Drama live anak indisinetron masih bergelar pemirsaaaah..
ᕕ(ಥʖ̯ಥ)ᕗᕕ(ಥʖ̯ಥ)ᕗᕕ(ಥʖ̯ಥ)ᕗ
Varo datang kearah Deasy. Semua sorotan tertuju kearah nya bahkan ada tayangan live nya di layar sang kameramen hilang fokus jadi ikut mudeng dengan kemunculan Varo. Tokoh yang lagi hangat di perbincangan kan dan tak pernah di ketahui publik sekarang malah nongol dengan dibawah lampu sorot berjalan menuju seseorang yang tengah dipermalukan di depan sana.
Dan disana seperti kisah drama korea yang penuh bubuk cabe nya wajah Varo yang di gandang gandang mirip idola K-pop memang mengalihkan artis artis di Indonesia Raya. Sudah ganteng, punya duit tebal siapa yang tidak terkecoh dengan sosok Varo saat ini.
Dan dengan gentle melepaskan jas nya lalu menyampirkan di bahu Deasy. Disana terpapar jelas bagaimana hubungan mereka berdua dan semua nya pendukung Fayza hanya bisa gigit jari. Pasangan itu terlihat sangat serasi dan saling mencintai.
Dengan tenang Varo mengambil alih kursi roda Deasy. Itu juga tak luput dari bidikan kamera. Sesaat semua penjaga disana segera menutupi kamera lalu melindungi Varo dan Deasy serta euntek-enutek nya dari sasaran wartawan juga konsumsi publik.
Disisi lain. Deasy merasakan hatinya merekah ia tersenyum menang kearah Tasya yang hanya meratapi kegagalan aksinya. Dan rasa bersalah menyelimutinya sekarang. Ia tau yang terluka adalah Fayza.
*
*
*
Pov Fayza.
Angin malam ini terasa sangat menusuk kulit ku tapi dingin nya malam tak membuat ku enggan meninggalkan tempat ini. Aku juga bingung pulang kemana.
Papa sudah meminta ku pulang kerumah. Keluarga ku sudah tau apa yang terjadi dengan Vian dan entah dari mana ia mendapatkan foto foto ku yang masih ada luka bakar. Juga Luka dileher waktu itu. Foto itu diambil dengan bidikan sembunyi-sembunyi. Tentu itu akan membuat orangtua ku akan berperan menolak Vian. Dan aku yakin mereka juga menggagalkan resepsi nanti dengan tambahan insiden 3 jam yang lalu.
Aaah...
Sungguh malang sekali nasib ku.
Tapi anak ini membuat ku harus berpikir positif. Aku sadar yang aku utamakan sekarang adalah kehamilan ku. Tapi rasanya tetap saja kejadian tadi membuat luka yang tak berdarah.
Ponsel ku terus berbunyi dari panggilan Ibuk, Papa, Farrel, Tasya. Mami , Arland sampai Adista juga. Aku pasti sudah sangat viral sekarang. Membayangkan dulu aku hanya karyawati biasa yang anti sosial sekarang semua orang malah mengenal ku.
Perjalanan hidup memang tidak ada yang pernah tau. Perlahan aku tertawa. Menertawakan kehidupan ku sekarang.
Nafas ku membentuk bulatan diudara. Malam ini sangat dingin tapi bintang di atas sana tetap cantik.
Aku tersenyum tipis. Bintang disana sangat indah hidupnya tak ada drama melankolis. Dan mereka tetap terlihat walau ada kabut awan yang menutupinya. Apa bisa aku seperti itu. Tetap bertahan walau masalah semakin komplek.
Tadinya aku menyetujui rencana Tasya hanya ingin membuat pandangan orang-orang dengan Varo jadi positif tapi malah seperti ini. Ya tetap bagaimana pun juga hati Varo tetap milik Deasy! Sekeras apapun dia di halangi. Hatinya tetap bicara.
" Apakah tidak dingin disini sendirian? "
Aku menoleh keasal suara. Ada Leo disana tau dari mana ia aku ada di atas gedung disini.
