Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 50 - Lima Puluh

Chapter 50 - Lima Puluh

Leo bilang, Deasy mengisi hari nya selama bertahun tahun. Apakah dengan aku menggunakan cara yang sama dia bisa aku alihkan dari Deasy. Apa aku bisa bukan menggeser nama Deasy dari hatinya walau aku tau Deasy orang yang picik dan seolah tak pantas untuk nya tapi apa aku benar masuk diantara mereka. Ini bukan aku sekali. Merebut tahta seseorang neski aku istri sah nya.

Aku mendengus. Gara-gara kata-kata Leo tadi malam aku malah menyerahkan diriku lagi. Dan tidak bisa menghindar untuk percintaan  panas kami. Ini gila! Harus nya aku tidak terpengaruh perkataan Leo. Aku seperti wanita bodoh yang mau nya di injak harga dirinya dari seorang Varo. Dia jelas memilih melindungi kekasih nya itu didepan semua orang. Tapi aku juga tidak berdaya. Ia menggunakan Leo sebagai ancaman.

Stempel!!

Apa aku gunakan itu untuk mengendalikan Varo??

Varo beringsut di sebelah ku. Tidur nya tampak nyenyak sekali. Bahkan menenggelamkan sebagian wajah nya di  sisi samping tubuh ku. Dekuran kecil nya terdengar sangat halus.

" Bukan nya harusnya kamu bersama Deasy? Kenapa malah mencari ku juga? " Tanya ku dalam hati pada pria ini. Aku melihat sebagian wajah nya disana. Bulu matanya panjang dan hidung nya tampak merah dengan warna kulit nya yang putih. Vian atau Varo punya tahilalat kecil di dagu. Orang bilang itu tanda suka banyak bicara, atau cerewet. Kalau Vian memang banyak bicara, kalau Varo hanya seperlunya.

Aku mengulurkan tangan dan mengusap sebagian bahunya yang terbuka. Sekilas bayangan percintaan kami malah membekas. Ia memperlakukan ku dengan wajar. Banyak tuntutan gaya tapi aku merasa malah terbuai dengan perlakukan nya. Seolah tak ada yang terjadi sebelum nya. Logika kami mungkin sedang di tutupi oleh nafsu sesaat tapi setelah nya baru menyesal seperti yang aku rasakan sekarang.

" Apa kamu juga menyesal bercinta dengan wanita lain, kamu tau Varo kamu menyakiti wanita mu sendiri! " Kata ku disana. Kalau aku jadi Deasy tentu akan sangat sakit hati. Walau disini aku istri sah nya. Karena aku mengerti bagaimana perasaan seseorang yang masih dimiliki orang lain. Seperti aku yang masih ada perasaan dengan Arland walau mungkin komposisi nya tidak sebesar dulu. Mungkin hanya 60%.

Mengingat Arland aku mencari ponsel ku. Apartemen nya hancur oleh Varo. Dan ini cukup membuat ku terpukul juga. Perabotan dan ruang lingkup disana adalah kenangan ku dengan Arland. Dari kredit sampai beli cast yang mewah. Kami lakukan sama-sama, penataan juga dari pemikiran kami. Dan kemaren adalah tanggal pertama apartment itu sebagai saksi kisah kami. Lalu Varo menghancurkan nya. Kenapa dia sangat jahat. Apa salah furnitur itu. Untungnya Arland tidak ia sentuh. Memang saat aku pergi dari sana ia juga bilang Papi nya meminta nya pulang kerumah. Kalau sampai ia melukai Arland seperti Leo. Aku tidak akan membuka hati lagi untuk Vian atau Varo.

Ada banyak panggilan dari Arland dan pesan nya aku membuka pesan dari Arland. Ia sama sekali tidak ada membahas apa yang Varo lakukan. Apakah ia belum tau atau menutupi nya.

Pesan nya semua tentang kekhawatiran nya dengan ku.

Aku segera mengetik balasan. Aku bilang aku mengganti semua kerugian yang Varo lakukan.

Dan segera mengirim uang ke no rekening nya dengan jumlah yang menurut ku banyak. Semoga saja itu cukup. Sekarang aku full jadi miskin. Uang tabungan ku sudah aku gunakan untuk mengganti perbuatan Varo. Ya walau aku punya uang nanti nya dari saham yang aku punya. Jadi uang segitu akan 7 kali lipat terganti. Rasanya kali ini aku berterimakasih dengan Vian.

