Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 38 - Tiga Puluh Delapan

Chapter 38 - Tiga Puluh Delapan

" Itu Varo ya kak. Bukan Abang Vian! Ga mungkin Abang ngomong begitu.. " Koar Tasya masih syok. Bahkan ia merinding mengingat peringatan kakak nya sendiri disana.

Fayza memberi instruksi mode silent pada Tasya. Meski ia juga di landa syok. Tapi Fayza masih bisa mengontrol diri. Apalagi ini di lingkungan Arland. Bisa kacau kalau Arland tau masalah yang ada.

Fayza lalu mematikan telepon. Ia segera mengambil ponsel nya mencari nama Leo disana.

Sementara itu Arland juga beranjak dari sana. Mencari Nama Erwin di ponsel nya.

" Cepat cari tau. Apa hubungan Melviano dengan Varo!! "

*

" Oke. Tolong kontrol dia Leo!! Aku akan kembali besok. Disini juga ada Tasya! " Kata Fayza berbisik. Dan segera mematikan ponsel serasa perintah nya selesai kepada pria itu. Nafas nya keluar dengan cepat. Kalau saja ia tak memikirkan janin dalam perut otak Fayza bisa meledak. Ia merasa hidup nya belum tahap hidup normal. Ia memang ingin Varo muncul tapi ini terlalu dini luput dari perkiraan.

" Kak bagaimana? " Tanya Tasya cemas disana.

" Dia Varo! " Jawab Fayza pelan sambil menilik situasi. Tante Rose masih tidur disana dan di luar juga tampak tenang.

Tasya langsung menggigit tangan nya. " Serius kak. Kok bisa?? Lalu tadi apa dia mabok?? "

Fayza mengangguk" Ya. Dia mabok ada di club. Tapi Leo ada disana menjaga nya. " Jawab Fayza sambil mengurut kening nya.

" Leo. Cowok yang punya panu eh bekas luka di pipi itu ya kak?? "

Fayza mengangguk. " Dia lebih dari asisten Vian dan Varo!! Aku percaya dia mengendalikan Varo untuk sementara. " Kata Fayza memberi Tasya ketenangan.

Tasya menghela nafas. Lalu menepuk bahu Fayza dengan sayang.

" Sabar ya kak. Tasya akan berusaha bantu sebisa kakak. Apapun itu. Okey.. Kakak strong ya... Tapi aku cemas kak. Dengan ancaman abang tadi. Dia katanya mau bikin ponakan aku...

Fayza juga sempat kepikiran dengan ancaman Varo itu.

" Tas.. Vian. Itu sodara kandung kamu kan?? " Tanya Fayza mengingat maksud ia memanggil Tasya selain keperluan temeng ia juga mau cari informasi tambahan dari Tasya. Ia merasa ragu dengan tebakan nya dari asal usul Varo. Pasti ada background masa lalu Vian yang belum ia ketahui selama ini.

Tasya mendelik" Maksud kakak apaan. Iya abang itu sodara kandung Tasya.. !!! " Sahut Tasya yakin.

" Serius?? " Tanya Fayza menekan pegangan nya ke bahu Tasya.

Tasya mengangguk yakin.

" Kok kakak nanya gitu sih?? "

Fayza membuang nafas lagi       " Ga!! Aku mau cari tau masalah kenapa Varo itu ada. Soal nya seseorang yang punya kepribadian ganda itu lebih mendasari nya masa lalu atau masa kecil yang traumatis! Misal nya ia mengalami kekerasan atau ada kejadian buruk yang tidak bisa ia terima! Karena mengingat kalian sangat kompak dan harmonis. Sangat aneh kalau Varo muncul dalam keluarga kalian yang baik baik saja! " Cecar Fayza terus sambil memantau kalau kalau pintu itu dimasuki orang lain.

Tasya mengangguk. " Aku akan minta orang ku buat nyari tau kak... " Kata Tasya merasa yakin untuk memastikan hal itu.

Fayza membuka ponsel nya. Ia memeriksa email nya. sebelum nya nya meminta Siska dan Leo untuk mengirimi nya email tentang silsilah nama petinggi dan semua struktur organisasi  V.E dan Leo tentang Varo. Dan ia beriak senang ada 2 email masuk disana. Mereka cepat juga pikirnya tapi Varo sudah muncul dengan cepat jadi ia juga harus bertindak cepat! Malam ini seperti nya harus membuat strategi matang sebelum mehadapi Varo besok.