" Mitos jawa mengatakan kalau pamali ibu hamil muda malam malam sendirian"
Aku tersenyum ringkih dengan perkataan Leo. Apa ia sengaja menghibur ku padahal Leo jarang bicara.
Leo lalu berdiri sejajar dengan ku. Ia merogoh saku nya dan memberikan sesuatu dalam tangan nya. Ada benda bulat kecil. Aku menyipitkan mata menebak benda itu. Hingga mata ini melebar lalu melihat kearah nya dengan tidak percaya.
" Stempel yang di cari Varo!! "
Leo mengangguk ia lalu memberikan nya ditangan ku.
" Ini bentuk kepedulian Vian dengan kamu! Gunakan itu untuk mengontrol Varo! Dia agak haus akan kekuasaan" Kata Leo mengumbar senyum nya. Ini pertama kali aku melihat Leo tersenyum.
" Dia bukan peduli dengan ku. Dia menyusahkan ku! " Seru ku gusar.
" Aku tau! Tapi bisa kan kamu bertahan. Vian perlu kamu. Dan Varo juga! "
" Varo hanya perlu Deasy dan aku tidak mau berbagi suami" Sulut ku menatap Leo kesal.
Dia malah tertawa singkat. " Ya aku tau. Tapi percayalah Vian dan Varo itu hal nya sama. Deasy itu hanya bentuk ketergantungan Varo saja. Selama di Jerman dia memang sangat dekat dengan Deasy. Kamu tau kan sosok Varo hanya diisi kebencian dan kekosongan. Ia merasa diabaikan dan tak dianggap. Selama bertahun-tahun Deasy mengisinya jadi kepedulian nya terbentuk dari sana. Deasy menggunakan kesalahan Varo karena membuat karir dan kaki nya lumpuh. Jadi percaya lah. Mereka hanya didasari oleh kepentingan masing-masing"
Aku mencerna kata-kata Leo ini. Sungguh kah ini Leo?
" Kenapa kamu membela nya??"
" Karena kami tidak pernah tau bagaimana menjadi Vian! " Sahut Leo membuat ku meremang. Apa maksud nya.
" Aku korban perdagangan manusia. Aku dijual oleh keluarga ku sendiri untuk menjadi budak seks gay di Negara lain. Selama 10 tahun aku terjerat hingga aku membunuh majikan ku dn terlempar di penjara. Disana aku hanya manusia lemah dan jadi serangan kebrutalan manusia lain. Vian menolong ku. Dia bahkan selalu menceritakan tentang mu. Tentang seorang cinta remaja yang manis. Itu sebelum Varo menguasai nya. Dia selalu pesan. Kalau ia berhasil mengatasi Varo ia akan mendapat kan mu bagaimana pun cara nya. Dia memang menggunakan cara yang salah tapi itu hanya mimpi nya. Untuk memiliki kamu"
Aku mendengarkan perkataan Leo tanpa berkedip. Ini terlalu mengejutkan dari cerita hidup Leo yang mengerikan sampai cerita Vian yang bucin.
" Serius dia menyukai ku sampai seperti itu?? "
" Yah. Kamu akan bosan kalau jadi aku setiap malam yang ia cerita hanya kamu. " Kekeh Leo disana.
Aku bisa membayangkan bagaimana garing nya seorang Vian membawa nama seseorang setiap malam. Bahkan Vian tidak akan peduli dengan kebosanan orang.
" Lalu bagaimana Varo terbentuk?? "
Leo menarik nafas. " Ya karena Albagail saat itu juga ada dipenjara yang sama ia melihat perubahan Vian dan Varo yang berbeda. Saat Vian menolong ku bertarung dengan penjahat dipenjara. Varo muncul dan itu membuat Albagail memanfaatkan Varo untuk menjadi asuhan nya. Varo sangat suka kekerasan. Kau tau sendirikan! Itu yang membentuk karakter Varo kuat. Dan kesamaan dari mereka adalah kekuasaan. Aku mengikuti Vian karena ingin menjaga nya tapi aku malah ikut terlibat didikan Albagail. Ya waktu itu menyenangkan saja punya kebebasan kekuasaan dan semaunya memperlakukan manusia. sama seperti sampah sampah yang membudaki ku untuk nafsu bejad mereka"
Aku mengedikan kepala serasa ini cerita dongeng yang mengerikan. Jadi benar Vian dan Leo disana memang terlibat menjadi kriminal. Aku tam mau dengar bagaimana mereka bekerja.
