Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 41 - Empat Puluh Satu

Chapter 41 - Empat Puluh Satu

Dingin banged... , keluh Fayza

Tubuhnya menggigil. Ia berusaha menggapai selimut tebal dibawah kaki nya. Susah payah hingga selimut itu bisa menutupi sebagian kakinya sampai ke paha. Mending ada ketimbang tidak sama sekali. Ia menebak kalau dalam 1 jam ia dibiarkan seperti itu ia akn menjadi beruang kutub.

Tak berselang lama terdengar suara knop pintu dari kamar mandi. Dengan cepat Fayza menendang selimut itu. Seolah olah ia dalam keadaan sangat memperihatinkan kedinginan seorang diri dalam keadaan tangan terikat. Ia pun memejamkan mata berpura-pura pingsan atau tertidur.

Fayza mengintip disana pertama yang ia lihat adalah bagian cara berjalan Varo. Ternyata itu masih Varo, dengan ciri agak pincang. Pria itu baru selesai mandi. Badan nya masih menyisakan titik-titik air. Bisa Fayza lihat bagaimana Varo disana mengeringkan badan nya dengan handuk putih. Sesosok pria dewasa yang baru saja menyetubuhi nya mengingat itu ada semburat merah yang Fayza rasakan meski pria itu memberikan cara yang kasar juga menyakitkan. Entah kenapa Fayza merasa sedikit menyukai nya. Seperti ada tantangan yang ia rasakan. Dan Varo tampak sangat jantan. Bahkan mengingat nya lagi. membuat nya meringis malu bayangan itu malah semakin menempel kuat.

Varo membuka lemari. Ia cukup lama memilih baju untuk nya. Dalam hati Fayza kali ini kembali kesal. Ia anggurin begitu saja tanpa di hiraukan. Ia intip lagi Varo sudah mengenakan kemeja putih. Kedua lengan nya ia lipat sampai Sikuk. Gaya pakaian bukan Vian banged itu  Vian lebih doyan kaos polos dan kadang warna warni ga jelas seperti pelangi. Kalau Varo lebih mencerminkan sosok pria pengusaha lengkap aura nya yang tajam. Disana ia juga melihat Varo menata rambut nya yang disisir rapi kesamping. Kalau Vian lebih lurus keatas ala ala rambut tintin, mereka sangat berbeda. Itu kesimpulan Fayza dari segi stlye Vian vs Varo, Fayza bahkan sempat kagum 1 orang bisa memiliki penampilan berbeda yang membuat pandangan orang juga beda.

Selesai menata dirinya Varo menyemprotkan Parfume nya disana, aroma Maskulin langsung menyerbak di kamar itu. Itu Parfume Vian mengingat kan Fayza dengan sosok Vian yang mungkin saat ini terperangkap di tubuh Varo.

Hingga kaki nya berbalik mengarah kearah Fayza. Ia segera memejamkan matanya lagi dengan posisi seperti tertidur.

Kasur disana bergoyang, bisa ia rasakan Varo duduk di tepi sebelahnya. Ada suara tiupan dari lilin disebelah sana. Hingga cahaya lampu tidur yang temaram menggantikan pencahayaan disana. Fayza merasa dagunya kembali di angkat. Kali ini tak sekasar sebelum nya. Hingga ada sesuatu yang membelit leher nya.

" Buka saja mata mu! Kau pikir aku bisa di bohongi "

Mendengar itu Fayza membuka mata. Ternyata ia ketahuan lagi. Dilihat nya perban membalut lehernya. Dan Varo kembali ada didepan nya. Mata nya masih tajam dan masih sarat permusuhan. Kalau seperti itu Varo terlihat sangat keren apalagi ekspresi nya yang tampak dingin, meski terlihat seram tapi memberikan sisi srrr srrr tidak jelas di perut Fayza.

Fayza mendelik merasakan sesuatu yang aneh, matanya tertahan melihat wajah sepupunya ini. Mungkin istilah falling in love tapi wanita itu belum menyadarinya.

" Jadi kamu mau merawat luka ku lagi? Apa kepala mu sudah mendinginkan kepala setelah mandi. Apakah kamu sudah merenungi apa yang salah??? " Ucapnya pelan.

Varo diam saja melirik dengan manik matanya yang lebih gelap. Ia kembali menaikkan dagu Fayza lalu membelit kan sekali putaran lagi perban itu keleher wanita itu dan mencondongkan kepalanya untuk mengikat kedua simpul perban di belakang. Lebih menempel ke wajah Fayza. Memberikan sisi kejut listrik lagi bagi Fayza.

