Varo menarik kedua sisi sabuk nya untuk mengencangkan di leher wanita yang dalam jeratan nya ini.
Disana Fayza rasanya ingin teriak. Varo benar-benar akan melakukan hal buruk padanya. Ia harus berpikir bagaimana cara lepas dari emosi pria ini.
" Ya.. Kita sama sama sampah Varo!! Sama seperti dulu bagaimana aku menyebut mu manusia tak berguna... , kamu ingat!!! Bagaimana aku memandang mu sebagai manusia gagal apalagi sebagai pria. Badan mu pendek. Gendut dan jelek..
Srtrrrrrrttt...
Sekali tarik Varo sudah membuat leher Fayza seperti kalung Anjing yang mencekik. Ia merasa kesal dengan ucapan Fayza barusan. Kesal bersaman perasaan enggan mengingat nya.
Fayza tertawa disela nafas nya yang menipis.
" Bagus.. Bunuh saja aku. Sampah yang akan melahirkan anak seorang manusia gagal....
Disana Varo mengalami perubahan emosi lagi. Ia benci dibilang manusia gagal seperti yang di sampaikan wanita ini dan bayangan bayangan tipis dari suara suara yang sering menyebutnya anak manusia sialan, Manusia tidak berguna dan suara suara teriakan lainnya yang diiringi siksaan lainnya kembali muncul.
Kepingan bayangan itu berjalan membuat nya semakin mempererat ikatan nya. Semakin sesak suara nafas Fayza tercekat semakin besar keinginan nya ingin melenyapkan nya. Tapi kata anak yang tadi ia cerna seperti celah merasuki otak nya.
Bugh ..
Fayza di lepas dan dengan kasar sabuk itu ia tarik cepat. Gesekan kilat yang tajam langsung membuat leher Fayza seperti teriris pisau. Perih, panas dan tentu langsung mengoyak kulitnya, meski luka nya tak dalam namun sensasi sakit nya yang melekit. Lebih sakit daripada di sayat dengan pisau.
Wanita itu tersungkur kebawah. Dengan nafas yang Tersengal-sengal. Rasanya Fayza tidak bisa menompang tubuh nya disana. Bahkan ada tetesan darah dilantai membuat nya kehilangan pijakan. Tapi ia berusaha kuat. Perlahan oksigen yang masuk cukup memberinya pertahanan. Ia baru saja memulai nya dan pantang menyerah sebelum masalah ini jelas.
" Apa itu sakit?? Aku bahkan belum memulai apa apa... " Varo menunduk lalu menaikan dagu Fayza keatas dengan telunjuknya. Tampak wajah Fayza pucat pasi bibir nya juga agak membiru dan matanya seakan kehilangan fokus ditambah tetesan darah mengalir di leher wanita itu, Varo mencolek darah itu untuk ia hirup dan ia jilat.
" Varo. Bahkan kamu tidak berani membunuh ku kan... " Ucap nya dengan patah-patah. " Kamu belum membenci ku sebesar yang kamu pikir....
Rahang Varo mengeras. Ia kembali mencengkram wajah Fayza dengan kuat. Membuat Fayza harus menahan sakit lagi.
" Diam.. Wanita sampah!! Aku pasti akan melenyapkan mu. Tapi tidak semudah itu...! Kita akan bermain main dulu... Bagaimana...
Susah payah Fayza meneguk saliva nya. Seringaian Varo serasa sudah akrab dan Pancaran kebencian dimata Varo seperti bentuk bayangan pria itu dimasa lalu. Fayza masih belum menemukan hal yang membuat kepribadian Varo muncul tapi 1 yang pasti nama kebencian Varo terhadap nya pasti berkaitan dengan kesalahpahaman dulu yang di picu oleh seseorang bernama Bella atau sekarang Deasy!
" Mari kita bermain main... " Sahut Fayza sambil tersenyum. Bahkan senyum begitu saja perih di leher nya terasa menyanyat nyanyat.