Setelah mengirim nya uang itu ponsel segera aku matikan. Beberapa jam lagi matahari akan meninggi dan babak baru dari kisah semalam akan berlanjut.

*

Aku terbangun lagi. Tadi aku ketiduran 2 jam dan kulihat matahari mulai masuk di sela jendela.

Suara ponsel Varo lah yang membangunkan ku.

Dan kulihat Varo juga terusik. Ia membuka mata dan melihat ku sekilas dengan khas bangun tidur. Tangan nya mencari asal suara itu. Dengan susah payah ia membuka matanya lalu menerima telepon ini.

" Baiklah" Katanya lalu mematikan telepon. Ia termangu sesaat sambil mengumpulkan nyawanya.

Sesaat mata kami bertemu. Aku langsung mengalihkan ke arah lain.

" Papa mu ada diluar! " Katanya disana membuat ku sepenuh nya sadar.

" Papa??? " Jerit ku heboh.

Aku segera turun dari sana mengambil piyama dan masuk kedalam kamar mandi.

Papa adalah titisan Dewa Negara api. Sosok yang paling aku segani tentu Papa. Kalau beliau marah aku sangat takut. Dari dulu aku selalu mengikuti beliau mendengarkan nasehat beliau karena Papa juga adalah panutan ku. Dan kedatangan Papa ini pasti tentang kemaren lagi.

Aku menolak menerima panggilan rumah dan hanya mengirim pesan kalau aku baik baik saja. Tapi kalau langsung bertemu begini. Dan ada Varo.

Jangan lupa tempramen Varo berbahaya. Dia bisa melukai Papa!!

Tidak. Aku harus bagaimana..

Aku mondar mandir di kamar mandi sampai membersihkan diri juga terus berpikir merangkai kata. Setelah selesai aku mengambil baju kemeja Varo dengan asal. karena baju ku ada dikamar sebelah.

Keluar dari sana kulihat Varo tidak ada di kamar. Apa dia menemui Papa.

Jantung ku seperti disetrum. Aku segera lari keluar dan benar saja diruang tamu kulihat pria paruh baya yang duduk dengan sangat marah dan itu apa. Matanya lurus ke bawah ke pria yang duduk dengan kaki dilipat di lantai. Di sisi pintu juga ada Om Ardi. Dia adik nya Mama. Apakah keluarga besar Mama juga tau. Oh jangan kan keluarga besar Mama. Seluruh Negeri ini sudah tau kisruh rumah tangga ku kecuali kdrt yang Varo lakukan.

Apa itu Varo?

Aku sampai mematung melihat Varo duduk di lantai seolah meminta maaf dengan Papa.

Dia sungguh Varo??

Aku kembali meyakini diri.

Apakah Varo meminta maaf dengan apa yang Papa ketahui??

Kedatangan ku membuat Papa melihat kearah ku.

Papa langsung berdiri disana lalu menuju kearah ku.

" Bereskan pakaian mu segera! Kita keluar dari rumah ini. Papa menjemput mu" Kata Papa disana seolah tidak bisa dibantah wajah nya terlihat sangat marah.

" Papa tidak pernah memukul mu sedikit pun dari kecil. Kamu tau itu kan. Papa tidak akan membiarkan orang lain melukai kamu Fayza. Biarkan anak itu kamu rawat sendiri!! Masih ada Papa dan Ibuk!!" Cecar Papa melihat ku yang tak beranjak dari sana.

Aku melirik kearah Om Ardi. Laki-laki itu seperti nya ada di pihak Papa.

Mata ku beralih pada Varo. Ia lalu melihat kearah ku juga.

" Apa yang kamu tunggu!! Kalau tidak. Papa akan bawa kamu paksa" Teriak Papa disana.

Aku tersentak dan menunduk dengan sorotan Papa yang murka. Tangan ku lalu ditarik Papa.

" Tunggu Pa.. Semua bisa dibicarakan baik baik" Kata ku mengulur waktu juga tak ingin Papa tersulut seperti ini. Apa Papa hanya terpusat oleh KDRT yang Varo lakukan bukan dari sisi Vian yang memang sakit! Tapi aku sulit juga menjelaskan dengan Papa. Varo ada disana aku takut ia malah tersinggung dengan kata "sakit" yang aku semat kan. Secara Varo itu perasaan nya susah ditebak.