" Ini bayaran karena jejak percintaan mu dengan pacar mu tak ada!! Dan milik mu sangat disukai punya ku.. " Bisik Varo disana membuat Fayza langsung blushing juga merasa geli secara bersamaan. Ia menarik nafas agar tidak terpengaruh. Mengingat upaya nya sudah naik 40% bisa mempengaruhi Varo.

" Jadi aku memuaskan mu.. Mr. Alvaro??? " Balas Fayza memiringkan wajah nya. Bibirnya berjarak sangat tipis bahkan nafas teratur Varo bisa ia rasakan. Fayza baru sadar kalau Vian punya bibir tipis yang semerah itu. Dan itu terlihat sexy.

" Apa aku sudah masuk kriteria kamu? Apa kamu tau aku sangat menikmati percintaan kita" Ucap Fayza lagi terdengar sangat liar dan ini membuat Varo memicingkan matanya. Ia tampak terganggu dengan ucapan Fayza. Padahal Fayza sendiri tak menskrip kan kata itu. Itu semua implusit.

" Jangan salah paham. Kamu tidak jauh berbeda dengan boneka seks saja. " Ucap Vian dengan nada meremehkan. Bibir nya naik sebelah lalu ia tertawa kecil. Disana rasanya Fayza merasa perih.

" Dan.. Ada untung nya Vian menikahi mu!! Aku tak perlu memakai jasa PSK lagi. Kamu bisa dipakai secara gratis... "

Kalau saja Fayza tak lagi dalam misi memerangi Varo mungkin saat ini ia kalap mau melempar Varo sampai ke kerak bumi. Perkataan nya cukup membuat nya teriris. Dipandang sebagai jalang dan tak berharga. Wanita dimana pun pasti tidak ada yang menerima.

" Aku sama sekali tak menyesal sudah membenci mu. Aku bisa bertemu dengan Deasy!! Karena kamu... ! "

Kali ini Fayza menurunkan matanya. Ada kabut dimatanya mendengar itu. Pria ini serasa bangga dengan menyebutkan nama orang lain disana. Rasanya ia juga ingin membawa nama Arland. Tapi ia urungkan. Ia akan bersedia merendah dihadapan Varo untuk mencari simpati nya.

" Aku terima ucapan terimakasih kamu tuan Alvaro"

Varo menatapnya sekilas ia lalu melepaskan Borgol Fayza dan beranjak dari sana.

" kamu mau kemana? Kamu ada janji untuk acara makan malam dengan keluarga mu dan aku!!! " Cecar Fayza disana.

" Aku tak peduli" Sahut Varo setelah berhenti sebentar lalu berbalik lagi. Ia menghilang di bilik pintu kamar.

5 detik yang Fayza rasakan semilir AC kembali mengoyak kulitnya. Kepalanya mendadak pusing. Bisa ia pastikan mungkin Varo akan mencari keberadaan Deasy.

Ia lebih mirip seorang istri yang di zolimi sang suami sekarang. Ada percikan lava dikepala nya yang meletup-letup. Segera Fayza bangkit darisana mencari piyama tidur. Dan ia asal pakai saja piyama Varo itu.

" Bang.. Abaaaaang" Teriak Tasya disana kaget melihat kakak nya melintas seperti iklan yang tiba-tiba nongol. Ia sudah kurapan menunggu pintu kamar itu terbuka. Sekarang saat mata nya nyaris melek kebawah tau tau pria itu meluncur didepan kepala nya begitu saja.

Varo berhenti sejenak. Ia menoleh melihat sosok Tasya didepan nya.

Disana Tasya tampak gugup melihat kakak nya dengan tatapan berbeda dari biasanya. Ada rasa takut melihat cara Varo melihat nya saat ini, meski ia sadar itu bukan tatapan abang kesayangan.

" Abang mau kemana? " Tanya nya.

Varo mengangkat tangan nya lalu menepuk rambut Tasya dengan kaku seperti anak kecil.

Varo enggan buka suara. Didepan nya Tasya tetaplah adik kecil nya. Ia tidak mau mengganggu Tasya apalagi dengan ia yang seperti saat ini.

Sedangkan Tasya seolah dejavu dengan prilaku Varo. Ia pernah diperlakukan seperti itu dulu sekali. Waktu kecil banged. Dan rasanya Tasya kembali ke masa itu. Saat ia masih SD menerobos masuk kekamar kakak nya yang berantakan. Semua buku berhamburan dan itu terasa menakutkan. Ia memanggil manggil nama Vian dan mencari kakak nya itu. Hingga ia melihat kakak nya terduduk di belakang pintu dengan kepala tenggelam di sela lutut nya seperti orang ketakutan.

Saat ia bertanya, kakak nya bangun lalu mendekati Tasya dan menepuk rambut depan Tasya dalam diam.

Dan sama seperti sekarang mata pria ini lurus kedepan lalu meninggalkan nya begitu saja.