" Aku sadar aku salah terus membiarkan Varo menguasainya. Aku kasian dengan Vian yang menghilang. Aku mengirimkan seseorang agar Varo terlibat bisnis di Indonesia. Dan mencoba mengingat mu. Aku rasa aku berhasil. Membuat Varo membuka cabang di negara ini. Dan beberapa tahun ia bisa keluar masuk Indonesia. Disana aku mulai merasa Vian kembali muncul puncak nya 10 bulan yang lalu. Saat itu Varo cedera hebat. Aku memanggil dokter Ingrid untuk melakukan hipnotis padanya. Tidak mudah memang tapi akhirnya berhasil. Vian muncul dan dia melakukan pengobatan dengan Dokter Inggrid. Terapi yang dijalani Vian semakin hari semakin berhasil. Hingga Vian bisa kembali. Namun kadang Varo masih muncul dan itu memang tidak bisa disembuhkan permanent ada yang perlu mengendalikan Varo juga. Vian dan Varo adalah satu jadi yang bisa melakukan nya adalah kamu Fayza. "
Plok..
Plok..
Plok..
Kami berdua langsung menoleh kebelakang. Rasa gugup menguasai ku Varo dibelakang sambil bertepuk tangan. Ada juga Siska disana dengan beberapa orang lainnya.
Siska sendiri tampak menegang.
Apa ia mendengar semua nya?? Dan Leo juga terlihat gugup di sana.
" Waaah hebat... Hebat sekali ya kamu Leo. Ternyata kamu juga ingin menyingkirkan ku kamu pengkhianat!!" Ucap Varo menghujam kepada Leo. Varo hanya membahas tentang Leo. Apakah itu artinya ia tidak mendengar keseluruhan. Perlahan aku menyelipkan stempel itu di dalam saku ku.
Leo tampak salah tingkah.
"Tidak ada yang mau menyingkirkan mu Varo" Sanggah ku. Menengahi!
"DIAM" Bentak Varo. Lalu ia mengambil sesuatu dibalik baju nya. Aku tercekat dengan apa yang ada ditangan nya. Pistol?? Pikiran ku serasa blank. Bahkan ini pertama kali aku melihat pistol sungguhan.
Spontan tanpa sedetik ia langsung menembak Leo.
Nyawa ku seolah ikut melayang disana. Jantung ku seperti di tombak dengan keras. Ini gila. Varo melepaskan tembakan di depan mata kepalaku sendiri.
Leo meluruh di samping ku.
" Ga.. Leo.. Leo... " Teriak ku syok, orang yang baru banyak bicara dan mendukung ku malah seperti ini. Kulihat darah keluar dari perut nya. Ia pun terbatuk dengan batuk darah.
Kulihat kedepan Varo masih menghujamkan pistol nya kearah Leo. Tepat dikepala Leo, kaki ku langsung kebas.
" Ini karena kamu tidak setia" Kulihat jarinya menarik pelatuk.
" Tidak.. Jangan lakukan ini Varo. Aku mohon. Dia Leo. Leo sahabat mu... " Jerit ku langsung melindungi arah pistol itu mengarah.
" Varo tidak punya sahabat! " Katanya disana membuat ku meremang.
" Tidak! Tidak tembak aku saja Varo. Leo tidak bersalah. Ampuni dia. Aku yang meminta nya untuk membantu ku. Ku mohon... " Pinta ku disana dengan tangis yang terus keluar. Aku tak ingin Leo terluka lagi. Dia sudah banyak membantuku.
Varo melihat kearah ku dengan rona kemarahan nya. Aku memohon dengan sangat dalam padanya.
Kulihat bagaimana bibir nya tersungging dengan senyum nya mengerikan. Ia memindahkan arah mata pistol nya.
