Pov Fayza.
Maju...
Atau
Pulang...
Gemuruh amarah ku seperti nya sudah menyerupai gunung merapi. Siap menyembur. Ada rasa sakit di sisi hati ini. Kalau itu adalah Arland aku lebih memilih pulang. Aku orang yang tidak mau membuat keributan di tempat umum. Biasanya aku akan memendamnya dan menyelesaikan dihari lain. Tapi ini? Disana adalah Bella. Mantan sahabat sekolah ku yang sedang memainkan peran nya. Apa yang di buat Bella sampai seorang Varo terlihat manis dengan nya. Walau wajah nya masih datar tapi cara Varo bersama wanita itu seolah simbol kedekatan mereka apalagi ini pusat perbelanjaan.
Apa yang mereka beli? Apakah mereka membeli perabotan rumah tangga? Beli bahan makanan bersama?
Kalau lama lama berpikir begini aku bisa gila.
Alhasil aku mengambil kareta belanja juga.
Okey... Selamat berperan menjadi istri teraniaya! Seru ku menyemangati diriku sendiri.
Dengan mengerahkan emosi nya aku mendorong kereta belanja itu.
Aku mencari arah Varo dan Deasy masuk tadi. Dan aku menemukan nya dari jarak sekitar 100 meter tempat aku berdiri sekarang, disana Varo membungkuk seolah sedang mengobrol mesra dengan Deasy itu membuat ku semakin tersulut dengan kecepatan tinggi kudorong kereta belanjaan ini dengan sangat cepat. Seperti sedang berselancar saja.
Ssrrrrrrrtttt
Awasss awaaaaaass..
Teriak ku nyaring hingga dua manusia plus Bodyguard-bodyguard nya mendengar dan dengan sigap bodyguard mereka menghalangi kedatangan ku seperti tembok.
Aku langsung menubrukkan kereta itu kemereka
Dari 3 pria bodyguard nya hanya 1 yang tumbang. Itu pasti sakit sekali. Tapi siapa suruh menghalangi.
" Ooh astagaa.. Maaf kan saya bapak-bapak" Cicit ku dengan wajah bersalah. Tapi aku segera melihat kearah 2 makhluk yang tercyduk dalam katagori selingkuh.
Mati kalian!!
Disana Varo hanya melihat ku kaget dan Deasy. Kulihat ia terperangkah kearah ku. Apakah ia mengenaliku? Atau ia terkesima dengan kedatangan ku. Sayang nya aku tidak dandan secantik 3 hari yang lalu. Ekspresi Deasy belum membuat ku puas. Mungkin next aku harus terus berpenampilan seperti 3 hari yang lalu.
" Oh.. Suami ku ternyata kamu disini? " Koar ku melupakan urat malu dan jatidiri seorang Fayza si dosen killer yang disegani mahasiswanya.
Varo tampak kaget. Apalagi aku langsung menarik lengan nya. Penjaga nya langsung bereaksi tapi aku kekueh menahan tangan Varo. Kalau ia tak menghentikan penjaga nya jangan salahkan aku kalau ada yang merekam keributan ini kemudian Viral dan masalah kami akan di ketahui publish.
" Kalian jangan menyentuh ku. Kalian tidak tau aku siapa" Teriak ku sebagai perlindungan diri dari penjaga mereka. Walau cemas juga aku tak diakui disana.
Penjaga ini tampak tidak terpengaruh apa mereka benar tidak tau aku siapa. Dan Leo. Dimana Leo. Aku tak melihat keberadaan Leo. Kalau ada dia. Dia bisa membantuku saat ini.
Seorang bodyguard yang lebih besar nenarik ku dengan keras. Aku terhuyung dan lantai dibawah sana siap menerima ku dengan senyuman.
" Tidak kalau aku jatuh kandungan ku akan... " ..
Aku memejamkan mata bahkan tindakan ku sendiri ancaman buat ku.
Aku pikir pantat ini akan mencium ubin dan benturan keras di sana tapi seperti nya aku mendarat di tangan seseorang. Apa itu Varo?
Aku membuka mata dan kaget yang menghalangi aku jatuh bukan Varo tapi Leo.