Tasya Terbengong-bengong sendiri. " Apakah waktu itu juga Varo yang muncul? " Pekik nya dalam hati. Kuku nya langsung ia gigit karena gelisah. Saat berbalik. Ia kaget ada Fayza di belakang nya dengan mata melebar dan ipar nya itu mirip tahanan lepas yang penuh bercak merah dimana mana, rambut hasil salon yang mahal sudah menyerupai ogoh-ogoh, iblis atau monster mitologi Bali yang menyeramkan itu. Dan jangan lupa lehernya terbalut perban membuat penampilan Fayza seperti setan sungguhan.

Tasya nyaris saja berteriak takut. Tapi setelah mengenali itu Fayza ia langsung lega sekaligus syok.

" Kak.. Apa ini perbuatan Abang nya Tasya??? " " Ringis Tasya antara prihatin dan tidak percaya itu perbuatan kakak nya yang budiman.

Fayza mendengus. Ia bahkan baru sadar dengan kiss mark di leher dan badan nya sangat jelas. Pendengaran nya baru saja mendengar suara mobil menjauh dari rumah itu seolah pikiran nya juga terbang jauh dari sana.

" Kak.. Kulit kakak melepuh. Apa yang diperbuat kakak aku kak... " Teriak Tasya kembali kaget setelah melihat selain kiss mark yang begitu banyak kulit Fayza juga banyak merah kearah melepuh. Ia yakin itu pasti perih.

*

*

*

Tasya membantu Fayza mengoleskan salep luka bakar di badan Fayza. Bahkan ia mengingat jumlah luka bakar disana yang terhitung banyak!

" Kak.. Apa rencana kakak selanjutnya?? " Tanya Tasya pada Fayza yang melamun.

" Aku masih memikirkan nya! " Sahut Fayza terus berpikir keras dan diam lagi.

Disana Tasya membuang nafas panjang " Kak. Jangan pandang aku sebagai adik ipar!!"

Fayza menatap Tasya heran.

"Ini pasti sulit buat kakak kan!!! Orang yang mencintai kakak malah punya masalah seperti ini dan dia malah menjadi tidak mencintai kakak. Aku tau kalau kakak juga tidak mencintai kakak aku. Dan kemunculan wanita lain itu bukan hal mudah. Sebagai wanita aku merasakan apa yang kakak rasakan... Aku netral diantara kakak dan bang Vian. Suer!!

Tapi apakah kakak akan terus membantu kak Vian atau menyerah ka?? Sekali lagi jangan lihat aku sebagai adik ipar. Anggap aku sahabat Kakak. Aku akan dukung apapun pilihan kakak dan berusaha membantu kakak.. " Koar Tasya keputer-puter disana namun terdengar dewasa.

" Terimakasih Tasya..

Aku akan mecobanya dulu. Aku akan mundur kalau aku tidak sanggup" Jawab Fayza sungguh-sungguh.

Mata Tasya kerjap kerjip. Ada rasa sedih mendengar kata mundur dari kalimat Fayza. Tapi ia juga tak ingin Fayza di perlakukan menyedihkan seperti yang ia lihat saat ini tak ada wanita yang di perlakukan buruk oleh seorang suami dan kehadiran wanita lain, apalagi pernikahan belum genao seminggu. Kalau itu Tasya mending ia kabur dan mencari kebahagian yang lain.

" Kalau kakak mau mundur aku akan mendukung sepenuh hati ka! Aku akan bantu kakak lepas dari kak Vian. "

Fayza mengangguk, menatap gadis ini sejenak hingga ia merasa lelah sekujur tubuh nya. Ini saat nya ia mau istirahat menenangkan pikiran nya dan kesehatan debaynya.

*

*

*

3 hari berlalu Varo tidak ada pulang kerumah. Dan Fayza juga sendirian. Tasya tidak bisa terus menemani nya disana. Tante Lily akan curiga. Bahaya kalau Tante Lily ikut campur, nanti keluarga nya akan tahu dan tak ada yang ingin tahu rasa sakit yang bisa dirasakan orang tua melihat nasib anak nya. Fayza tak mau Ibuk dan Papa nya tahu masalahnya.

Dan malam-malam sendirian malah membuat Fayza tak tenang. Ia malah berpikir kalau Varo ada dikediaman Deasy. Ingin rasanya ia menghubungi Leo. Tapi ada rasa takut dengan fakta itu. Dan besok juga adalah jadwal ia masuk V.E! Ia pasti akan bertemu dengan Varo disana.

Lalu sore ini Fayza jadwal mengajar lagi. Itu sedikit membuat nya mengisi kekosongan sendirian dirumah seorang diri.

Sepulang dari kampus, itu masih jam 8 malam. Ia sudah ada janji dengan Dokter Irwan. Dokter psikolog yang membuka praktek di sebuah Rumah Sakit.