Varo tersenyum lebar mendengar tantangn Fayza yang menutupi ketakutan nya yang ia harapkan adalah wanita ini memohon mohon kepadanya. Tapi ternyata Fayza tidak segampang yang ia pikir. Walau begitu ini yang Varo sukai.
Tok..
Tok..
Tok
Hingga knop pintu bergerak naik turun dengan cepat dan ketukan pintu berulang-ulang.
" Biar aku. " Pinta Fayza tertatih bangun. Serasa bisa berdiri ia menarik nafas kuat kuat merapikan rambut dan menepis darah di leher nya. Menutupi dengan sebagian rambut nya. Fayza berjalan sedikit terhuyung menuju pintu. Ia segera membuka kunci dan menariknya. Tampak Tasya disana dengan wajah Bertanya-tanya. Dan di sebelah nya juga ada Leo.
" Nanti aku akan keluar. Kamu bawa istirahat dulu ya.. " Pinta Fayza sarat akan rasa sakit menyekit. Tasya bisa melihat wajah ipar nya ini berbeda. Pucat dan menahan sakit. Tapi sorot nya seolah meminta Tasya untuk menunggu nya.
" Apa dia sudah bangun? "
Fayza nengedipkan mata tanda iya.
" Dia menyakiti kakak? "
Hanya helaan nafas yang Fayza sampaikan. " Aku belum selesai. Tunggu aku. Okey... " Fayza menyakinkan Tasya ia hendak menutup pintu itu tapi Tasya menahan nya.
" Kak aku sudah dapat yang kakak pinta, tentang Kak Vian.. Dia.. Bukan sodara kandung Tasya.."
Cicit Tasya disana dengan pupil bergetar. Tangan nya ikut gemetaran saat memperlihatkan dokumen yang ia bawa.
Fayza maju selangkah dan mengambil kertas itu disana Tasya melihat ada yang aneh dengan leher iparnya itu begitu juga Leo.
Pria itu menyibak rambut Fayza kebelakang.
" Kak. Kamu terluka?? Apa yang Bang Vian lakukan??"pekik Tasya syok.
Fayza segera menarik rambutnya lagi.
" Kalian tunggu saja diluar. Dia tidak akan menyakiti ku! Leo.. Kamu tetap stay di disini. " Kata Fayza lalu ia segera masuk kedalam sebelum Tasya mencegatnya lagi.
Tasya dibikin bengong juga kaget.
" My God apa yang sudah di lakukan abang guee... " Jerit nya melolong dalam hati, bahkan perasaan perih juga mengiris hatinya. Ia baru tau kalau Vian sodara kesayangan nya itu ternyata bukan sodara kandung.
Tasya mengetahui nya dari Leo yang memberikan informasi itu cuma-cuma. Ada rekam medis riwayat Varo selama berobat. Serta jejak siapa Melviano.
Melviano sebenarnya anak kakak kandung Andhika yang meninggal bunuh diri namanya Sally. Sally depresi berat dengan kehidupan nya dan sering menyiksa Melviano dari ia berumur 1 tahun. Itu faktor dasar Vian punya kepribadian ganda. Dan ada pemicu tambahan lain dari kejadian Vian dan Fayza dulu yang membuat kakak nya itu memunculkan sisi Varo.
" Siapa itu? " Tanya Varo dibelakang.
Fayza mengulas senyum lalu ia berbalik dengan senyuman lebar seolah tidak terjadi apa-apa.
" Adik kecil kita... Apa kamu masih mau melanjutkan... "
Varo menatap Fayza lagi dengan penuh makna.
*
*
*
Api lilin menari nari dibayangan gelap, dan hanya tinggal seperempat bagian sekarang, bau aroma di ruangan kamar luas itu sarat akan aroma percintaan yang baru saja terjadi disana tetesan lilin yang membeku ada dimana mana disisi sisi ranjang, sprei dan tempat pergumulan panas itu. Bukan hanya sprei yang terdapat jejak lilin tapi juga sekujur tubuh Fayza. Tumpahan lilin cair yang panas sengaja di teteskan ke kulit polos itu, semua nya menyisakan bercak merah yang hampir melepuh.