" Tas.. Mengenai Delisha kamu sudah mengamati nya kan!  Kalau bicara di sini sangat tak aman. Aku perlu kamu tulis dipesan saja. Malam ini cukup begini saja. Aku rasa mereka akan segera kembali.. Kita sambung di pesan okey" Kata Fayza lalu beranjak. Dan pas sekali Vania masuk kesana.

Tasya yang tadi nya tegang langsung beracting santai. Ia langsung tiduran di sofa panjang disana sambil menekuri ponsel nya. Mulai berketik ria apa yang di perintahkan kakak ipar nya tersebut.

*

*

" Hy .. Apa kamu baik baik saja? "

Fayza kaget tiba-tiba ada Arland di samping nya. Ia sedang mengajak tante Rose menghirup udara segar pagi itu.

" Ah ya.. " Sahut Fayza seadanya. Dan kembali mendorong kursi Roda yang di tempati Tante Rose. wanita itu tampak senyum senyum sendiri melihat bunga bunga indah di taman rumah sakit apalagi cuaca yang mendukung.

" Kamu juga kedinginan. Pakai saja ini" Arland melepaskan mantel nya dan menyampirkan nya pada Fayza.

" Tidak.. Ga usah Arland. Terimakasih. " Tolak Fayza membuat Arland merasa perih.

" Aku memang sengaja tak memakai jaket. Udara nya bagus untuk kulit" Tutur Fayza juga tidak ingin Arland tersinggung. Meski ia merasa kedinginan tapi ia tidak mau memberi harapan pada Arland.

Arland memasang mantel nya lagi. " Padahal kamu bisa flu! Flu tidak bagus untuk ibu hamil" Kata Arland tetap tak membuat Fayza berubah pikiran.

Fayza kembali mendorong kursi roda itu. Ia merasa canggung kalau di ikuti Arland disana. Padahal ia berharap Tasya selalu ada kalau Arland ada. Tapi gadis itu masih ngorok di sofa rumah sakit. Fayza tau Tasya baru tidur jam 2 pagi. Tasya cukup sulit menyesuaikan diri kalau pindah tempat tidur. Dan juga kasihan harus membangunkan nya.

" Bisakah. Kalau kami tidak bisa menenangkan Mama. Kamu datang lagi Fay? " Tanya Arland disana.

" Aaaku akan berusaha semaksimal mungkin agar tidak bergantung pada kamu Fayza. Tapi apakah kalau nanti Mama ga bisa sama sekali di tenangin. Kamu mau membantu?? "

Fayza mengangguk. " Aku akan bantu sebisa ku Arl. Tapi untuk sementara kamu bantu aku ya agar Mama terbiasa tanpa aku! " Pinta Fayza membuat Arland hanya membisu.

" Aku yang tidak bisa tanpa kamu Fayza" Lirih nya dalam hati, ia kembali merasa terpuruk.

" Tentu! Kamu pasti punya kesibukan untuk beberapa akhir ini kan. Aah. Kapan  resepsi kamu?? " Tanya Arland sebenar nya merasa bunuh diri saja menanyakan itu. Tapi ia mengenyampingkan perasaan terkoyak nya hanya untuk memberikan zona aman pada Fayza.

" Mungkin bulan depan" Jawab Fayza datar.

Arland menarik udara disana banyak banyak berharap udara itu bisa mengisi Paru-paru nya yang hampa.

" Apakah aku akan di undang?"

" Tentu!"

Arland tersenyum masam. Ia bahkan tidak tau akan datang apa tidak.

" Arland... Arland... " Tante Rose menggapai gapai disana.

" Iya maaa.. Ini Arland ada" Arland segera maju dan menyambut jemari Rose yang sudah tua.

Tante Rose tersenyum sambil mengusap wajah putera nya itu.

" Fayza..

" Ya Ma..

Fayza juga melepas pegangan kursi roda ia mensejajarkan posisi nya sama dengan Arland.

Rose menatap dua biduk manusia didepan nya ini sambil tersenyum.

" Kalian buruan ya kasih Mama cucu.. Mama ingin sekali menggendong cucu Mama" Ucap wanita ini dengan sorot rapuh nya.