Doorrrr
Suara letusan itu memekikan telinga ku.
Sekali lagi peluru itu menembus kearah paha Leo. Suara jeritan Leo menggema disana. Aku pun semakin tak berdaya. Badan ku rasanya seringan kapas. Bisa kulihat Leo disana kesakitan dan lantai ini sudah banjir dengan darahnya. Bau amis yang khas membuat ku mual.
" Bawa dia"
Aku merasa tubuh ku di angkat keatas oleh orang-orang Varo. Mataku masih mengarah pada Leo yang merikuk kesakitan.
" Varo!! Kamu akan menerima balasan nya. Ingat itu... " Teriak ku sangat kacau balau. Aku berusaha melepaskan diri dari cekalan pria pria berbadan besar ini. Tapi aku tetap tidak bisa meloloskan diri. Aku melihat kearah Siska yang menatap ku dengan kosong. Aku tau dia juga syok. Tapi sepertinya Siska tidak bisa berbuat apa apa.
Serasa tubuh ku di angkat dan mulut ku di bekap disana. Bayangan serangan ke Leo membuat ku tidak bisa berpikir apa apa.
Aku di bawa paksa masuk kedalam mobil Varo.
" Aku mohon.. Aku mohon selamatkan Leo.. Aku mohon.. " Jerit ku sangat terguncang. Aku merengkuh Varo yang sudah masuk dan duduk disebelah ku.
" Jalan" Kata pria itu mengabaikan permintaan ku. Aku terus menarik baju nya.
Aku segera mencari ponsel ku dengan tangan gemetar. Aku bingung siapa yang bisa menolong ku. Tasya??
Aku segera mencari kontak Tasya. Tangan ku gemetar sampai ponsel itu terjatuh dan seperti seorang yang kehilangn arah aku mencari ponsel ku. Hingga saat aku menemukan nya tangan mu malah di injak oleh Varo.
" Aku bisa menyelamatkan nya! Katanya disana mengangkat dagu ku. Aku mengikuti arah ia mengangkat ku dengan jari itu.
" Aku mohon selamat kan dia! " Ucap ku dengan sangat memohon.
Varo tersenyum penuh arti. " Bisa! Asal kamu harus berjanji padaku!! "
Aku menatapnya nanar, firasat buruk. Tapi Leo aku mengingat nya baru banyak bicara dengan ku. Tersenyum dan tertawa. Dan tadi ia tertembak. Nyaris merenggang nyawa. Aku mengangguk menyetujui.
" Aku janji! " Kataku membuat nya tersenyum lagi.
" Good! Duduk lah dengan manis disini" Ucapnya menepuk pucuk kepala ku seperti hewan peliharaan. Aku masih menatap nya dengan linglung.
" Duduk...
Tangan ku lalu ditarik kasar dan aku dipaksa duduk kembali. Jantung ku sampai nyaris copot karena kaget.
" Bawa dia kerumah sakit! Pastikan dia hidup" Kata nya disana memerintah seseorang didepan sana yang menyetir.
*
*
" Apa yang kamu lakukan? " Cepat masuk" Bentak Varo disana saat ia membawa ku kembali kerumah itu. Pikiran ku memang tidak fokus. Aku melangkah dan berhenti lagi.
" Jangan takut ! Leo punya banyak nyawa dia tidak akan mati" Kata nya disana diambang pintu.
Apadia gila menyepelekan nyawa seseorang. Bermain main dengan nyawa manusia. Aku yang hidup selama 26 tahun ini sangat jauh dari lingkungan itu tentu membuat ku hilang akal menyaksikan sendiri.
" Itu hanya sebagian kecil. Kau bahkan tidak tau kan bagaimana kabar kekasih mu??"
Mata ku melebar. Kekasih?? Siapa maksud nya.
" Arland? Apa yang kamu lakukan? Tanya ku langsung bereaksi.
Varo mengedikan bahu.
" Masuk lah dulu. Aku akan menceritakan nya sambil menina bobokan mu!! " Ucapnya seperti sedang berkicau.