" Tidak ada yang perlu dibicarakan! Papa juga sudah ngomong sama Andhika. Di menyerahkan keputusan sama Papa!! Dan kamu sebenar nya juga terpaksa kan menikah dengan Vian?? Tidak seharusnya Papa menyerahkan mu dengannya,dia yang suka memukul perempuan. Orang lain silahkan tapi tidak kamu. Kamu puteri Papa!!! " Kata Papa disana melihat ku dengan perasaan terluka. Dan juga kobaran kemarahan. Aku ingin menyela lagi tapi Aura Papa sangat tidak bisa dibantah.

Kulihat Varo disana sudah berdiri. Ia melihat ku dengan tatapan yang tidak bisa aku jabarkan.

" Baiklah Pa! Aku ikut Papa" Kata ku juga tidak bisa membantah terus.

" Om. Aku mengaku salah. Jangan bawa Fayza. "  Kata Varo disana membuat ku masih tidak yakin ia bicara itu.

" Tidak salah bagaimana! Kamu  melukai Fayza seperti itu  baru menikah sudah memakai kekerasan. Bagaimana selanjutnya. Bisa-bisa keponakan ku tinggal nama" Sela Om Ardi dengan menujuk nunjuk ke muka Varo. Kulihat Varo disana tersulut. Ia tentu tidak suka orang memperlakukan nya begitu.

" Kamu bahkan membiarkan nya mencari susu hamil sendirian lalu kamu malah jalan dengan wanita lain dan membuat nya masuk rumah sakit!!! Apa itu tidak cukup!! "

Aku kaget dengan perkataan Om Ardi. Dari mana ia tau semua itu. Om Ardi ini orang nya ga terlalu dekat dengan keluarga ku. Dia pengangguran dan hanya mehabiskan uang Nenek bahkan belum mau menikah diusia nya yang mau 40 tahun. Lalu apa peran ia tiba-tiba ada disini menemani Papa. Dan apakah ia ada di pusat perbelanjaan itu juga. Atau kah ada yang di balik Om Ardi? Sama dengan yang dituduhkan Varo tentang pemberitaan kemaren. Dan apa Om Ardi juga yang memberikan bukti-bukti penganiayaan Varo???

"Lalu apakah penghinaan tadi malam juga tidak cukup?? " Om Ardi menuju kearah Varo dan secara spontan ia langsung memukul Varo. Varo tidak terjatuh. Ia kembali mengarah pada Om Ardi. Kalau dari fisik Om Ardi lebih unggul. Tapi siapa yang tau dari segi emosi Varo. Kulihat tangan nya disana mengepal. Urat tangan nya juga mencuat. Tapi aju rasa ia menahan amarahnya, Tidak bisa di biarkan. Jangan sampai Varo membalas dan memperbesar masalah. Bagaimana kalau Om Ardi jadi Leo kedua.

" Hentikan itu Om. Aku akan ikut. Itu sudah cukup kan. Jangan bikin keributan" Kata ku segera beranjak dari sana aku tak membawa pakaian ku dan semua barang ku. Hanya ponsel di tangan dan diri sendiri.

" Fayza! Kamu tidak boleh pergi! " Varo menekan suara nya.

" Diam!! Urus sana selingkuhan mu!! " Tunjuk Om Ardi.

Aku melihat sorot Varo sebentar. Kalau dia paham dengan situasi ia akan mengerti. Aku tidak bisa mencegah keinginan orang tua ku dengan pemikiran mereka tentang masalah yang terjadi. Apalagi disini kelihatan nya Varo memang salah banyak bukan hanya kekerasan juga wanita lain. Itu terlalu komplek kalau segi seorang Bapak terhadap nasib anak nya. Dan ucapan Om Ardi juga ada benar nya.

" Ya kamu sudah memilih Deasy kan tadi malam. Aku pergi Alvaro" Kata ku tersenyum singkat.

Aku segera melangkah lebar lebar di ikuti Papa dan Om Ardi.

Di luar tampak penjagaan dari orang Varo. Tapi Varo pun tak bisa berkutik dengan Papa. Mungkin masih ada rasa hormatnya dengan Papa.

