Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 45 - Empat Puluh Lima

Chapter 45 - Empat Puluh Lima

Ruangan yang biasa menjadi tempat latihan model model itu sedang cqmasting tampak sepi. Apa mereka hari ini sedang tidak ada kegiatan?

Sedari tadi aku muter muter badan tak satu pun model model ganteng itu ada disana. Dan yang bikin aneh aku malah gelisah, aku curiga jangan jangan aku memang ngidam model model pria ganteng itu, mengingat aku tak begitu fantasis mengagumi seseorang tiba-tiba ini doyan sedang rupa mereka.

"Elysa! Ruangan casting didepan ini pindah ya? " Tanya ku menghubungi Elysa.

" Iya Mba. Mereka sudah pindah tempat! Ada di lantai 3" Jawab Elysa.

" Oh begitu! Baiklah. Terimakasih " Aku lalu menutup telepon.

Dan rasa kecewa berat muncul. Seperti ga ada yang memberi asupan energy. Apa aku mencari mereka sebentar ya. Mau tau apakah ini memang ada efek dari kehamilan??

Aku berpikir sebentar lalu memutuskan untuk mencari tau.

" Elysa! Bisa temani aku ke tempat casting yang baru tadi? " Kataku kali ini dengan muka cuek. Ga peduli apa yang di pikirkan Elysa. Aku sengaja keluar untuk menemui nya.

" Tentu Mba. "

Dan aku memang perlu Elysa. Aku malas jalan-jalan sendiri di tempat yang penuh orang-orang asing. Bedua lebih baik dari pada sendirian. Dan dengan cepat Elysa beranjak dari kursinya.

" Mba, ada teman ya di sana? "Tanya Elysa yang seperti nya penasaran. Dia memang berbeda dari Diba yang lebih jaga sikap. Kalau Elysa suka ceplos-ceplos tapi nasih dalam kadar sopan.

" Bukan. Ini Mungkin ia baru tau aku sedang hamil.

" Mba Fayza sudah menikah? Ya ampun saya kudet Mba. Saya pikir anda masih single. Ga keliatan aura punya suami mba" Cicit gadis ini terus-terusan.

" Ya terimakasih! "Sahut ku mengulas senyum kecil.

" Suami Mba Fayza pasti keren juga kayak Mba... " Koar Elysa lagi. Kami berhenti didepan lift untuk karyawan. Dan kebetulan dari mana ada Varo juga Siska dan beberapa orang lainnya. Seperti biasa ia selalu di ikuti orang-orang nya kalau di perusahaan ini.

Lift khusus mereka jarak nya hanya beberapa meter dari lift umum yang akan kupakai.

" Suami Mba. Ga ada keren keren nya. Dia juga jelek " Sahut ku dengan volume agak tinggi. Entah kenapa moment pertanyaan Elysa pas sekali ada orang nya. Entah dengar atau tidak tapi ga papa ini mau mengeluarkan rasa dendam dari kejadian tadi malam meski ia sudah minta maaf tapi aku masih terbayang pisau laknat itu.

Elysa terlihat kaget aku yang tiba-tiba begitu dan antusias bicara.

" Mba serius. Mba bohong ih. Mba cantik begini. Sampai di gosip in dekat sama Pak Arya segala. "

Gosip itu aku sudah dengar tapi aku tak peduli sama sekali. Padahal hanya di arahkan Pak Arya sekali saja gosip aneh langsung muncul. Bagaimana kalau aku jalan dengan Varo juga bisa bisa mereka semakin gencar menggosipkan ku.

" Ya. Makanya ini mau perbaiki keturunan. Mau sering-sering pelototin model ganteng-ganteng itu" Jawab ku asal. Lalu tersenyum tidak jelas.

" Ihk mba Fayza bisa aja. Iya sih mba. Saya juga sering iseng curi curi liat mereka latihan. Habis rugi kalau ga di-

Ting.

Pintu lift terbuka. Aku segera melangkah di ikuti Elysa yang juga masuk. Didalam hanya omongan Elysa yang tak ada habis nya. Minat ku menyahut sudah berkurang. Aku menjawab seperlunya saja.