Bahkan wanita ini tidak bisa melawan. Kedua tangan nya di borgol ke atas. Menjerit kesakitan setiap cairan panas itu ditumpahkan kekulitnya. Dan Varo benar benar menyerupai iblis yang menikmati setiap jeritan Fayza. Bahkan ia menyetubuhi istri nya itu dengan sedikit kasar. Tanpa pemanasan tanpa belaian kasih sayang. Hanya bercak merah lilin dan jejak nya memenuhi tubuh Fayza. Jejak nafsu yang menggila sebagai balasan kepada wanita ini dengan apa yang baru Fayza ucapkan dan pembalasan kemaren karena meninggalkan nya di rumah sakit.
Disama Fayza termangu seperti gadis korban pemerkosaan. Penyok dan lecet. Penampilan nya acak acakan dengan riasan sudah luntur, bayangan tajam baru saja menggores otak dan hatinya. Varo sungguh menyuguhkan sisi iblisnya. Menyetubuhinya dengan kasar. Dan itu membuat Fayza agak syok. Percintaan pertama nya dalam kondisi normal dengan suami sendiri malah seperti itu. Bibir yang bengkak. Kulit mulus nya sekarang seperti habis digigit serangga dan merah merah perih oleh lelehan lilin memenuhi seluruh tubuhnya.
Mata nya sampai mengering melihat bagaimana sorot Varo yang tampak puas disana. Pria itu mengenakan jubah mandi sambil bersiul merayakan rasa puasnya yang teramat langka. Fayza menyaksikan nya seperti boneka seks yang ditinggal begitu saja, perih yang mendalam memenuhi hatinya dan ia hanya berharap janin nya tidak kenapa napa akibat ulah Varo ini Mengingat bagaimana kasar nya Varo tadi, apalagi usia kehamilan nya ini sangat rentan. Ia sekarang malah getir kandungan nya terancam. Sampai ia berpikir kalau Varo sengaja melakukan nya untuk menggugurkan anak nya sendiri.
Kalau sampai itu terjadi mungkin tidak ada kata maaf untuk Varo atau Vian sekalipun.
Ia terhenyak saat ranjang kembali bergetar. Matanya awas menatap Varo yang mendekat sambil menatap nya datar seolah mengasihani keadaan Fayza saat ini. Dandanan yang dibuat untuknya sudah rusak. Riasan itu sudah luntur bergantikan dengan sosok Fayza yang tanpa sehelai benang dan bercak merah dimana-mana.
" Hmm kamu lumayan masih sempit!! " Kata Varo sambil duduk di tepi ranjang lalu menikmati tatapan kebencian dari Fayza. Rasanya ia sangat senang melihat Fayza mengetahui bagaimana manis sikapnya barusan. Ia yakin wanita ini sudah kapok menantang nya apalagi berani mengucapkan perkataan itu lagi.
" Uugh ada apa sayang. Apa kamu mau lagi...?? " Tanya Varo lalu matanya melihat ke payudara sintal disana yang masih terekspos. Ia merasa miliknya ikut beraksi lagi. Dalam benak Varo ia sebenarnya mengagumi tubuh Fayza. Tapi ia enggan mengakuinya.
Fayza hanya diam saja. Hanya suara nafasnya naik turun.
" Karena kamu lumayan membuat ku puas. Aku akan berbaik hati padamu " Kata Varo lalu menenteng kotak obat. Lalu menjadikan perut Fayza sebagai meja. Sesaat ia terdiam. Perut yang masih rata itu ada penghuninya. Ia mendelik lalu mengambil kembali kotak obat dan meletakkannya di nakas dan membuka isinya.