Aku menurut. Walau rasanya sangat tidak ingin masuk kesana tapi aku juga ingin tau apa yang ia lakukan dengan Arland. Terakhir aku pergi setelah Tasya meminta ku menemui nya. Arland sempat melarang tapi aku tidak menghiraukannya.
" Apa yang kamu lakukan dengan nya? " Tanya ku sudah ada didalam kamar itu lagi. Aku sedikit lebih bisa menguasai diri sekarang.
Varo duduk di tempat tidur. Ia lalu melepas sepatu mahal nya dengan santai.
" Lepas baju mu. Semua nya!! "
Aku diam sesaat. Apa ia akan melakukan siksaan melalui seks lagi? Itu yang terpikir. Apakah dia memang mengidap Masokis?
Varo mengangkat wajah nya seolah tak ingin di bantah atau di ulur waktu.
Dengan berat aku melepas pakaian ku satu persatu hingga kembali bugil didepan nya. Mempertontonkan seluruh bagian tubuh ku seolah aku ini seorang Bitch yang di pajang dalam aquarium besar. Bahkan cara pandang Varo terlihat beda. Ada kabut nafsu disana. Apakah otak pria ini isi nya hanya seks?
" Masuk lah dulu ke kamar mandi. Nyalakan air panas untuk ku. Jangan lupa aroma therapis nya yang banyak!!
Aku menurut seperti seorang robot.
Dan mengikuti kehendak nya di kamar mandi mengisi bath up juga mencampurkan aroma therapis yang ia sering pakai bahkan aku habiskan.
Botol nya aku lempar hingga pecah.
Pintu itu di buka dan Varo muncul dengan hanya berbalut sehelai handuk.
" Wow.. Apa kamu senang main beling??" Matanya mengarah pada pecahan botol.
Dia tidak bermaksud untuk mengukir pecahan itu ke leher ku lagi kan??
Aku menunduk dan mencoba menutupi dada ku, karena merasa malu harus telanjang lagi begini. Kulihat dari ekor mata ku handuk yang ia pakai ia tanggalkan lalu masuk kedalam bak mandi. Rasa lega sedikit aku rasakan. Ia mengabaikan beling itu
" Masuk lah. Kita ngobrol tentang apa yang terjadi hari ini" Katanya disana dengan dengan tenang.
" Apa kamu tidak dengar. Kamu baru berjanji kan!! " Katanya lagi dengan alis menyatu.
Aku menghela nafas dan kemudian memasukan kaki ku juga ke dalam bath up itu. Air hangat disana membuat ku sedikit banyak bisa tenang.
Varo menutup mata nya dengan kepala bersandar keatas.
" Aku membuat semua isi apartemen kekasih mu hancur. Apa kamu suka itu?? "
Sontak aku menegakkan punggung ku. Ia tepat di belakang ku.
" Aah. Kamu terlalu bersemangat! Aku tau kamu suka kan! Kekeh nya lalu menarik ku kedalam air lagi. Hidung ku nyaris saja kemasukan air. Kurasakan tangan nya memeluk pinggang ku dengan gusar. Ia lalu menarik rahang ku hingga mengarah kedepan nya.
" Katakan!!! Kenapa kamu melakukan nya??? "
" Aku melakukan apa? " Tanya ku dengan nafas tercekat.
Ia menekan rahang ini dengan keras. " Jangan berlagak tidak tau sayang. Kau kan yang menimbulkan masalah hari ini. Hmmm.. Katakan dengan manis kenapa kamu melakukan nya?? "
Aku tidak mengerti apa yang ia maksud. Masalah hari ini.
" Bukan aku yang menyebarkan undangan" Sergah ku.
Aaahhh...
Aku meringis saat jarinya kembali menekan rahang ku.
" Kamu yang mengirimkan berita kita bukan?? Apa kamu mau mencari popularitas setelah kemaren baru jadi model dadakan? Lalu ingin minta dukungan keluarga ku agar menyingkirkan Varo? Dan kamu pintar sekali ya!! Dengan begitu kamu juga punya alasan untuk minta cerai dengan ku!! "
" Aku tidak melakukan nya! " Jawab ku merasa sangat tidak terima apa yang ia tuduhkan. Bahkan aku mengira ia sendiri yang melakukan nya.