" Apa nyonya tidak apa apa? Tanya Leo disana. Aku melihat nya sekian detik. Rasa terimakasih ku sudah diselamatkan Leo.
Aku mengangguk lalu melihat kearah mereka disana dengan berbagai ekspresi. Ada ekspresi Deasy yang jengah dan ekspresi Varo yang diam saja.
" Terimakasih Leo. Aku tak tau kalau tak ada kamu. Bisa saja aku keguguran karena mereka" Kataku menunjuk pelaku nya yang tampak kaget dan merasa bersalah apalagi ada Leo tentu membuat mereka lebih memandang ku.
Kulihat disana Deasy menarik tangan Varo. seketika jiwa acting ku berkobar.
" Aaah perut ku sakit.. Aduh. Kepala ku... Leo... Varo... Bantu aku... " Kata ku dengan dramatisir. Aku melorot dengan sengaja kulihat mereka disana mulai kelabakan dan orang-orang juga datang menonton.
" Tuan.. Nyonya. Seperti nya harus dibawa kerumah sakit" Kata Leo membantu ku. Aku bahkan masih melengket pada Leo di lantai.
" Biarkan saja dia! " Sahut Varo disana sungguh membuat ku ingin menangis saja apa dia tak punya hati sama sekali. Istri yang notabeni sedang kesakitan. Vian oh Vian dimana kamu...
" Tapi tuan. Nyonya sedang mengandung"
" Kamu saja yang bawa dia! Jangan libatkan Varo! " Kali ini suara itu dari Deasy ular berbisa rasanya aku ingin bangun lalu mencolok matanya.
Kemaren adek nya Delisha memanggil Vian. Ini kakak nya memanggil Varo. Fine! Itu artinya mereka memang sudah tau Vian punya dua kepribadian.
" Oke. Leo.. Ga papa... " Kata ku sambil di bantu Leo bangun. Aku mencoba terlihat sebagai wanita yang tegar. Walau sakit nya pura-pura tapi waktu bangun aku merasa perut ku malah benaran sakit. Aku pikir itu hanya karena terkejut eh makin kesini kenapa rasanya sungguhan sakit.
" Dia hanya pura-pura! Tinggalkan dia.. " Kata Varo lagi.
Aku kembali melorot dan Leo dengan sigap membantu ku lagi.
" Sakit" Kataku kearah mata Leo, ini sorotan ku yang sesungguhnya, aku memelas padanya. Seketika rasa takut ini menguasai ku kesehatan janin ku lebih utama sekarang. Aku tak peduli dengan Varo dan Deasy saat ini. Misi ku sekarang tak bernilai.
" Saya akan membawa anda kerumah sakit Nyonya" Kata Leo seakan meminta ijin untuk menggendong ku.
Aku mengangguk dan meringis. Perut ku kenapa sesakit ini apa ini hukuman karena aku Berpura-pura barusan.
Aku lalu di gendong ala bridal oleh Leo.
Serasa di tusuk tusuk perut ini. Dan ini membuat ku lemas. Aku tak tau lagi aku dibawa begitu saja hingga badan ku memasuki mobil. Aku diletakkan di bagian belakang merikuk sambil meringis.
" Sakit... Leo buruuuaaaan " Jerit ku melolong. Kudengar suara pintu ditutup. Ayolah cepat pergi dari sini...
Bawa aku kerumah sakit. Anak ku tidak boleh kenapa-kenapa!"
Kurasakan mobil itu mulai berjalan. Nafas ku naik turun. Tapi rasanya ada seseorang di sebelah ku. Siapa??
Leo bukan nya yang menyetir. Aku bergerak kedepan dan melihat Varo ada di kursi sebelah ku. Dia? Kapan dia masuk?
Ada segelintir rasa senang tapi rasa sakit ini lebih tajam dan menakuti ku.
" Kalau anak ku kenapa-kenapa. Kita selesai Varo! Vian atau siapa pun kamu" Ucap ku terpatah-patah itu adalah sumpah ku waktu itu. Dan kali ini rasanya lebih nyata. Persetan dengan sakit Vian. Kalau anak ini tiada aku juga akan menyerah.