" Kamu tau. Vian menjerat ku dengan anak ini!!! Kalau anak ini kenapa-kenapa atau keguguran. Ini salah kamu!!!! Anaknya di bunuh Ayah nya sendiri " Ucap Fayza yang sudah terlihat tenang. Ia sengaja mengucapkannya Agar menimbulkan setitik rasa bersalah untuk seorang Varo yang juga adalah calon Ayah.
Brak..
Varo menggebrak meja nakas dengan kasar. Fayza sampai menunduk kaget juga takut. Kadang reaksinya tak sejalan dengan pemikiran nya yang mencoba nekat.
" Apa kamu senang??? Artinya kamu bisa kembali dengan pacar mu bukan!!!!! " Tuduh Varo kembali tersulut.
Fayza malah tertawa singkat.
" Apa kamu takut??? "
Varo mendengus kesal. Ia lalu menangkup dagu Fayza dan mengangkatnya keatas.
" Diam... Kalau bergerak aku akan senang hati memperdalam luka ini... " Ancamnya juga tidak mau membiarkan topik tadi berlanjut. Varo merasa terganggu dengan itu.
Fayza mengenadahkan kepala nya keatas. Air mata nya kembali mengalir saat luka itu di kasih obat yang rasanya lebih perih. Bahkan ia ragu apakah itu obat atau air garam. Rasanya sangat perih. Ia mencoba menenangkan diri lagi. Mengenyahkan apa yang yang baru Varo lakukan padanya, percintaan kasat dan siksaan dari lilin panas.
" Aku tidak sempat mengatakan terimakasih dengan mu Varo..." Lirih Fayza dengan intonasi rendah.
Varo menurunkan matanya melihat iris mata Fayza dengan bertanya juga selidik. Wanita ini tak semarah dan seluka tadi malah tiba-tiba menjadi jinak kembali.
" Terimakasih kamu dulu pernah menyelamatkan ku saat kebakaran itu"
Jari Varo berhenti disana, bibir tipis nya naik sebelah. Kalimat Fayza yang mengucapkan terimakasih memberi makna lain yang terselip disisi kebenciannya.
" Kita pernah bertemu sebelum nya kan. Sudah lama. Waktu Smp? Benar tidak??? "
"... "
" Aah.. Apa kamu juga ingat dengan Bella? Dia teman sebangku ku?? " Pekik Fayza lagi.
Varo mengangkat dagu Fayza lagi dengan kasar. Bibir nya tertutup rapat dengan sorot tajam disana. Sebisa mungkin Fayza ingin menggali informasi ditengah rasa sakit nya ini.
" Apakah dulu yang bilang aku menyukai mu itu Bella?? Hmm.. Apakah dia juga yang mengatakan kalau kamu tidak cocok untuk ku karena kamu berandalan? Menjadi manusia sampah?? Dan fisik mu yang seperti ikan buntal??? " Cecar Fayza.
Varo menekan cuttonbath dengan dalam membuat Fayza meringis kesakitan tapi tak menyulut emosinya disana.
" Itu kan yang membuat mu marah?? Kamu mengamuk lalu menuduhku! Dan kamu menghancurkan mobil Papi Andhika! Itu kamu kan Varo??? Apakah karena sangat kecewa dan sakit hati kamu membenci ku!!! "Teriak Fayza sampai tenggorokan nya sakit. Fayza melihat Varo dengan amarah. Ia merasa tidak adil kalau hanya seperti itu saja membuat Varo membencinya sampai melakukan hak keji tadi dan juga ingin membunuhnya.
Dan lagi ia merasa tidak bersalah. Waktu itu Vian menuduhnya secara sepihak tanpa bukti. Ia juga berpikir tidak ada hal besar dari masalah yang Fayza anggap kecil kala itu.
