan Tasya. Siska punya skill bela diri yang tinggi. ia pasti bisa mengatasi kebrutalan Tasya disana.

Siska segera masuk kedalam. Tapi ketika mau menjalankan Lamborghini ini. Tau tau dari arah berlawanan muncul beberapa mobil hitam. Sekitar ada 5 buah. Ini kawasan Varo siapa yang tau tempat khusus mobil pribadi Varo. Apakah wanita itu??

Aku menebak itu Fayza. Aku berdecih dia sangat berani melawan ku. Apa ia menjual saham ku lagi untuk memperkerjakan orang orang melindungi nya!!

Rasanya aku semakin membencinya saja. Dia benar-benar wanita berbisa yang sedang memainkan peran nya. Sial nya aku menyesal terlalu baik pada nya akhir-akhir ini.

Ku ambil pistol dari belakang ku untuk jaga jaga. Hingga disana sebuah pintu terbuka dan tampak sebuah kaki menjulur keluar dengan jubah besar.

" Itu Nyonya besar Tuan! " Kata Siska dibelakang ku. Okey dugaan ku meleset. Ada Mami disana. Dia memang pantas memiliki beberapa pengawal. Hanya saja yang bikin aku kaget Mami membawa tongkat bisbol. Dan dia mengarah ke arah mobil ini. Apa dia mau menghancurkan mobil ini.

" Apa yang mau Nyonya lakukan? Apakah dia mau memukuli Tuan?? " Pekik Siska gusar. " Saya akan  hadapi beliau Tuan" Siska hendak beranjak tapi aku menahan nya.

" Kamu cepat pergi ke rumah Deasy! Atasi Tasya  biar aku yang mengatasi Mami" Kata ku lalu segera menyembunyikan  pistol lagi dan segera keluar.

Kulihat wajah murka Mami disana. Apakah Fayza juga sudah mengatakan semua nya kepada Mami? Bisa kulihat jelas bagaimana riak Mami saat ini. Marah, kecewa dan tentu menyeramkan. Aku hanya mengenal Mami sedikit. Karena Vian dulu lebih menguasai ku tapi yang aku tau Mami ini jiwa penyanyang tidak seseram sekarang. Terakhir aku ketemu Mami saat 3 tahun yang lalu. Sewaktu pulang kesini untuk bisnis V. E dan tentunya kemaren dini. Dibelakang Siska sudah meleset pergi dari sana.

" Mami! Apa yang Mami lakukan disini? " Tanya ku berusaha menjadi Vian yang ramah.

Mata Mami menatapku tajam. Ia lalu memukul lantai dengan tongkat itu seolah mengancam ku.

'' Alvaro? " Tanya nya dengan alisa1 naik sebelah. Nafas ku terhenti. Jadi dia sudah tau aku? Perasaan ku campur aduk. Disisi lain Mami adalah ibu yang baik. Pertama aku bertemu dengan nya saat aku di bawa kerumah besar milik nya dalam gendongan pria yang mengaku adik Ibu ku. Wanita dalam kurun waktu 20 tahun yang lalu ini sangat menyambut ku penuh kasih sayang hingga aku lupa dengan siapa aku. Seorang anak yang di abaikan. Disiksa dan dianggap manusia gagal yang tidak pantas hidup.

Tongkat itu jatuh dengan dentingan suara beberapa kali. Raut marah disana mengurai berubah menjadi pandangan kesedihan. Dan kulihat Mami menangis.

" Alvaro?? " Ia lalu maju dan aku merasa kaki ku berubah berat. Kedua tangan nya mengulur kewajah ku bisa kurasakan kehangatan tangan nya dan riakan kesedihan di matanya. Aku seperti terseret dalam kesedihan Mami. Ini juga membuat gejolak ku bereaksi. Aku seakan merasa menjadi aib baginya.

" Putera ku.. Melviano.. Alvaro?? Kamu putera Mami.. "

Tubuh ku ditarik sama Mami dan disini perasaan hampa yang aku rasakan seolah memudar saat mendengar isakan Mami.

" Kenapa kamu tidak bilang.. Vian.. Kenapa kamu tidak cerita dengan masalah mu.., kamu tau aku merasa menjadi ibu yang gagal... " Tangis Mami disana menjadi-jadi.

Mami menangis dengan keras ia bahkan merengkuh ku seolah ini kesalahan nya. "Tidak! Jangan begini! "

" Mami. Aku Varo bukan Vian" Kata ku disana membuat nya semakin kencang menangis membuat kuping ini sakit  ia lalu mengurai dan memukul bahu ku berulang kali.

" Mau Varo, Vera, Bambang kek Udin kek.. Aku ga peduli kamu ini anak ku! Anak ku mengerti! Kamu anak nya Papi Andika dan Mami Lily"  Teriak Mami menangkup wajah ku dengan marah. Ia lalu memukul kepala ku sekali lagi. Aku meringis kesakitan. Kali ini pukulan nya tak main main.

" Benar-benar ya kamu selalu bikin masalah!! Mami sudah dengar semua dari Tasya!! Dan anak itu harus membayar kesalahan nya. " Katanya disana sudah berhenti menangis. Malah memperlihatkan taringnya. Kalau saja ini bukan Ibu sambung ku yang baik. Aku mungkin akan melawan nya.