Aku merasa kesakitan lagi hingga rasanya pandangan dan nafas ku serasa pendek.
*
*
*
Aku terbangun aroma rumah sakit langsung menguar.
Spontan aku menegakkan badan dan melihat perut ku. Tapi kepala ku langsung melejit kesakitan. Seperti baru di himpit benda besar.
" Aaaah.. Sakit" Jerit ku menekan kepala.
" Apa kamu gila!! Bisa kah tidak bersikap bodoh!! "
Aku kaget dan mendelik asal suara itu di depan ku ada Varo. Dia masih mengenakan pakaian yang sama.
Aku tak menghiraukan perkataan nya kepala ku masih mendengung. Hingga beberapa saat sudah mulai berkurang. Nafas ku naik turun.
" Anak ku? Bagaimana dengan anak ku? " Cecar ku pada point pertama.
Kulihat Varo melihat lurus kedepan. Dari ekspresi nya membuat ku takut saja. Takut dengan berita yang ia bawa. Apakah aku keguguran??
" Dia baik-baik saja! Kamu hanya magh!! "
Mendengar itu rasa nya paku dikepala ku langsung tercabut.
Bhussss... Seperti angin
Untung lah anak ku tidak apa-apa! Tak ada perasaan lega selega ini.
Aku kembali merebahkan kepala. Mengingat bagaimana ketakutan ku barusan membuat ku sadar betapa aku menginginkan kandungan ini baik-baik saja. Meski ia ada di dalam rahim ku karena insiden tapi dia tetap anakku. Yang baru saja tumbuh dan ukuran nya masih berupa centimeter. Pasti sangat rentan sekali dalam ukuran segitu. Akun sedikit menyesal tidak memperhatikan keselamatan nya hanya karena mementingkan Vian.
" Bagaimana bisa kamu membiarkan pola makan mu buruk. Apa kamu sengaja tidak memberi nya nutrisi! " Kali ini omelan ini dari Varo.
Apa dia mengomel kecerobohan ku atau peduli dengan aku dan anak ini.
" Bagaimana aku menjaga pola nutrisi. Aku bangun sendiri! Setiap pagi mual mual. Lemas. Jalan 2 meter saja mau pingsan. Gimana cara nya aku makan ke dapur atau lari keluar nerima pesanan makanan" Sahut ku balas menyindirnya. " Aku sendirian Tuan Besar. Sendirian!!!! "
" 2 meter pingsan. Tadi saja kamu malah di mall jalan-jalan!! " Timpa nya disana tak mau kalah
" Aku mau membeli susu hamil. Kamu pikir aku mau beli sendirian. Sudah beli sendiri. Malah menemukan suami selingkuh!! "
Mata nya seolah tercengang dengan statment barusan. Aku akan membuat nya tertekan kali ini. Dia mau mengelak apa aku tetap pemenang nya.
Kerut diwajahnya memudar.
" Aku baru datang dari Jepang! Tadi siang! Dan Deasy! Dia..
" Dia apa? "
Disana kulihat perubahan emosi Varo. Ck!! Dia mau mengelak lagi. Ooh.. Sungguh kasihan kamu Fayza!! Hati kecil ini malah mengolok ku.
" Dia wanita pujaan mu! Yakan! Kamu mau mengelak kamu tidak selingkuh!! Dengar Varo. Siapa pun kamu. Kamu itu sekarang suami nya Fayza. Jadi sebenci apapun kamu ke aku! Aku ini istri mu! " Omel ku sangat marah. Dan susah sekali mengikuti saran Dokter Irwan beracting manis manis untuk menarik simpati Varo.
Tapi aku merasa mata ku memanas. Ada gejolak emosi tumpang tindih. Aku meratapi nasib buruk ku saat berumah tangga. Sudah kehilangan cinta pertama, malah diperlakukan tidak adil. Walau Readers mendukung ku untuk berjuang. Tapi kalian pasti tidak kuat kalau diposisi aku. Ya kan!!!
" Sudah lah.. Kamu istirahat! "
Aku merasa ada selimut dilempar kewajah ku lalu Varo berlalu.