Fayza tidak tau kalau Dokter Irwan adalah dokter yang menangani Ibunya Arland. Dan secara tidak sengaja Arland melihat Fayza seorang diri masuk keruangan praktek Dokter yang menangani tentang kejiwaan itu. Itu juga mengingatkan nya dengan laporan Erwin tentang Varo dan Vian. Walau hasil nya masih membingungkan kan. Kali ini ia merasa semakin penasaran kenapa Fayza mendatangi seorang psikolog.

" Fayza..

Fayza tampak kaget melihat Arland ada di depan tempat itu bahkan ia seperti tercyduk.

" Apa yang kamu lakukan disini?? " Tanya Arland sembari bangkit dari tempat duduk nya.

" Itu. Dokter Irwan ipar nya teman aku. Dan aku.. Ada yang dikonsultasikan mengenai riset ku" Sahut Fayza terlihat jelas sedang menyusun kata-kata.

Arland menyipitkan matanya. Ia tau Fayza sedang berbohong.

" Benarkah. Dimana suami mu? Kenapa kamu sendirian ditempat ini. Dan ini sudah malam untuk ibu hamil" Cecar Arland membabi buta. Matanya juga menangkap bercak hitam dari lepuhan yang mengering di lengan Fayza, spontan jiwa Arland nya yang belum lepas dari Fayza langsung muncul. Ia maju dengan cepat dan menarik lengan Fayza. Melihat luka bakar tipis itu tidak hanya di 1. Tapi ada 2 dan terlihat terselip di balik baju lengan disana.

" Kamu kenapa??? "

Dengan Cepat Fayza menarik lengan nya ia mundur melihat Arland tidak suka.

" Jangan menyentuh ku! Ini hanya luka bakar cipratan minyak goreng " Aku Fayza yang masih dilanda gugup karena bertemu Arland disana.

Arland sesaat tersadar. Ia segera mengangkat tangan nya " Oke. Maaf! Ini hanya kebiasaan.. Mmm kenapa kamu sampai kena minyak goreng!! Kamu bukan seorang wanita yang ceroboh?? " Tanya Arland lebih kepada investigasi. Mungkin karena ia sangat mengenal Fayza. Apalagi setip hsrit Fayza sering membuatkan nya sarapan. Dan tidak pernah mengalami luka bakar karena memasak.

" Bawaan hamil jadi ga fokus!!!Sorry... Aku buru-buru" Sahut Fayza lalu segera beranjak dari sana.

Arland ingin mengikuti. Tapi hatinya kembali menyetil nya. Ia diluar batas lagi. Namun ada firasat buruk menyelinap. Ada rasa khawatir dengan Fayza. Apalagi foto-foto Melviano di club beberapa hari yang lalu.

*

" Iya Buk.. Fayza baru selesai ngajar. Buk acara barbeque nya malam minggu aja ya!! Mm Vian nya ternyata ada yang diurus. Iyaaa buk. Nanti Fayza mampir kesana. Okee iyaa iya"

Fayza memutuskan telepon dari Ibuk, ia harus mengundur acara yang Vian buat. Rasanya akan kacau kalau keluarga kedua belah pihak ngumpul pria itu malah tak ada. Tasya juga sudah bilang ke Mami kakau Vian lagi ada urusan ke Bogor.

Saat ini Fayza mampir ke Mall. mumpung lagi diluar dan juga untuk mengulur waktu bosan dirumah. Sekalian membeli stock susu hamil disana.

Sambil berjalan ia melamun dengan penjelasan Dokter Irwan katakan barusan.

Masalah Varo menurut nya cukup parah. Sifat asli pemilik tubuh yang terus dikuasai kepribadian lain bisa membuat pemilik sifat asli nya disingkirkan. Dokter Irwan menyarankan agar terus mendekatkan karakter Varo. Mengikuti kemauan nya untuk mengambil hatinya. Itu cara yang bagus agar mengendalikan karakter tersebut. Masalah nya adalah orang nya malah tak pulang-pulang dan Fayza khawatir kalau Varo malah tidak pulang selamanya.

Ia terus saja mengikuti kemana kaki nya melangkah. Hingga matanya menangkap sosok yang sedang ia pikirkan.

Vian alias Varo malah memasuki pusat perbelanjaan dan ia mendorong seorang wanita diatas kursi roda. Wanita sama yang ada di foto dari Tasya Beebrapa hari yang lalu.

Dan sumpah demi apapun ini yang Fayza takutkan. Ia melihat didepan mata kepala sendiri Varo atau suami sahnya malah bersama wanita lain. Ya walau sesuai prediksi nya dan sesuai prediksinya juga itu menyakitkan!!!