" Papi sudah menghubungi dokter Inggrid. Dokter kamu!! Sekarang saat nya kita pulang!! Mami mau menyidang mu tentang wanita itu!! "

Mendengar nama Dokter Inggrid spontan aku menahan tangan Mami menekan nya kuat tapi seketika aku lepas. di belakang juga bodyguard Mami ikut mewaspadai ku. Dan membantu Mami berdiri dengan benar setelah aku dorang tangan nya. Kulihat wajah kekagetan Mami dan tatapan kecewa nya.

" Kalian tidak bisa menyingkirkan ku dengan Dokter Inggrid. Atau dokter lain. Vian putra Mami sudah lama mati" Kata ku dengan marah. Aku benci mereka mengupayakan mengenyahkan ku lagi. Aku menatap Mami dengan benci. Dia sama saja dengan Fayza. Ingin menyingkirkan ku dan mengembalikan laki laki bodoh si Vian tak berguna itu.

Aku tak terenyuh dengan tatapan Mami yang terluka, segera aku beranjak dari sana melintasi orang-orang ku yang kutoleh sudah membantu ku menjauhkan jarak Mami dengan ku.

Aku sama sekali tak membenci keluarga ku. Tapi aku benci kalau mereka ikut menyongkong Fayza agar melenyapkan ku dari Vian. Yang harus menghilang bukan aku tapi Vian!

" Jangan biarkan mereka masuk dan Wartawan didepan. Atasi segera kalau tidak beres dalam 30 menit kalian semua di pecat" Perintah ku gusar kepada orang orang ku yang terisisa. Sisanya sudah menuju rumah Deasy.

Aku segera kembali ke ruangan ku. Tapi sebelum nya aku melihat seorang pria yang tak asing. Dia yang sering bersama Arland. Itu asisten nya. Aku ingat itu. Rupanya dia melihat apa yang terjadi. Pria itu pasti menyampaikan nya kepada tuan nya.

Rasanya aku ingin mengamuk saja!! Pemegang saham yang menjual saham ke pria itu akan menerima akibatnya. Bagaimana bisa Arland berani masuk ke tempat ku. Dia pasti ingin bermain main dengan Fayza terang-terangan untuk memperolok ku. Dia dan Fayza ingin menguasai tempat ini. Aku yakin itu! Bisnis yang aku bangun susah payah. Lalu mereka juga mengincarnya untuk melawan ku. Dasar wanita sampah!!!

Aaaaaaaagggggggrrrrh Vian bodoh!! Apa yang kamu pikirkan tentang wanita itu!! Dia pasti sengaja menyebarkan berita itu agar dapat dukungan dari keluarga ku agar melenyapkan ku! Yaaa pasti begitu!!

Isi kepala ini meletup letup dengan kesal. Kalau bukan karena anak itu dan saham ku tidak akan bersikap baik padanya.

Braaak...

Aku kesal sampai harus melampiaskan dengan Barang-barang diatas meja sana.

*

Nafas ku tersengal dengan lelah. Aku duduk di kursi ini dari tadi aku melihat panggilan dari Om Farid. Papanya Fayza. Dan ada juga Papi.

Aku malas berurusan dengan mereka. Mereka pasti sama memprovokasi ku lalu menyuruh ku berobat dan tujuan mereka cuma satu. Ingin aku pergi.

Pesan pesan juga mulai masuk. Aku hanya membaca notif dari luar.

Ada pesan dari Om Farid.

" Vian  jelaskan atau ceraikan Fayza!! "

Membaca itu aku rasanya mau tertawa saja. Menceraikan Fayza! Untuk apa??  Dia harus terikat dengan status ini sampai aku bosan. Apalagi Fayza punya tubuh yang bagus. Dia tidak buruk untuk pemula dan aku sangat puas dengan nya. Dia bisa menjadi boneka seks ku, merawat anak ku dan begitu seterus nya.

Mengingat Fayza yang terlintas malah percintaan kami kemaren di ruangan ini. Dan ini serasa melihat diriku sendiri dan dia didepan ini. Bisa kulihat bagaimana wajah nya yang menikmati hujanan milikku sambil memaki dan desahan nya yang panjang. Dia tipe wanita yang sok jual mahal tapi juga munafik!

Shit!!

Mengingat nya saja membuat ku gelisah. Bahkan celana ini rasanya sesak. Aku mengusap wajah ku dengan jengah. Kenapa aku malah menginginkan nya. Dia baru buat kekacauan dan aku mau menghukum nya. Aku ingin dia!!

" Dimana dia.. Dimana Fayza. Apa dia bersembunyi setelah membuat kekacauan?? "

Aku menekan ke pesawat telepon. " Hubungkan ke accounting" Perintah ku disana.

Tak lama kemudian suara panggilan keluar dan ada suara perempuan menyahut. Dia sekretaris Fayza.

" Sambungkan ke Fayza"

" Maaf Pak. Mbak Fayza tidak masuk"

Damn it

Aku langsung memutuskan telepon. Dia ada dimana...???