Arland tersedak ia mengiyakan untuk menenangkan pikiran Ibu nya ini sama hal nya Fayza. Dalam kondisi seperti ini. Kisah cinta nya sungguh tragis. Rasa sedih nya masih menyelimuti. Disebelahnya cinta pertama nya, kekasih nya selama bertahun tahun dan kini hanya batas ketidakberdayaan. Mereka tidak akan bisa bersatu. Dan ia harus menerima satu hal yang berat lagi saat memilih satu pilihan dengan kemunculan Varo juga kehidupan Varo yang akan ia jumpai beberapa saat lagi. Dalam posisi Fayza ini sangat lah sulit.

" Mama janji ya. Selama Fayza di Bandung! Mama makan yang banyak. Jangan bikin Fayza kepikiran.. Okey Ma.. " Pinta Fayza mengusap kulit keriput wanita itu. Ia sangat sayang dengan Tante Rose tapi ia memang harus mengenyampingkan keegoisan nya. Mengorbankan kebahagian nya. Dan itu bisa dilihat jelas olah Arland. Ia tau ini pilihan sulit bagi wanita itu.  Meski Wanita itu tampak terkesan jahat meninggalkan Mama nya tapi setelah melihat bahasa tubuh Fayza dan tatapan nya saat ini itu menjelaskan bagaimana perasaan Fayza sebenarnya. Arland baru menyadari sisi keegoisan nya yang sempat ia lakukan dengan terus menekan wanita itu agar terjerat dengan nya lagi. Dengan embel Ibunya. Tapi ternyata ia salah. Wanita itu hanya akan tertekan karena nya.

" Iya Mama Janji" Sahut Tante Rose sambil tersenyum lebar dan menatap Fayza juga Arland secara bergantian lalu melihat ke langit biru muda disana yang tampak cantik.

" Fayza. Cepat lah berkemas. Aku akan membawa Mama jalan jalan" Kata Arland pelan.

Fayza hanya membalas Arland dari tatapan nya. Pria itu mengulas senyum tulus.

" Aku pasti datang di resepsi kamu" Katanya disana lagi dengan senyuman lebar.

" Terimakasih, jangan lupa bawa pasangan" Kata Fayza ia lalu segera beranjak dari sana.

Arland melihat arah wanita itu berjalan meninggalkan nya dan Mama nya disana. Harus seberapa besar ia berharap ia tau harapan itu tidak akan muncul.

Sesaat ponsel nya bergetar, Arland menggopoh ponsel nya dan melihat ada pesan masuk dari Erwin. Ia mengirimi foto foto kegilaan yang Vian lakukan di club malam tadi malam. Matanya membelakak dengan kedua alis menukik tajam. Itu foto foto Vian sedang mabuk dan ia bersama beberapa wanita. Amarah nya rasanya mendesir sampai kekepala. Rasa tak terima dan segala amarah memuncak.

Bagaimana bisa pria yang sok mencintai Fayza malah berbuat seperti itu.

Baru saja ia bangkit ponsel nya berbunyi nama Erwin tertera disana, Arland segera mengangkat nya.

" Apa! Selidiki lagi!! " Cecar nya disana setelah mendengar penuturan Erwin yang panjang dan sedikit aneh. Arland menggigit bibir bawah nya. Ia masih geram dengan foto itu tapi juga ia merasa harus menggali lebih dalam tentang apa yang Erwin sampaikan. Mengenai nama Varo yang Erwin bawa.

*

*

" Buka... Yaaa buka... Gegaruk sawah. Aku tau ini ulah loe kan Hey... Bukaaaaa" Teriak Tasya yang terkurung di kamar mandi seorang diri. Bahkan lampu nya di padamkan dari luar. Padahal ia lagi menikmati panggilan alam tau tau lampu nya padam.

Tasya langsung merasa ketakutan apalagi itu dirumah sakit.

Vania tersenyum geli diluar tanpa suara. Ia memang pelaku nya. Dan ini bentuk balas dendam nya pada Tasya yang dianggap pengganggu.

Sontak ia berhenti menahan perut. Ia kaget Fayza tau tau sudah kembali.

" Bukaaa.. Awas kalo gue keluar. Loe gue rebus" Teriak Tasya disana masih gedor-godor.