' dia.. Benar-benar... -
Aku merasa semakin emosi. Ingin rasanya mengoyak isi otak nya. Dimana letak ketidakberesan otak Vian sampai ada kepribadian ganda!!!Kalau bisa di atur ulang dengan senang hati aku atur ulang! Biar diobrak abrik susunan otak nya!
Aku menarik nafas kesal. Hanya karena Varo emosi dan kelabilan jiwa ku ikutn terkuras. Aku benar-benar belok haluan dari jati diri Fayza.
Dan aku hanya semalaman di rumah sakit. Besok nya sudah di bolehkan keluar. Perut ku sudah tak terlalu sakit seperti kemaren.
Sekarang aku kembali ke rumah memperihatin kan ini. Rumah impian Vian yang malah diisi jiwa yang berbeda. Kapan Vian akan kembali. Rasanya kepala ku mau meledak. Aku sedih saat melihat ciri ciri identik Varo masih melekat. Ya Tuhan belum 1 bulan saja aku sudah menyerah begini.
Dengan lemas aku menyeret tubuh ku ke kamar. Aku tidak punya strategi lagi sekarang untuk melawan Varo. Biarkan saja mengalir dengan sendirinya. Kalau terlalu di paksakan aku takut akan mempengaruhi janin ku. Kata dokter kandungan tadi pagi. Aku tidak boleh stres dan kelelahan. Perkembangan janin ku mundur. Seperti bukan perkembangan pada usia nya. Itu membuat ku ketakutan. Tapi aku ingat bagaimana Varo yang tak berkedip melihat layar usg saat dokter kandungan itu memperlihatkan sesosok kecil berupa janin yang baru menyerupai embrio kecil didalam perut ku. Aku pun sedikit takjub dengan sesuatu dalam perut ku itu. Dia sangat kecil. Sepanjang jari dan itu adalah sesosok manusia yang lagi berkembang.
Dan harusnya hari ini aku masuk di V.E kan. Tapi dengan sakit begini mungkin harus mundur 2 hari kedepan.
Tuk
Aku kaget ada segelaa susu di depan ku
Kulihat kedepan ada Varo menyodorkan susu. Ini halusinasi 4 Dimensi ya? Si mafia bodoh ini terlihat nyata di depan ku!
" Kamu harus menjaga nutrisi nya" Katanya disana datar ekpresi nya masih dingin.
" Oke" Sambut ku lalu meletakkan susu itu ke nakas. Kurasakan Varo belum menjauh. Kutoleh ia lalu matanya menuju susu itu. Apa ia menyuruh ku untuk mehabiskan nya didepan nya. Aku baru saja sampai dan perut ku sedikit kembung. Aku masih ingin mengumpulkan nyawa dulu sebentar.
" Minum! "
" Aku akan meminum nya tapi nanti" Sahut ku agak malas.
" Minum sekarang... "
Aku melihat nya lagi disana ia menunjuk susu itu dengan matanya lalu mengintimidasi ku.
" Cih. Ternyata kamu peduli juga dengan janin ini! " Gerutu ku sambil mengambil susu itu.
" Padahal kamu bisa bikin dengan wanita pujaan mu lho!! Selingkuhan kesayangan tuan Alvaro" Sambung ku lagi. Lalu siap siap meminumnya.
Saat hendak meneguk nya tau tau gelas itu di tarik nya dan Varo melemparnya ke dinding. Suara pecahan yang keras seketika situasi mencekam dan membisu.
Apa-apaan dia apa dia sengaja melakukan nya sok baik lalu kembali bertingkah buruk! Dengan menakut-nakuti ku. Dan dia membuat janin ini kaget. Dia sudah sangat keterlaluan.
Aku bangkit dari sana. Rasanya kepala ku sungguh meledak oleh sikap nya.
" Oke Varo! Aku menyerah.. Fine! Aku menyerah! Aku tak peduli dengan Vian lagi! " Kata ku segera menuju lemari baju mencari koper disana. Aku sungguh hilang akal kalau dibuat terancam terus. Dia mafia bodoh yang mudah di bego-begoin si Bella wanita oplas itu!! dan aku manusia normal yang ingin hidup damai. Emang dia lagi main film action. Selalu berbuat menegangkan begitu. Enak saja!.