Varo mendorong bahu Fayza ke belakang lalu menekan bekas luka nya itu dengan kuat. Ia merasa wanita ini menyepelekan apa yang ia ucapkan. Yang Fayza sampaikan memang benar. Ia membenci Fayza karena itu. Karena ia di pandang fisik dan dikatakan manusia sampah sama seperti almarhum Ibu nya setiap saat kalau menyiksanya kata-kata buruk itu tertanam di kepalanya dan seperti boom berkala saat mendengarnya lagi, lalu itu juga keluar dari mulut wanita yang ia sukai! Itu seperti pukulan berat buatnya.
Saat itu ia memang sedang di mabuk asmara. Kisah asmara remaja tanggung yang masih mencari jati diri. Dan kisah Asmara seorang Vian hasil sabutase Bella. Ibarat sudah di bumbung tinggi malah di hempaskan begitu saja.
Bella atau Deasy, Teman Fayza yang pengkhianat, yang juga mendekati Vian. Bella memang punya penyakit hati. Dengki-iri dengan Fayza yang pinter selalu dikagumi sekolah, menjadi bintang sekolah dan selalu dapat perhatian lebih dari sosok Vian. Sepupunya!. Secara Vian kala itu dikenal anak kolongmerat, siapa pun cewek di era itu sangat menyanjung Vian meski fisik nya mirip Giant dan itam.
Dan perhatian Vian dengan Fayza dapat dibaca Bella lebih dari sodara. Ia menggunakan itu untuk menghancurkan hubungan keduanya. Bella mendekati Vian dengan mengatakan kalau Fayza sebenarnya menyukai nya dan sabutase kata-kata lainnya yang membuat Vian merasa senang membuat tingkat kepercayaan nya sangat tinggi. Embel sepupu yang ia anggap sebagai penghalang seolah tidak masalah lagi. Anggap Vian memang terobsesi dengan Fayza, tapi ia terlalu takut jujur dengan Fayza karena status mereka. Dan itu celah Bella untuk menghancurkan hubungan mereka, mengadu domba mereka. Bella masuk seakan menjadi makcomblang dan menjanjikan kepastian hubungan Vian dengan Fayza. Pada Fayza Bella berusaha mendekatkan Fayza dengan anak Osis dan menjauhkan Fayza dari Vian dengan mengatai nya macam-macam. Tapi kala itu Fayza memang tak termakan omongan Bella. Walau kebetulan ia dengan ketua Osis, Roby yang dicombangkan Bella memang dekat. Dan itu hanya searah Osis tidak lebih. Tapi juga jadi senjata Bella untuk Memperburuk Fayza dan Vian.
Dan final nya seperti yang diharapkan Bella. Vian salah paham dengan harapan yang sudah begitu besar berubah kekecewaan setelah mendengar rekaman suara Fayza yang sudah di palsukan Bella. Dalam rekaman itu Fayza seolah sedang bercakap cakap dengan Roby. Mengungkit mama Vian. Dan suara Fayza disana mengelak Vian. Mengatakan Vian itu hanya berandal yang akan menjadi manusia sampah nantinya. Manusia sampah masyarakat dimasa depan. Fisik Vian juga di sebut sebut tidak pantas untuk nya dan disana Fayza juga mengatakan hanya mendapatkan keuntungan materi. Semua yang membuat Vian terpukul.
" Jadi karena masalah itu kamu berhak membenci ku?? " Tanya Fayza dengan mata terus menatap tajam. Meski berair. Lengan kokoh Varo sudah bertengger dilehernya lagi.
" Apa menurut mu itu lucu?? Kamu puas mempermainkan orang lain karena kamu normal? Kamu sempurna??? "
Fayza tertawa mengejek membuat Varo semakin ingin menyumbat suara Fayza.
" Kamu itu bukan hanya bodoh tapi juga tolol.. Varo!! "
" Apa maksud mu..
Fayza tertawa lagi. Bella boleh berhasil membodohi Varo saat itu tapi untuk sekarang ia juga akan membodohi Varo.