Fayza menghela nafas berat pada Vania yang tersenyum kaku. Ia pun segera membukakan kamar mandi saat itu Vania langsung kabur keluar.

" Kak Fay.. Aah. Siapa yang ngurung aku kak.. Gila. Serem banged.. " Koar Tasya disana sudah mengeluarkan tanduk nya padahal dia yang lebih menyeramkan sekarang. Tangan nya memegang gayung dengan mata nyaris keluar.

" Kerjaan Vania. Udah jangan ditanggepin. Kita pulang Tas... "

" Noh. Bener kan. dimana anak bau kencur itu sekarang.. Sumpah. Demi apa dia ngurung gue didalam sana!! Kalau mau berantem, berantem aja... Mumpung di rumah sakit kan.." Maki Tasya masih tidak terima.

Fayza hanya tertawa singkat " Sudah. Balik yuk.. "

" Awas kalo ketemu aku dijalan jangan salahkan kalau hidung nya pindah ke pantat.. "

Fayza menepuk nepuk bahu Tasya yang masih dilanda amarah. Dan segera menarik Tasya agar membenahi barang-barang nya disana.

*

" Nyalon ka? Beneran nyalon? " Teriak Tasya girang saat mendengar permintaan Fayza. Mereka saat ini sudah jauh meninggalkan Rumah Sakit.

" Iya... Tapi tolong cari Minimarket bisa ga Tas? " Pinta Fayza memegang perut nya. Wajah nya tampak pucat.

" Kakak kenapa? Muntah ya ka.. Aduuh.. Mobil Tasya baru di cuci kak. Waduh.. Pinky.. Im sorry Pinky.. " Teriak Tasya panik.

Fayza semakin tidak tahan  apa lagi suara Tasya yang melengking semakin mengaduk aduk perut nya. Ia pun sibuk mencari cari sesuatu berupa kresek atau apapun penampung isi perut nya tapi isi mobil itu semuanya alat make up Tasya dan  barang-barang branded nya. Fayza semakin mual cairan dalam perut nya semakin melonjak hingga dalam kekuatan extra ia memuntahkan isi perut nya ke jok bawah kursi mobil.

Melihat itu Tasya hanya pasrah. Beruntung itu Fayza, sepupu yang sudah naik tahta menjadi kakak ipar nya. Kalau bukan Fayza sudah jelas akan ia tendang orang yang mengotori Mini Copper Pink nya.

Satu tahap dalam strategi mehadapi Varo adalah dengan berubah penampilan. Fayza sudah mempelajari sifat, kebiasaan dan apa saja tentang Varo dari versi Leo semalam suntuk. Pria itu jenis pria proteksionis, suka memutuskan keputusan yang absurd, pemarah yang nomor satu! Tidak suka dibantah, kaku, kalau ditilik dari sifat itu ia merasa dirinya terpanggil. Itu Fayza banged versi cowok. Dan Fayza akan melihat cerminan dirinya dari Varo, Sifat lain nya Varo adalah pria yang pratagonis. Ia akan melakukan hal keinginan nya agar terpenuhi. Ambisius, semena-mena,  tukang atur. Selalu serius, Sisi lain Varo dia cerdik! Punya insting kuat dan susah ditebak. Semua nya sangat minus.

Ada juga daftar kebiasaan Varo dari pagi sampai malam yang Leo ringkaskan. Pria itu sangat detail menjabarkan diemail mirip biografi seorang Varo yang ia tulis dalam bentuk artikel persis seorang jurnalis. Fayza menebak mungkin Leo punya bakat sebagai reporter juga.

Dan Leo juga menjelaskan bagaimana Varo memandang seorang wanita. Wanita dimata Varo harus lah sempurna, cantik dan tentu liar. Ia tak paham liar bagaimana maksud Leo. Karena itu ia memutuskan merubah penampilan nya untuk seorang Varo. Apalagi mengingat ejekan Varo kemaren yang mengatai nya jelek, buluk juga kusam itu cukup menampar wajah nya sebagai Fayza yang tak pernah dikatakan jelek oleh Vian.