Aku menemukan koper kecil dan mengambil nya. Bahkan aku bingung apa yang aku bawa. Baju disana tampak baru semua. Tasya mengisi nya banyak sekali. Alhasil aku menarik laci dan mengambil buku tabungan dan berkas milikku.
" Aku akan mengajukan gugatan cerai! Meski tak disetujui karena hamil. Aku tetap melakukan nya surat cerai akan ada saat anak ini lahir. Sebaiknya kamu kembali ke Jerman dengan Deasy sana! Anggap saja Vian tak pernah membawa mu ke Indonesia" Cecar ku final dengan keputusan ku.
" Cerai?? "
Ia malah melihat ku takjub. Apa dia budek.
" Ya. Kamu bisa menikah dengan Deasy!! Dan aku juga akan cari bapak baru buat anak ini. Jangan cemas. Masih ada yang mengantri aku kok" Kata ku asal. " Lagian aku malu punya suami mafia bodoh yang bego karena wanita oplas" Sungut ku dalam hati.
" Tidak akan ada cerai. Jangan mimpi!! Kamu akan terikat dengan ikatan ini. Itu hukuman buat kamu"
Aku melihat Varo dengan bingung juga kesal. Ini manusia otak nya apa ya?? Kalau Vian aku kesal karena kejahilan nya kalau Varo!! Aaah pengen cari dukun santet rasanya!!
Ia malah menyunggingkan senyum nya lalu dengan santai Varo beranjak dari sana. Pergi setelah membuat kecamuk emosi. Jadi kebiasaan nya setelah berbuat sesuatu pergi! Dasar cemen!
" What!!
Aku terbengong-bengong dengan perkataan nya jadi dia mau membuat ku sengasara karena ikatan ini!!! Itu lebih buruk.
*
*
Aku lelah dan kebanyakan tidur lagi. Saat bangun aku melihat suasana kamar yang temaram. Ah sendiri lagi! Varo pasti pergi ke Deasy. Sudah lah aku tak peduli. Perasaan ku pada Vian hanya beberapa persen. Biarkan saja dia sama wanita yang sudah membuatnya bego!! Aku juga punya mimpi sendiri setelah anak ini lahir! Lihat saja kehidupan ku tidak akan runtuh setelah punya anak!!!
Aku berbalik dan aku kaget Varo ada di sana ia sedang bersandar sambil memainkan mac book nya. Wajahnya serius sekali. Ya wajah Varo memang selalu serius. Kalau tersenyum dan tertawa itu bukan karena humor tapi caranya merendahkan seseorang.
Aku diam beberapa detik apa ini mimpi lagi. Melihat mafia bodoh ini??
Aku terperanjat saat ia melirik kearah ku dengan tatapan dingin. Jadi itu benaran dia.
" Kenapa kamu tidur disini? Tanya ku konyol. Aku ingat kami tadi bertengkar dan aku ketiduran.
" Kamu bisa tidur di sebelah atau sofa! Aku sungguh tidak ingin melihat mu" Kata ku lagi pedas.
" Ini kasur ku! " Sahut nya seolah mengatakan ini milik nya dan aku menumpang disana.
Oke fine. Aku akan tidur di sofa
Aku segera bangkit. Tapi kaki ku malah di tahan kaki nya.
" Kau mau kemana?? "
" Bukan urusan mu!! "
" Tidur!! Aku malas berdebat" Katanya disana membuat ku kaget. Dia punya waktu malas juga. Oh!
" Aku juga! Aku juga malas melihat mu!! Pria suka selingkuh"
Dan mafia bodoh, cicit ku dalam hati. Kalau aku katakan reaksi nya bisa memberi ku nuklir dalam mulut. Tapi aku jadi ragu apa dia mafia? Ckckck ini konyol sekali.
Varo seperti nya siap meneriaki ku tapi ia mengurungkan nya aku memang benar kan. Dia pria penyelingkuh.