Hingga kami sampai di lantai 3 dan dengan lancar Elysa membawa ku ke tempat baru model model itu casting untuk setiap persiapan mereka.

dan benar saja tempat itu dipindahkan disana. Aku mengenali beberapa wajah model rupawan ini. Sayang sekali mereka beneran tidak latihan di ruangam sebelum nya.

Aku dan Elysa masuk kedalam ruangan tertutup disana ada panggung kecil dengan begitu banyak perlengkapan pemotretan dan juga model model yang aku cari. Melihat itu rasanya mata ku jatuh seperti meleleh. Jadi ini beneran karena bawaan hamil. Rasanya sangat adem melihat tubuh profesional mereka juga wajah mereka yang menawan. Ada lokal ada import.

" Selamat siang... " Aku dan Elysa berbalik ke belakang. Ada pria plontos yang gemulai melihat kearah kami

" Siang..

Elysa tampak bersembunyi di belakang ku. Kami tau dia itu designer yang bekerja sama dengan V.E.

Pria plontos ini melihat ku dari atas sampai bawah. Seperti menilai. " Waaah.. Model dari agency mana? " Tanya nya melebarkan senyum.

" Oh. Maaf saya hanya kebetulan lewat jadi iseng masuk. Cuman pegawai di sini " Sahut ku. Di belakang Elysa tampak krusuk-krusuk ia tak segan menarik narik baju ku.

" Kita pasti diomeli Mba. Dia ini galak kalau aktivitas nya di ganggu" Bisik Elysa disana Ngumpet-ngumpet. Dan seperti nya omongan Elysa malah didengar designer ini.

" Aah.. Ya saya sangat galak.. Apalagi ada gadis cilik yang omongan nya pedas" Sahut pria gemulai ini menyindir Elysa. Elysa semakin beringsut dibelakang ku.

" Maaf kan kami. Kami akan kembali. selamat siang dan permis-

" Eh. No.. No... " Langkah ku malah dicegat. Pria yang tinggi nya tak seberapa ini mengitari ku. Dua kali.

" Begini!! Hari ini kami lagi kena limit. Dan model yang sudah teken kontrak malah kecelakaan. Bisa kah kamu membantu sebentar?? "

Aku melihat nya dengan dalam. Apakah maksud nya aku menggantikan model yang kecelakaan itu??

" Wah.. Serius? Mba Fayza memang punya body seperti model. Wajah nya juga oke. " Pekik Elysa membuat ku malu. Tapi dia hanya mengumbar senyum lebar.

Pria plontos ini tertawa seolah membenarkan perkataan Elysa. " Bagaimana.. Bisa kah saya dibantu Mba...

" Fayza" Jawab Elysa sungguh etika nya terhadap ku minus sekali. Aku hendak menyela tapi pria plontos ini lalu berbisik.

" Aku akan bayar berapa pun dan mengabulkan permintaan mu! Misal nya mau dicomblangkan dengan salah satu model disini?? " Ia mengangkat kedua alis nya seperti menggoda ku. Sungguh aku ingin terselak mendengar nya. Aku tak tertarik sama sekali dengan model-model disini. Ini murni karena tuntukan kehamilan.

" Mba. Terima saja mba bisa setiap saat ketemu mereka lho mba beruntung banged. Ini baru sekali terjadi. designer ini sangat jinak hari ini biasanya dia benci sama cewek cantik di perusahaan ini" Bisik Elysa dengan wajah serius.

Hmmm.. Bagaimana. Apakah bisa meluangkan waktu nya sedikit??

Tanya pria ini menunggu sambil mengibaskan kipas lipat bulu nya dan mengedipkan bulu mata nya yang berwarna warni.

Aku melihat jam tangan. Jam fitting baju tinggal 2 jam. Kerjaan ku juga sudah selesai. Kalau aku membantunya aku bisa berpose dengan salah satu dari mereka! Otak kecil ini membujuk. Mataku jatuh pada model pria blasteran yang disana memang terlihat sangat manly. Apa jangan jangan ini gen Melviano yang mesum malah menulari ku jadi doyan genit seperti ini.