" Aku pikir itu kamu! Kamu sangat mencintai Deasy jadi karena marah undangan tersebar kamu memberitahu dunia kalau kamu milik Deasy!!" Kataku mengeluarkan isi pikiran ku.
Varo melepas cekalan nya. Tau tau ia menarik leher ku ke bawah dan tanpa di duga ia merendam kepala ku ke dalam air sabun itu. Mata ku perih. Air nya juga langsung masuk kedalam hidung juga mulut.
Beberapa detik aku berusaha bernafas dan keluar dari sana tapi Varo terus menekan kepala ku ke air. Hingga kemudian ia melepaskan nya aku keluar dipermukaan dengan nafas tersengal sengal dan terbatuk. Rasanya sakit dan perih. Oksigen juga pas pas-an.
" Aku akan mengampuni mu asal kamu mengaku" Hardik Varo disana.
Aku masih berusaha menetralkan diri dan mengendalikan air yang masuk kedalam hidung ini.
" Sungguh! Bukan aku ! Aku tidak ada keuntungan sama sekali melakukan nya! Kau tau aku benci tenar! " Jawab ku walau alasan nya tipis. Tapi tidak bisa dibiarkan Varo menuduhku.
" Tapi produser Tv itu bilang kamu yang meminta nya!! "
Aku menggeleng kuat kuat. " Aku tidak akan melakukan nya!" Teriak ku lelah nafas ku masih Ngos-ngosan. Kulihat Varo menatap ku dengan tajam lagi.
" Kau tau! Aku tidak perlu Ribut-ribut hanya untuk menyingkirkan Varo! Kamu pikirkan sendiri. Siapa yang paling menguntungkan dalam situasi ini?? Tidak kah kamu juga curiga dengan kekasih mu?? Untuk apa dia muncul disaat semua orang menghujat nya. Apa dia masih ingin Pulularitas nya lagi!!! " Kata ku dengan langang.
" Deasy tidak mungkin melakukan nya! Dia tidak mungkin membuat nya di pandang buruk oleh orang lain!! " Sela Varo dengan tinggi juga.
" Ya! Kamu paling mengerti dia! Pasti bukan dia pelakunya. Dia hanya seorang wanita lemah yang menjadi korban hubungan kita!! Terserah saja kalau kamu menuduhku itu juga ada untung nya untuk ku kan seperti katamu. Aku dapat dukungan dari keluarga mu dan masyarakat juga. Ditambah. Papa tidak akan pernah mengijinkan kamu menjadi suami ku lama-lama!! " Kata ku sudah sangat lelah. Bertarung dengan psikis sendiri tentu lebih sulit. Hari ini aku begitu banyak musibah tak terduga dan guncangan jiwa. Selesai mengatakan nya air sabun itu aku tepuk dengan keras hingga mengenai matanya. Rasakan itu, emang enak kena air sabun.
Varo mengerang. Air sabun juga mengenai mata nya. Aku segera berdiri dari sana dan keluar dari dalam air.
" Kamu kemana! Kamu lupa dengan perjanjian kita. Aku bisa menembak Leo lagi kalau kamu tidak menurut" Ancam nya disana.
Aku kembali berhenti. Mengisi pasokan kesabaran dalam otak ku. Mau menangis juga percuma. Dengan sangat lelah aku berbalik dan kembali masuk kedalam bak mandi itu. Kulihat Varo disana masih mengerjap ngerjap kan mata nya. Sesaat aku ingat perkataan leo.
Vian adalah Varo, Varo adalah Vian. Itu seperti sebuah mantera yang membuka sedikit pikiran ku.
Tangan ku singkirkan. Ia tampak kaget. Dan dengan cepat aku menarik nya dengan sekali tarikan. Aku mencium Vian disana dengan asal. Menutup mata membuang harkat dan martabat ku. Aku akan mencoba nya sekali lagi. Sekali lagi menjerat Varo!