" Kau tau. Arland yang hanya status pacar saja aku tidak memberinya maaf karena selingkuh. Apalagi kamu! Ha!! Selama nya aku tidak akan memaafkan mu! Oh. Bahkan kamu tidak peduli dengan kesalahan mu juga kan!! "
" Aku tidak selingkuh!!! Sela nya disana.
Ingin aku berkata wow dengan nyaring apa dia mencoba mengelak. Dan entah kenapa aku suka membuat pernyataan yang memicu emosi nya. Mungkin karena aku suka berdebat. Ayok kita berdebat!! Ternyata bukan hanya topik perencanaan anggaran keuangan atau pengambilan keputusan dalam perkembangan perusahaan saja yang menyenangkan saat berdebat tapi tentang permasalahan rumah tangga juga menarik.
" Oh. Well. Jadi apa! Sahabatan? Sahabat rasa pacar ato pacar rasa istri!! " Cecar ku lagi mengolok nya.
" Dia di bawah tanggung jawab ku! Deasy begitu karena aku! "
" Benarkah! Lalu aku yang membuat ku hamil siapa? Siapa yang lebih berhak meminta pertanggung jawaban" Sela ku tak mau kalah.
Varo diam.
Ck rasanya ini membuat ku bangga, dia skakmat juga kan. Ayo siapa yang mau ngegas lagi.
" Apa kamu tau. Kalau Arland mau mengganti tanggung jawab mu! Apa Vian ada cerita? Dia yang bukan ayah biologis nya saja mau tanggung jawab. Kamu? Malah memikirkan wanita itu! Sudah aku lelah Varo! Persetan dengan penyakit mu" Ku acungkan jari tengah ku aku segera turun dari sana tapi tau tau tangan ku di tarik dan dengan sangat cepat ia memborgol tangan ku ke tempat kemaren.
" Oh. Apa kebisaan mu hanya memborgol? " Caci ku sungguh melihat nya jijik.
" Jangan banyak bicara! Aku lelah! Tidur sana! " Teriak nya disana.
Aku menarik narik borgol itu membiarkan bunyi yang super berisik. Sengaja membuat nya kesal sampai muak.
" Hentikan!!! "
" Ga akan!!! " Aku terus menarik keatas dan kebawah sampai bunyi berisik itu semakin lama semakin menjengkelkan nya.
" Fayza...!! " Teriak nya gusar.
" Lepaskan ini!!! "
" Ga akan!! "
Aku kembali membuat gaduh.
Dia kembali menatap ku garang.
" Aku lapar. Lepaskan inim aku belum makan apa apa sejak siang" Cicit ku mencari alasan walau memang rasanya perut ku menjadi lapar seketika.
Ia mendengus lalu turun dari sana.
" Ya.. Lepaskan aku" Teriak ku kesal. Hanya bantingan pintu yang kulihat.
" Mafia bodoh! Lepaskan aku. Aaaaah" Jerit ku frustasi
Tapi apa yang terjadi kenapa sekarang Varo membawakan Membawakan sepiring nasi. Ada capcai goreng dan ayam goreng disana. Apa dia memasakan nya untuk ku. Perut ku kembali berbunyi saat hidung ini menyerap bau ayam goreng yang tampak lezat.
"Kenapa kamu jadi baik? Kamu sudah dapat hidayah salah membenci ku?? " Tanya ku dengan intonasi bersahabat, maklum lapar bisa mengubah emosi.
" Jangan memulai nya. Makan lah" Ia mengambilkan sesendok nasi setelah duduk didepan ku.
Aku ragu ragu membuka nulut. Tapi perut ku memang sangat lapar. Mulut ku buka dan itu terjadi beberapa kali sampai sisa seperempat. Rasa nya memang enak.
Otak ku mulai menjadi lebih ringan sekarang setelah perut agak kenyang.
" Kau tau Varo. Sebelum nya aku berencana menyembuhkan mu. Kau juga meminta bantuan Tasya dan Leo. Aku ingin Vian kembali. Tapi aku kalah sebelum berperang. Aku menyerah. Jadi bisa kah kita selesaikan semua nya dengan baik-baik??? " Kali ini aku membuka nya. Ya.. Aku mengajak damai.
" Maksud mu? "
" Kita berjalan di jalan masing-masing!!! "