" Baiklah. Saya setuju. Tapi 2 jam nanti saya ada urusan. Bagaimana?? "

" Deal! Tentu ini sangat singkat" Kata nya dengan wajah sumringah.

*

*

Dan!

Disini aku sekarang. Berada di depan kamera dengan seorang model blasteran yang tadi aku kagumi. Aku mengenakan gaun tipis berwarna putih dan riasan klasik yang menghiasi wajah ku.

Lalu apakah aku bisa berperan sebagai model juga. Ini gila tapi tampak seru.

Pria plontos yang bernama Justin itu mengarahkan ku dengan kru lainnya. Kalau masalah belajar aku memang cepat menguasai. Dan disini model ini juga ikut membantu ku. Hanya saja abs yang ada di perut nya membuat ku semakin tertuntut untuk bersikap profesional. Malu untuk bertingkah payah. Harga diri ku ikut dipertaruhkan.

" Oke. Bagus Fayza. Lihat kesini dan Betrand.. Angkat sedikit dagu nya"

Aku menahan nafas dengan mata menuju kamera. Dagu ku di angkat Betrand dengan tangan nya. Matanya tajam melihat kearah ku hingga kilatan kamera silih berganti.

Pose demi pose aku ikuti. Ini menakjubkan. Kamera itu seperti menghionotis ku untuk terus memperlihat kan gaya gaya model yang muncul dikepala ini dengan mengikuti gerakan Betrand juga.

" Oke.. Sip! " Seru kameramen.

Wajah puas seperti terlihat dari mereka. Aku pun segera mengurai diri dari Betrand.

" Bagus sekali! Kamu yang sering melihat kami di seberang itu kan?? " Aku kaget dengan perkataan Betrand. Apa dia mengetahui nya. Lalu apakah yang lain juga. Rasanya wajah ku memerah.

Beruntung Justin muncul disana. Betrand segera berlalu.

" Sempurna Fayza. Hasil nya bagus sekali. Kamu seperti bukan karyawan saja. Tapi sungguh menjadi model ternama" Puji pria ini membuat ku tersanjung.

" Terimakasih. Saya hanya bisa cepat menguasai sesuatu saja" Jawab ku sekena nya.

Kemudian kulihat Elysa berlari tergopoh-gopoh sampai menabrak orang lain.

" Maaf permisi. Maaf mengganggu. Saya ada perlu dengan Mba Fayza" Kata nya dengan Justin dan menarik ku ke beberapa jarak.

Nafas nya tersengal disana "Saya dapat telepon dan sekretaris Presdir. Katanya anda di minta keruangan Presdir sekarang"

Aku mengangguk tenang. " Baiklah.. Kita kembali! "

Ada apa Varo mencari ku! Rasanya aku sungguh malas melihat nya. Baru saja dapat pengalaman baru dan kenalan baru sudah dirusak.

" Kenapa Presdir mencari Mba? " Koar Elysa didalam lift dengan cemas.

" Mungkin ada laporan yang ga jelas " Jawab ku sekenanya.

" Tapi Mba Fayza hati-hati. Tuan Varo itu sangat sering membawa model model disini. Dan isu isu nya Tuan Varo itu "

Elysa berjinjit ke telinga ku " Masochist!! "

Aku menatap Elysa dengan selidik. " Jadi model model itu ia kencani? " Tanya ku rasanya geram saja Varo seperti itu. walau aku sudah tau ada beberapa model berada di ruangan nya.

Elysa tersenyum sumringah "Tentu lah Mba. Mana ada pria yang ga suka gratis ya ga mba.."

" Ya. Tentu saja! "

" Mba harus hati-hati ya mba. Saya memperingati karena mba baik. Walau awal nya saya kita Mba ini galak. Ternyata humble juga" Cicit Elysa. Ya aku hanya mencoba membuka diri. Kalau aku masih Fayza yang lama mungkin dia tak seberisik ini.