" Kamu ga berpikir.. Kenapa aku bicara seperti itu?? Kamu ga sadar aku cemburu kamu dekat dengan sahabat ku sendiri?? "
Fayza bisa melihat perubahan emosi dimata Varo. Jadi dugaan nya semakin tepat. Walau ia tak pernah mengucapkan hal buruk itu tapi mengelak bukan solusi yang bagus. Varo tidak akan percaya jadi ia akan meneruskan yang Bella ciptakan.
Fayza berdecih. Ia pura-pura sakit hati sekarang. " Kamu dekat dengan Bella diam diam di belakang aku kan... ! Apa kalian sering ketemu? Sering ngobrol? Atau sering nonton bioskop bareng? Bahkan kita tidak pernah menyembunyikan sedikit pun rahasia kan Varo?? Kamu hanya memikirkan perasaan mu sendiri. Tanpa memikirkan aku... " Suara Fayza melirih. Ia bahkan semakin larut dengan acting nya kali ini. Dan perubahan sorot Varo meredup. Lengan nya juga melonggar.
Sepupu didepan nya ini yang menjelma menjadi monster ternyata kelemahan yang dangkal. sangat mudah di kamuflase. Fayza penasaran apa saja kala itu yang diracuni Bella sampai Vian nya terpengaruh dan memunculkan jiwa Varo yang penuh dendam.
Sekarang Fayza bisa bernafas lega saat oksigen kembali mengalir lancar keparu-parunya.
" Lalu apakah kalian sekarang masih bersama? Kamu dan Bella??? Atau Deasy?? " Tanya Fayza sarat akan cemburu dan patah hati walau hanya pura-pura.
Varo memalingkan wajahnya dari Fayza. Ada kecamuk emosi disana yang naik turun. Rasa syok dan ketidaktauan nya akan masalah nya di masa remaja tanggung itu. Melihat itu Fayza semakin besar kepala.
" Kenapa kamu tidak jawab aku. Varo!! Apa kamu merasa bersalah dengan ku??? Kamu yang melukai ku Varo. Kamu mengkhianati ku dengan Deasy jalang itu!!!"
"DIAM.. "
Fayza langsung bungkam. Disana Varo kembali menatap nya tajam.
" Jangan sebut dia Jalang.. ! " Kecamnya dengan suara dalam.
Rasanya Fayza mau tertawa saja melihat bagaimana Varo sebegitunya melindungi Deasy. Wanita busuk yang jelas-jelas membodohinya.
Varo lalu beranjak dari sana menuju kamar mandi. Meninggalkan Fayza yang telanjang dalam borgol masih utuh di tangan nya.
" Jadi semua nya karena Bella.." Geram Fayza dongkol sampai rasanya ada udara meletup-letup dari lubang telinga nya. Dengan kesal ia juga menarik narik borgolnya berharap bisa meloloskan diri dari borgol itu tapi tentu percuma. Kecuali harus mengobrak ranjang besi itu. Serasa lelah Fayza mendengus lelah ada titik kelegaan bisa menemukan titik terang. Meski ia juga menyesal melewatkan masalah ini dulu. Mungkin karena dulu ini bukan masalah serius dan Vian hanya bertingkah aneh Tau-tau dalam 1 minggu tidak pernah menegurnya. Setelah ditanya dia malah menuduhnya, memaki nya Lalu sorenya melakukan tindakan anarkis dengan menghancurkan mobil Bapak nya sendiri. Baru dalam 3 hari Vian sudah kembali bersikap seperti biasa seolah tak pernah ada masalah dengan Fayza. Dan ia merasa itu bukan masalah penting.
10 menit berlalu ia mulai kedinginan. Ac disana sangat kencang apalagi Vian atau Varo belum keluar juga dari kamar mandi. Seolah sengaja membiarkan Fayza disana kedinginan tanpa apapun menutupi tubuhnya.
***
Komentar nya yang banyak yaaaa..😃
ᕦ( ͡° ͜ʖ ͡°)ᕤ