Sampai mobil meninggalkan rumah ini pun kulihat Varo tidak mengejar.

Tidak tau kenapa aku malah menangis. Rasanya sedih saja. Sedih yang gila bahkan tadi malam kami malah bercinta. Memang benar tadi malam mungkin hanya nafsu yang ada. Dan setelah nya pun Varo kembali ke perasaan nya.

Memang apa yang aku harapkan. Sadarlah Fayza!!

*

*

*

Author Pov.

" Kamu dimana... Kenapa telepon ku tidak kamu angkat angkat dari kemaren malam?? " Cecar Deasy gelisah.

Ia banyak mengirim voice mail di whatsapp Varo dan belum juga di baca-baca. Dan itu dari kemaren malam setelah pria itu memerintahkan orang nya untuk membawa pulang Deasy Ke Hotel.

Sampai sekarang pesan nya tak dibaca  di hubungi pun susah.

Disisi lain Delisha lari lari membawa mac box nya. " Kak bagaimana ini. Image Kakak semakin buruk. " Kata gadis berambut tomboy ini gelisah ia terus membaca serangan netijen di kolom komentar setiap ada postingan kemaren malam di siar ulang oleh akun-akun gosip. Bahkan ada meme meme nya segala sampai trending di aplikasi tiktok bagaimana Deasy bicara tentang hubungan nya didepan kamera di buat lelucon sebagain orang yang menghujat nya karena Deasy karakter yang di anggap orang ketiga semakin banyak di bully Netijen.

Padahal mereka sudah memerintah orang untuk menarik berita-berita yang menyudutkan nya dan melemparkan berita untuk mendukung nya sebagai perempuan yang paling dirugikan dari perjodohan. Namun tetap saja netijen +62 tidak bisa dikompor-kompori drama manis oleh si pelakor. Apalagi ada akun akun palsu yang menyebarkan kebusukan Deasy. Siapa lagi dalang nya kalau bukan Tasya cs.

" Sudah jangan baca dan beritahu lagi!! " Marah Deasy lalu membanting Mac Box itu hingga membentur lantai. Delisha menatap nanar nasib Mac box nya yang sudah rusak.

Deasy memukul tangannya sendiri. Tak biasa nya Varo mengabaikan nya. Pria itu selalu mengutamakan nya apapun yang terjadi sesuai janji nya dulu.

" Aku harus menemui nya" Dengan terburu-buru ia menjalankan kursi roda elektronik itu.

" Aaah kalau pun aku sudah bisa pergi dari tadi aku sudah pergi" Seru Delisha.

" Apa maksud mu?? "

" Mereka melarang kita keluar"

Deasy berhenti disana. " Telepon Jimmy! Suruh dia jemput aku"

" Jimmy tak mengangkat telepon nya juga!!! "

" Apa?? " Deasy melihat adik nya dengan heran. Jimmy adalah kaki tangan nya.

Ia pun diam dan berpikir sejenak. Mata nya lalu melihat kearah botol minuman di meja. Deasy mengarah kesana dan mengambil nya.

Prang...

Delisha sampai kaget kakak nya itu memukul botol ke dinding. Dan parah nya lagi pecahan botol ia ambil dan dalam sedetik kakak nya itu menggores kan pecahan itu ke tangan nya. Nyaris saja matanya melorot ke bawah.

" Cepat teriak. Panggil penjagaaa" Suruh Deasy menahan sakit di tangan nya.

Dengan cepat Delisha berlari dan berteriak ketakutan.

" Panggil ambulance... Kakak bunuh diri" Pekik nya disana dengan wajah ketakutan. 1 rumah itu langsung mendengar dari pelayan dan semua penjaga disana.

*

*

" Pak.. Konferensi pers sudah siap! Semua nya sudah beres. Anda bisa kesini setengah jam lagi"

" Baik" Varo mematikan ponsel nya.

Ia diam sejenak memikirkan apa yang ia putuskan barusan. Melakukan konferensi pers untuk menjelaskan apa yang keliru malam itu.

Kalau saja Tasya tidak memperkeruh suasana dengan menyebarkan aib Deasy di tempat umum. Ia mungkin saja tidak pergi kearah Deasy! Tapi bagaimana pun ia tetap disalahkan. Ya pria memang selalu salah di mata wanita kecuali dimata Tuhan. Runtuk nya menghibur diri.