Ting.

Aku dan Elysa segera keluar dari sana.

" Mba Fayza. Ingat pesan saya ya.! " Kata Elysa lagi.

Aku mengangguk lalu kami mengambil jalur berbeda. Elysa kembali ke arah ruangan ku dan aku tentu akan menemui Varo.

"Vian vian.. Kamu itu sama bejad nya dengan Arland!!!" Kepala ku mendadak pusing jadinya.

Didepan sana Siska berdiri dan memberi ku salam.

" Nyonya silahkan masuk! " Katanya disana. Aku hanya mengangguk lalu segera mendorong pintu.

Mataku langsung melihat dekorasi ruangan itu yang 180 derajat sudah berubah. Disini wallpaper nya hitam dan berharis putih. Tataan perabot nya juga berbeda lengkap dengan perabotan yang tak sama dengan pertama aku mengunjungi ruangan besar itu. Varo merubah nya lagi ternyata. Tentu saja ia dan Vian beda selera.

" Ada apa mencari ku? " Tanya ku pada pria itu yang tampak sibuk menekuri kertas didepan nya dengan pulpen yang ia pegang dan sibuk membubuhkan tanda tangan.

Ia mendongak serasa aura dingin nya memenuhi ruangan itu saat matanya menangkap ku.

" Kamu dari mana? " Tanya nya disana dengan ritme nada menekan. Juga menghentikan kesibukan nya.

" Aku! Dari lantai 3. Ada apa? Apakah kamu ada urusan dan membatalkan fitting baju pengantin?? "Tebak ku menerka saja.

" Karena kamu punya saham disini. Kamu jadi mengabaikan pekerjaan mu juga? " Ia malah balik bertanya. Dari perkataan nya seperti nya dia tau apa yang aku lakukan tadi. Mungkin dia mendengar obrolan ku dengan Elysa saat didepan lift

" Oh. Aku hanya iseng saja! Lagian pekerjaan ku sudah selesai! " Sahut ku santai.

Varo mengambil pesawat telepon. " Designer itu pecat dia dan model itu! Jangan pernah muncul lagi di V. E! "

Aku terperangah mendengar nya. Apa otak nya sungguh jalan?

Aku maju dengan gusar lalu mengebrak meja! " Jangan keterlaluan! Apa masalah mu dengan ku Varo! Jangan melibatkan orang yang tak ada hubungan nya" Kata ku kesal.

Varo meletakkan pesawat telepon itu lagi lalu ia berdiri disana. Mensejajarkan kan mata nya kearah ku.

" Jangan bermain main dengan status mu Fayza! Ada anak ku disana! Jangan berbuat hal yang menjijikan!! "

What!

" Kamu mau mengandalkan status??? Kamu sendiri. Lebih menjijikan.!! Kamu apakan model model itu masuk ke ruangan mu. Apa kamu hiperseks sampai harus main di ruangan ini juga! Aku sebagai istri mu sangat malu melihat kelakuan bapak anak ini! " Balas ku dengan dongkol. Karena dia yang mulai aku jadi mengatakan nya padahal ini bukan urusan ku.

Ia malah tersenyum jahat. "Apa kamu cemburu?? "

Aku menyesal mengatakan nya dia jadi salah paham. Aku sama sekali tidak cemburu tapi benci dengan nasib yang aku terima.

" Tidak ada kalimat ku aku mengarah cemburu. Aku hanya mengatakan hal menjijikan yang lebih cocok" Sargah ku dan ia beranjak dari sana berputar menuju kearah ku. Secara implusit ia malah mencengkram tangan ku dan menarik nya kebelakang.

Ketakutan langsung menguasai ku, dia mau bersikap kekerasan lagi? aku masih syok dengan apa yang ia lakuka tadi malam.

Lalu punggung ku di dorong ke depan menghadap meja nya. Leher ku di tekan sehingga aku tak bisa menarik badan sendiri.