Dan disini permintaan nya ditemenin Tasya ternyata salah alamat. Perempuan itu malah mengemandori si tukang salon sesuai keinginan nya. Fayza cemas kalau kalau Tasya malah mengubah nya menjadi wanita pinky seperti nya. Dan itu tentu akan membuat Varo langsung menendangnya ke lautan Samudera Pasifik sana. Tasya juga menelepon kenalan nya untuk menyiapkan nya beberapa potong pakaian dan sepatu untuk nya.

" Tasya.. Jangan aneh-aneh ya..  Aku ga mau malah jadi bahan tawa dia" Peringat Fayza yang masih di permak di depan cermin sana oleh tukang salon itu.

" Tenang aja Kak.. Serahin semua sama Tasya. ! Tasya jamin abang akan menyukai kakak yang versi baru" Kata Tasya disana yakin.

"Baiklah.  Aah apa kamu sudah dapat Identitas Deasy? " Tanya Fayza lagi.

" Oh. Ya. Sebentar belum cek email" Kata Tasya segera menarik tas nya kepangkuan nya. Ia menekuri ponsel itu dengan lentikan kutek pink nya.

" Aha.. Udah nih kah. Deasy. Nama Panggung. Nama aslinya adalah Midun Maemunah bin Asoy icikiwir" Kata anak itu membuat Fayza kaget.

" Ahahaa bercanda kak.. Serius banged kaget nya. Hi hi...

" Noh.. Ini baca sendiri. Foto nya juga ada" Kata Tasya langsung memberikan ponsel nya pada Iparnya tersebut. Ia malas membacakan informasi yang ia dapatkan.

Fayza segera mengambil smartphone milik Tasya. Foto wajah oriental disana yang sedang close up sangat cantik, putih dan bening. Semua indera diwajah nya tampak terukir sempurna. Pesona seorang bintang seolah langsung terlihat dalam sekali tatap. Seketika Fayza merasa ia tak ada apa apa nya. Wanita itu sungguh jelmaan dewi langit. Sempurna! Alis nya menurun saat melihat nama lain dari nama panggung Deasy. Nama yang familiar.

" Sabella Desy Ayu"

Fayza seakan pernah mengenal nama ini. Ia pun membaca detail dari seorang Deasy.

Sudut bibir nya semakin mebentuk garis. Rasanya ingin ia teriak saja. Deasy ini ternyata teman sebangku nya saat di Smp. Ia dulu cukup dekat dan Deasy ini yang membuat nya kurang percaya lagi dengan nama nya seorang teman. Deasy dulu sangat berbeda dengan foto Deasy sekarang. Dari penjelasan artikel disana juga dikatakan Deasy melakukan serangkaian oplas karena pernah mengalami kecelakaan. Dulu Bella-nama panggiln Deasy saat disekilahnya hanya berupa gadis dari keluarga kurang mampu, kurus, kulit nya sawo matang dan dia punya perangai buruk. Suka menikam dari belakang. Dulu Fayza percaya dengan Deasy sebagai sumber curhat nya tapi semua nya lenyap saat teman sebangku nya itu diam diam membuat nya di jauhi teman sekelas nya. Deasy ini tipe wanita licik yang berwajah malaikat didepan tapi menusuk dibelakang. Dan itu juga salah satu picu pertengkaran pertamanya dengan Vian kala itu yang Fayza ingat faktor dari Varo muncul.

Fayza menarik nafas dalam ia menyedot minuman dingin nya disana untuk menenangkan keterkejutan nya. Tadi malam ia sudah membaca pesan Tasya tentang Delisha. Gadis itu hanya menerima atm berjalan dari kakak nya. Ya Vian dan Varo adalah manusia royal kepada kaum hawa. Semua kebutuhan Delisha dan kakak nya di tanggung oleh Varo. Kehidupan nya di Jerman semua nya bak puteri raja. Dan itu yang mendasari Delisha ingin menguasai Varo seorang diri dan juga memang punya ketertarikan dengan sodara Tasya nya tersebut.

" Bagaimana kak? " Tanya Tasya menengok kesana. Kefoto.

" Hasil oplas. Ckck. Ternyata Varo bodoh juga. Mata nya perlu di kasih termos es dulu biar bisa melek, ntar liat aja. Hasil bongkar pasang Tasya pasti lebih dari itu. Kakak Fayza itu lebih cantik dari dua ondel ondel itu" Pekik Tasya disana dengan nada penuh amarah.