" Bagaimana Leo? " Tanya nya pada Hans, orang nya juga selain Leo. Pria itu menunggu tuan nya disana. Biasanya Leo sekarang tugas nya digantikan ke Hans.

" Dia sudah pulang ke Apartemen nya.

" Terus awasi dia"

" Baik!" Hans menjawab.

" Fayza. Dia ada dimana?? "

Tanya nya kemudian.

" Dirumah nya tidak ada tanda-tanda ia keluar Tuan! "

" Awasi juga dia"

" Baik"

Varo kembali masuk kedalam kamar nya.

" Varo...

Ia berbalik kebelakang serasa ada suara Fayza yang memanggil nya. Tapi tak ada siapa-siapa.

" Aaaahhhhk... " Geram nya kesal. Itu bukan sekali tapi berkali kali sejak Fayza keluar dari rumah itu padahal belum 3 hari. Tapi ia malah diteror suara Fayza. Belum juga Fayza jadi hantu. Sudah menghantui nya.

Ponsel nya kembali bernyanyi. Dengan gusar Varo mengambil ponsel itu. Ada nama Fandy disana, Fandy salah satu yang menjaga tempat tinggal Deasy, ia segera mengangkat nya. Kedua alis nya merenggang dengan cetusan yang seperti bola salju keluar dari jantung nya. Fandy baru saja memberitahukan kalau Deasy dilarikan kerumah sakit karena mengiris nadi nya dengan percahan botol. Segera ia buru buru mengambil jas nya.

" Siska batalkan konfrensi pers nya!!! " Perintah nya disana lalu beranjak dari sana.

*

*

*

" Varo...

" Ya aku disini..

Varo mendekatkan tubuhnya pada Deasy yang baru siuman. Wanita itu menggopoh kearah jemarinya dengan gemetar.

" Aku tidak ingin disini Varo.. Aku tidak mau menderita seperti ini... " Keluh nya lalu menangis pilu.

" Ssssst jangan bicara seperti itu, aku sudah mengatasi nya. Kamu jangan khawatir " Kata Varo merasakan hati nya ikut sakit melihat Deasy seperti. Rapuh karena tudingan dan hujatan terhadap nya. Dan ia juga sudah mehapus setiap berita yang masih berenang dimedia sosial. Bahkan membuat akun akun gosip di Instagram harus rela kehilangan akun nya. Tapi tetap saja masih ada yang mempostingnya.

" Kalau tau seperti itu. Kenapa kamu malah datang kesana? " Tanya Varo yang juga penasaran kenapa Deasy malah hadir di acara malam itu. Itu menunjuk perkataan Fayza waktu itu yang menuduh Deasy pelaku nya.

Deasy melihat Varo nanar. Ia tentu sudah menyiapkan jawaban untuk itu.

" Aku hanya ingin membantu mu Varo. Aku ingin menyampaikan kalau berita itu palsu. Tapi aku tidak mengira kalau aku di sudutkan disana. Mereka juga menampilkan nya di layar itu sangat keterlaluan.. " Tangis Deasy kembali pecah. Itu membuat Varo terenyuh lagi. Pelakunya pasti bukan Deasy. Ia yakin itu. Ia lalu memeluk wanita ini dengan rasa pedulinya.

" Aku mau kita kembali ke Jerman.. Aku tidak mau di sini.. Ku mohon... " Kata Deasy lagi sejenak lalu mengurai pelukan Varo. Itu tujuan Deasy kesekian dari rencana nya.

Membawa Varo-nya kembali ke Jerman ke kehidupan mereka sebelumnya.

Dua manik mata itu beradu dengan matanya. Perkataan wanita ini seperti keruh dalam hati nya. Meninggalkan Indonesia dan kembali ke Jerman dengan Deasy dengan kehidupan nya yang sebelumnya. Wanita ini akan ada setiap saat seperti dulu. Hanya saja itu pilihan sulit. Ada anak nya dalam perut Fayza sekarang. Dan ia juga tidak bisa melihat Deasy menderita seperti ini. Pasti sulit diposisi Deasy yang sudah kehilangan karir, kemampuan berjalan lalu di cap sebagai wanita tidak baik baik sebagai perusak rumah tangga orang.

***