" Apa yang kamu lakukan. Lepas kan aku.. " Jerit ku naik pitam tapi tenaga nya kuat sekali. Yang ada tangan dan punggung ini sakit ia tekan.

" Diam lah. Kalau bergerak terus perut mu tertekan.. " Katanya disana. Dan aku tak tau apa yang mau ia lakukan. Leher ku terus diarahkan kedepan.

Dalam posisi seperti ini pikiran ku malah lari kemana mana. Kemudian terdengar suara germercing sabuk lagi. Apa yang ingin ia lakukan??

" Kamu mau apa?? Mau mencekik ku lagi?? Aku peringatkan Varo. Aku akan menyumbangkan saham milik mu ke model yang kamu hancurkan karir nya dan juga Justin, designer itu!! " Ancam ku dengan rasa takut menguasai. Leher ku sudah jadi santapan dia untuk melukai ku. Kalau sekali lagi ia menjerat nya seperti kemaren? Aku tak bisa memaafkan nya. Membayangkan nya saja aku merinding. Itu sangat sakit, perih dan bergerak sedikit saja sangat sakit.

Aku merasakan rok ku malah dinaikan keatas dan dia menarik celana dalam ku debgan cepat. Aku berontak tapi tenaga nya sungguh mengerikan. Perut ini menjadi ancaman ku kalau aku bergerak kasar.

" Itu hanya kamu yang akan kehilangan uang bukan aku " Katanya disana lalu aku terhentak saat ia memukul keras pantat ku.

" Fuck you.. Varo! Berhenti... " Teriak ku murka.

"don't move or your fetus has a problem"

Nafas ku tercekat sesaat setelah merasakan ada masuk ke liang sensitif ku. Apa ia memasukan milik nya. Astaga!

" Kamu gila Varo!! Hentikan. Aku ga mau.. " Jerit ku dengan nafas tersengal. Aku menggapai gapai kebelakang tapi ia malah terus menahan tekuk ku ke bawah. Dan terus merasakan hujaman yang betubi-tubi Bahkan suara desahan nya sampai membuat ku meremang. Hingga rasanya aku merasa terlena saat ia melakukan klimaks, apa yang ia lakukan sedikit banyak membuat ku hilang fokus. Bahkan aku tak memberontak saat ia membalik badan ku. Wajah ku langsung memanas melihat rudal milik nya yang masih menegang.

" Ini permintaan maaf ku tadi malam. Aku tidak kasar bukan. Tapi ini hukuman mu karena bermain main dengan model-model itu" Ucap nya disana. Ia lalu menjarah kemeja ku menyibak nya dengan sekali tarikan, kancing nya saja sampai terlepas. gerakan Varo sangat cepat, aku saja tak bisa bergeming. Dan tau tau ia sudah menarik tekuk ku dan mencium ku dengan brutal. Aku mendorong nya tapi tangan nya ikut bermain di selangkangan ku.

" Stop!! Jangan begini. "

Protes ku percuma. Varo tetap melakukan aksi nya. Dari meja kerja sampai sofa disana ia beberapa kali melakukan nya dan ini sungguh sulit dijelaskan. Aku malah mengikuti arah permainan nya. Dan ini gila kami bedua sudah tak mengenakan sehelai apapun. Dan aku! Tak berontak lagi malah menurut. Nafsu memang membutakan segala nya hingga aku berakhir di sana dengan kelelahan yang mendera.

Aku menyesal ikut terlena mengikuti permainan nya. Mengingat bagaimana ia juga melakukan ke banyak perempuan. Rasanya aku sudah di bodohi telak oleh nya.

*

*

*

Aku maju setelah tirai di buka. Didepan ku Mami dan Ibuk yang ikut menemani melihat ku dengan takjub.

" Ya ampun. Sayang... Cantik sekali.. Yang ini aja cocok dengan badan kamu" Kata Mami dengan antusias.

Aku melihat kearah Ibuk yang juga setuju.

Aku tersenyum kearah mereka berdua.

Ini pernikahan yang mereka harapkan. Senyum mereka seolah menguatkan ku. Kalau saja mereka tau apa yang terjadi!! Tapi aku tidak bisa menyakiti mereka dengan masalah ku.

Kemudian kulihat Varo mendekat. Ia sudah mengenakan stelan jas hitam yang menurut ku sangat cocok. Membungkus tubuh nya yang tinggi, Aku enggan melihat wajah nya, rasanya sangat malu mengingat apa yang kami lakukan setengah jam yang lalu.

Aku berharap kami segera menuntaskan hari ini.

Selesai fitting baju kami sambunh melakukan sesi prewed di studio. Di sana Mami dan Ibuk terlihat kembali sibuk mendiskusikan persiapan mereka. Sebagai nyonya besar acara.

" Tadi kamu tidak sekaku ini dengan model itu. Kenapa sekarang dengan ku sangat kaku, apakah kamu mengingat bagaimana tadi kamu berteriak keenakan.., apa kamu malu"

" Shit!! "

Aku mengulas senyum ke kamera mengenyampingkan apa yang dibisikan Varo. Apa ia sengaja mengacaukan emosi ku sekarang. Sungguh aku malu dan sangat menyesal mengikuti permainan nya tadi. Tapi percuma menyesal.

Aku merasa meremang saat tangan nya mengusap bahu ku ia lalu mencium nya. Ia melakukan nya saat aku tak bisa melawan kemudian ia menarik wajah ku dan mencium ku lagi. Saat itu banyak jepretan yang kudengar. Hingga aku memukul nya juga terjepret. Kulihat Varo tertawa kecil. Tawa nya mengingatkan ku dengan Vian. Mereka sedikit mirip kalau bersikap agak jahil seperti itu. Ah aku lupa mereka sama.

Beruntung Mami dan Ibuk masih berdebat tentang souvenir mereka yang belum sampai di ujung sana kalau tidak aku sangat malu melakukan adegan ciuman didepan orang tua ku.

*

*

Aku meringis keki melihat wajah puas Varo yang membuat ku kesal. Beruntung semua sudah selesai dan aku berada 1 mobil dengan nya kembali ke kantor walau ini sudah sore.

Aku mengambil ponsel ku dan menghubungi Leo.

" Aku ingin 2% saham. Ku kamu berikan pada Justin dan 3% pada Betrand" Kataku disana sangat kesal dengan ulah Varo. Biarkan saja saham nya aku bagi-bagiman pada orang lain. Itu akibat ia memperlakukan ku seperti tadi. Ya walau aku juga ada berperan. Itu semua dia yang memulai.

Kulirik Varo yang hanya diam dengan wajah di tekuk. Apa ia sungguh tak masalah aku membuang-buang saham nya yang tentu jumlah nya sangat fantasis walau hanya 0,5 persen. Ini aku membuang nya 5 persen.

" Tanyakan juga dengan Betrand apakah ia mau kencan dengan ku. Aku akan memeliharanya lahir dan bat-

Ponsel ku direbut.

" Jangan ikuti dia yang terakhir! Atau kamu mau aku kembalikan ke penjara!! " Kecam Varo pada Leo. Ia lalu mematikan telepon ku. Nafas nya mendengus kesal disana.

" Apa apaan kamu. Aku mau juga main main dengan model. Kamu pikir kamu saja.. " Cecar ku kesal. Walau sebenarnya aku hanya mengancamnya. Aku mana mau bersama seseorang yang tidak aku kenali.

" Aku tidak main main dengan model itu" Teriak Varo disana.

Aku berdecih geram.

Ddrrr

Drrrrt

Ponsel ku kembali berbunyi. Memecah kekiaruhan pertengkaran kami. mungkin Leo yang telepon balik. Tapi aku salah ada nama Arland disana...

Varo melihat nama itu. Dengan jurus apapun aku segera mengambil nya tapi apa yang aku lihat. Varo mengambil nya dan dengan enteng ia membuang nya keluar jendela.

* sorry ya. Cerita nya jadi membosan kan.

Lagi fase mengatasi Varo.. *

(づ ̄ ³ ̄)づ